Israel Bergejolak, Ratusan Ribu Warga Turun ke Jalan: Tuntut Bebaskan Sandera dan Stop Perang di Gaza
Nasional

Ratusan ribu warga Israel turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut agar perang di Gaza segera diakhiri.
Ratusan ribu warga Israel yang melakukan aksi juga mendesak tercapainya kesepakatan mengenai pembebasan sandera yang saat ini masih ditahan oleh Hamas.
Kerumunan terbesar terlihat pada Minggu, (17/8/2025) kemarin, di Alun-Alun Sandera Tel Aviv.
Baca Juga: Iran Kembali Bombardir Tel Aviv, Sasar Infrastruktur Energi Militer Israel
Penyelenggara aksi mengingatkan bahwa rencana pemerintah Israel untuk merebut kendali Kota Gaza dapat membahayakan sekitar 20 sandera yang masih berada di tangan Hamas.
Sebagai bagian dari gelombang protes ini, digelar aksi mogok nasional selama sehari yang mengakibatkan penutupan jalan, kantor, dan universitas di berbagai wilayah.
Baca Juga: Bruno Mars Batalkan Konser di Israel Imbas Serangan Hamas
40 Orang Ditangkap Selama Aksi Berlangsung
Ratusan ribu warga Israel turun ke jalan tuntut pemerintah hentikan perang di Gaza. [Instagram]
Selama aksi berlangsung, hampir 40 orang ditangkap. Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh BBC.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam protes tersebut dengan alasan bahwa aksi ini justru akan memperkuat posisi Hamas dan memperlambat upaya untuk membebaskan sandera.
Selain itu, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, juga menuduh protes ini sebagai kampanye berbahaya yang menguntungkan Hamas.
Aksi mogok nasional ini dipimpin oleh keluarga para sandera serta kelompok masyarakat yang menolak perluasan perang.
Einav Zangauker, yang merupakan ibu dari sandera bernama Matan dan salah satu tokoh utama dalam Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang, menegaskan bahwa kelompoknya mendesak adanya perjanjian yang menyeluruh, realistis, serta penuntasan konflik.
"Kami menuntut apa yang memang menjadi hak kami--anak-anak kami," ujarnya di hadapan kerumunan di Tel Aviv.
"Pemerintah Israel telah mengubah perang yang semula dianggap benar menjadi perang yang tidak ada gunanya."
Pernyataan tersebut disampaikan setelah beredarnya video mengenai putranya.
"Hati saya terbakar oleh kerinduan. Seluruh hati saya hangus karena Matan. Matan, aku, seluruh bangsa, kami melakukan segalanya untukmu, untuk semua sandera," tambahnya dengan penuh emosi.
Ambisi Israel Duduki Kota Gaza
Ribuan warga Israel turun ke sejumlah ruas jalan di Tel Aviv dan memblokir pengguna jalan. [Instagram]
Protes besar ini berlangsung seminggu setelah keputusan kabinet perang Israel untuk menduduki Kota Gaza, yang merupakan kota terbesar di wilayah tersebut, serta memindahkan penduduknya.
Keputusan ini mendapat kecaman dari Dewan Keamanan PBB.
Sejak pengumuman keputusan tersebut, ribuan warga telah melarikan diri dari lingkungan Zeitoun di Gaza Selatan, di mana serangan udara Israel terus-menerus menciptakan kondisi yang oleh pemerintah Kota Gaza disebut sebagai "bencana".
Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa setidaknya 40 orang tewas akibat serangan Israel pada hari Sabtu (16/8/2025).
Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan bahwa pasukan Israel melancarkan "serangan terus-menerus di kawasan timur dan selatan Kota Gaza, terutama di Zeitoun".
Sementara itu, militer Israel mengumumkan akan kembali mengizinkan lembaga bantuan untuk memasukkan tenda ke Gaza.
"Sebagai bagian dari persiapan untuk memindahkan penduduk dari zona pertempuran ke bagian selatan Gaza demi perlindungan mereka, pasokan tenda dan peralatan tempat tinggal akan dilanjutkan," ujar badan militer Israel, COGAT.
Israel berencana untuk memaksa sekitar satu juta orang mengungsi dari Kota Gaza ke kamp-kamp di selatan, meskipun belum ada jadwal pasti kapan pasukan akan memasuki kota tersebut.
Netanyahu dilaporkan ingin seluruh Kota Gaza berada di bawah pendudukan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Menurut laporan PBB, sekitar 1,9 juta orang atau 90 persen dari total penduduk Gaza telah menjadi pengungsi.
Badan internasional tersebut juga memberikan peringatan mengenai potensi malnutrisi yang meluas, dengan para ahli yang didukung oleh PBB menyatakan bahwa skenario terburuk berupa kelaparan kini benar-benar terjadi di wilayah Gaza.
Perang di Gaza dimulai setelah serangan yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menurut klaim Israel telah mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas di Israel dan 251 orang lainnya disandera.
Sejak serangan tersebut, otoritas kesehatan di Gaza melaporkan bahwa serangan balasan dari Israel telah menyebabkan lebih dari 61.000 warga Palestina kehilangan nyawa mereka.