Ini Kisaran Harga Joki Strava, Ada yang Patok Rp5 Juta!
Lifestyle

FTNews - Mungkin kita sudah mengenal dunia perjokian. Biasanya, sering ditemukan dalam pembuatan tugas-tugas sekolah hingga karya ilmiah seperti skripsi ataupun jurnal. Namun, akhir-akhir ini jasa joki Strava, dengan harga yang bervariasi, menjadi salah satu hal yang tenar dalam beberapa hari terakhir.
Strava merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan layanan pelacakan hasil olahraga dan kebugaran tubuh, seperti berlari ataupun bersepeda. Aplikasi yang berasal dari Swedia ini dapat merekam jejak dari jarak tempuh, tingkat elevasi, waktu, hingga kecepatan.
Harga yang para pejoki ini tawarkan beragam, dari yang murah hingga yang mahal. Bergantung dari tingkat kesulitan permintaan, seperti jarak tempuh dan kecepatan berlari.
Baca Juga: Sulit Fokus Dalam Bekerja, Mungkin Ini Penyebabnya
https://twitter.com/bajrul/status/1809198958025322528
Di media sosial X, ada sebuah akun yang menawarkan jasanya untuk berjalan sejauh tiga kilometer (km) dan mematokkan harganya sebesar Rp30 ribu. Selain itu, juga bersepeda yang ia patok harga Rp50 ribu untuk sejauh dua km. Harga tersebut juga berlaku kelipatannya dengan jarak.
Selain itu, ada juga yang mematok harganya dengan sangat tinggi. Sebuah akun membuka jasanya untuk berlari dengan limit jarak tempuh sebesar 15 km. Ia mengaku dapat berlari dengan pace maksimal sebesar 6.
Baca Juga: Siapa Tia Rahmania? Putri Eks Bupati Barito Selatan yang Dipecat PDIP
Akun tersebut mematok jasanya dengan harga Rp5 juta rupiah. Ia juga menawarkan jasa pemetaan jalur lari, foto lari tanpa wajah, dan lain sebagainya yang sesuai dengan pesanan.
Asal Mula Joki Strava
Ilustrasi berlari. Foto: Canva
Namun, aplikasi ini memiliki sebuah konsep yang mirip dengan media sosial. Di mana, para penggunanya dapat mengunggah jerih payahnya atau jejak rekamnya.
Sehingga, banyak yang berlomba-lomba untuk memiliki jejak rekam yang bagus. Demi mendapatkan asupan sosial dalam berupa pengakuan dari orang-orang lain di dunia internet.
Hal tersebut menimbulkan sebuah peluang. Di mana, banyak orang menawarkan jasanya untuk menjadi joki strava dengan harga yang bervariasi.
Berdasarkan sebuah cuitan dari @fspradana di X, mengatakan bahwa hal ini berawal dari sifat masyarakat Indonesia yang fear of missing out atau FOMO. “Joki strava. Baru denger Akibat dari olahraga cuma FOMO dan mencari pengakuan sosial. Padahal olahraga yg terbaik adalah yg dilakukan,” ungkapnya.