Intensitas Karbon Menurun, Tetapi Emisi Masih Tinggi di 2023
Teknologi

FTNews - Saat ini, seluruh dunia sedang berjuang melawan pemanasan global dengan cara mengurangi emisi karbon yang tinggi pada setiap negaranya. Kesepakatan Paris pada tahun 2015 juga memperkuat upaya dunia dalam menyelamatkan planet Bumi ini.
Dalam sebuah laporan dari Ember, mengatakan bahwa dunia berhasil menurunkan intensitas karbon. Akan tetapi, emisinya yang bertebaran di langit Bumi hampir memecahkan rekor baru.
Mereka mencatat bahwa intensitas CO2 dari pembangkit listrik di dunia mencapai 480 gCO2 per kiloWatt-hours (gCO2 per kWh). Angka tersebut turun dari tahun 2022 sebanyak 1,2 persen. Di mana, pada saat itu tercatat intensitas karbon sebesar 486 gCO2 per kWh.
Baca Juga: Hati-hati! Virus Brokewell Bisa Kuras Rekening
Namun, hal yang berbeda pada sumber penghasil listrik. Pembangkit listrik tenaga fosil meningkat sebanyak 135 tonWatt-hours (TWh) atau sebanyak 0,8 persen. Hal ini menunjukan bahwa konsumsi tenaga fosil di dunia masih tinggi.
Bahkan, di tahun 2023, emisi global meningkat sebanyak satu persen atau sekitar 135 juta ton karbon. Sehingga, pada tahun tersebut, tinggi emisi karbon global mencapai angka 14.153 juta ton CO2.
Namun, hal ini bukanlah sebuah hal yang buruk. “Tahun 2023 hampir menjadi tahun pertama era baru penurunan emisi sektor ketenagalistrikan,†tulis mereka dalam laporannya.
Baca Juga: Bocah Temukan Bebek Karet di Pantai, Bukti Kejahatan Lingkungan
“Seiring dengan terus berlanjutnya pertumbuhan listrik ramah lingkungan, kami semakin yakin bahwa pada tahun 2024, pertumbuhan tersebut akan melampaui kebutuhan listrik. Dan menyebabkan penurunan emisi,†lanjut mereka.
Kenaikan Suhu di Tahun 2023
Ilustrasi termometer menunjukkan suhu tinggi. (Foto: Freepik)
Memasuki tahun 2024, Copernicus Climate Change Services (C3S) mencatat rekor untuk suhu rata-rata Bumi 2023. Pasalnya, suhu rata-rata tersebut mencapai 14,98 derajat Celcius. Di mana, 0,17 lebih tinggi dari rekor sebelumnya pada tahun 2016 silam. Bahkan, temperatur permukaan Bumi di tahun tersebut lebih tinggi 0,6 derajat Celcius dari rerata tahun 1991-2020.Â
Dalam kenaikan ini juga, terdapat berbagai macam bencana yang menghampiri juga. Mulai dari banjir, gelombang panas, kekeringan, hingga kebakaran.
Tidak hanya itu, terdapat banyak penyebab dari pemanasan ini. Seperti efek rumah kaca, El Nino, serta kejadian alam lainnya.