Jangan Keliru! Ini Bedanya "Stunting" dan Gizi Buruk
Kesehatan

FTNews - Banyak orang yang keliru terhadap kata stunting dan gizi buruk. Sebagian orang ada yang mengira bahwa kedua hal tersebut adalah hal yang sama. Namun, ternyata keduanya berbeda. Walaupun stunting dan gizi buruk saling berkaitan.
Stunting merupakan sebuah hambatan perkembangan pada tubuh anak. Sehingga anak tersebut memiliki bentuk tubuh yang jauh berbeda dari rata-rata yang seusianya. Kemudian stunting ini merupakan kondisi yang memengaruhi dalam jangka panjang. Mereka yang kekurangan gizinya sejak dalam kandungan, memiliki risiko tinggi terkena stunting.
Berbeda dengan gizi buruk. Anak yang mengalami gizi buruk hanya akan terlihat kurus berbeda dengan rata-rata kebanyakan orang lainnya. Selain itu anak terkena gizi buruk juga mengalami lingkar lengan yang sangat kecil.
Baca Juga: Acara Spektakuler Road to Kilau Raya Jogetin Madiun
Anak yang terkena gizi buruk biasanya disebabkan karena asupannya yang tidak tercukupi. Serta anak yang mengalami gizi buruk berisiko meninggal dunia.
Baik stunting dan gizi buruk keduanya memiliki risiko yang buruk terhadap tubuh. Terlebih jika anak mengalami dua masalah tersebut. Bisa memiliki peluang hidup yang tidak panjang.
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka memiliki progam untuk menekan angka stunting di Indonesia.
Baca Juga: Cinlok, Kirsten Dunst Nikahi Jesse Plemons di Resor Mewah Jamaika
Calon Presiden No Urut 2, Prabowo Subianto. (Foto:FTNews/ Eriel Wira Natha)
Turunkan Prevalensi Stunting
Seperti dalam debat kelima Calon Presiden 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Pusat. Prabowo katakan akan memberikan asupan mulai dari sang ibu sejak mengandung hingga melahirkan.
"Program saya, kita beri makan ibu yang sedang hamil. Kita beri bantuan gizi ibu yang sedang hamil karena dia mengandung 9 bulan," ujarnya dalam debat.
Hal tersebut ia lakukan agar angka stunting atau tengkes yang terjadi di Indonesia dapat menurun. Dan anak-anak bangsa dapat berkembang dengan baik.
Di tahun 2022 angka prevalensi tengkes di Indonesia memang turun, 21,6 persen dari sebelumnya 24,4 persen di tahun 2021.
Pemerintah pun menargetkan penurunan menjadi 14 persen pada akhir 2024. Untuk mencapai target itu, pemerintah harus mengupayakan penurunan angka tengkes sebesar 3,8 persen setiap tahunnya.