Jelang Debat Ketiga, Ini Sekilas Konsep Pertahanan Jenderal 08
Politik

FTNews -Â Debat ketiga dalam tahapan Pemilu 2024 digelar pada Minggu (7/1) malam sekira jam 19.00 WIB di Istora Senayan, Jakarta.
Tema yang dibahas dalam debat tersebut mengangkat seputar Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dengan subtema Globalisasi dan Geopolitik bersubtema Politik luar negeri.
Nama Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto tak pelak disebut-sebut bakal menguasai panggung debat kali ini. Tentunya hal itu tidak membuat kubu lawan lengah.
Baca Juga: Sinyal Anies Baswedan Ditinggalkan PKS-Nasdem Makin Kuat, KIM Lawan Kotak Kosong?
Sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Jokowi periode kedua, Prabowo memutuskan sejumlah langkah strategis dalam menjamin pertahanan Indonesia, salah satunya naiknya anggaran pertahanan.
Namun hal tersebut ternyata mendapat sorotan dari cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Saat berdialog dengan kelompok petani di Soreang, Kabupaten Bandung, Ketua Umum PKB mengungkapkan keheranannya dengan kondisi negara yang lebih memilih berutang untuk membeli alat perang ketimbang pertanian.
"Kita nggak perang, kenapa kebanyakan utang beli alat perang? Lebih baik utang untuk beli alat pertanian. Buat apa kita utang ratusan triliun tapi tidak untuk sesuatu yang nyatanya tak dibutuhkan? Nyatanya kita butuh pangan," katanya.
Baca Juga: Aset Surya Darmadi yang Telah Disita Jampidsus Mencapai Rp10 Triliun
Bahkan, ia membeberkan pengalamannya saat mendatangi salah satu pameran alat perang di Eropa, alat perang dihancurkan lalu diganti menjadi alat pertanian.
"Artinya apa? Kita tolak perang yang penting rakyat makan, kira-kira begitu," ucapnya.
Pernyataan Muhaimin Iskandar itu tentunya menimbulkan polemik. Apalagi pernyataan tersebut dibaca sebagai sindiran halus kepada mantan partnernya dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Filosofi Pertahanan Prabowo
Sekedar kilas balik, saat kali pertama Prabowo Subianto menjabat menteri pertahanan, mantan Danjen Kopassus ini memaparkan filosofi konsep pertahanan untuk Indonesia.
Paparan itu disampaikannya saat rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/11/2019).
Ketika itu, Prabowo menyampaikan bahwa wawasan pemikiran yang mendasari perumusan kebijakan umum Kementerian Pertahanan yang ia pimpin bertumpu pada tujuan negara yang sesuai dengan UUD 1945.
Ia menyatakan bahwa tujuan negara yang pertama, yakni melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Sehingga, Prabowo menilai bahwa pertahanan negara harus dipandang menjadi tujuan utama.
"Kita boleh membangun infrastruktur yang banyak dan hebat, tapi kalau kita tidak mampu menjaga wilayah laut, udara dan darat kita, saya kira kita akan hilang kedaulatan kita dan kemampuan kita bertahan sebagai negara," katanya saat itu.
Konsep Permesta
Selain itu, Prabowo menegaskan bahwa fokus persiapan pemikiran dan penyelenggaraan pertahanan negara ke depan didasarkan pada konsep pertahanan rakyat semesta.
"Kalau terpaksa terlibat dalam perang, perang yang akan kita laksanakan adalah perang rakyat semesta, the concept of the total people’s war. Itu adalah doktrin Indonesia, selama ini lahir dari sejarah kita bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut bela negara," katanya.
Ketua Umum Partai Gerindra ini juga membeberkan filosofi kebijakan pertahanan yang menjadi pedoman arah kebijakan umum kementerian pertahanan. Prabowo mengemukakan, filosofi Thucydides.
Dalam filosofi itu disebutkan bahwa 'The Strong will do what they can and the weak will suffer what they must' atau 'Yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu perbuat dan yang lemah akan menderita.'
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Menteri BUMN Erick Thohir mencoba kendaraan taktis Maung 4x4 di kompleks PT Pindad (Persero), Malang, Jawa Timur, Senin (24/7/2023). Presiden Jokowi berkunjung ke PT Pindad (Persero) untuk meninjau produksi alat utama sistem senjata (alutsista) sekaligus membahas besarnya potensi ekspornya. (Foto: Twitter/@erickthohir)
Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tidak bisa dibiarkan lemah dengan biaya berapapun sehingga 'tidak diinjak-injak oleh bangsa lain.'
Kemudian filosofi kedua yang menjadi konsep Prabowo, yakni dari Vegetius Renatus. Dalam konsep itu disebutkan ‘Si vis pacem para bellum’ yang artinya ‘Jika kau menghendaki perdamaian, bersiaplah untuk perang.'
Berdasarkan pandangan itu, Prabowo menyebut bahwa perdamaian dapat tercapai dengan adanya stabilitas keamanan yang juga akan berimbas pada adanya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran. Karena itu, pertahanan harus dipandang sebagai sebuah investasi.
"Pertahanan harus dipandang sebagai sebuah investasi dan bukan hanya sekedar biaya," katanya.
Mantan Pangkostrad ini juga menganut istilah sederhana bahwa kebijakan tidak boleh didasarkan atas harapan.
"Hope is not a policy. Kita jangan berharap mudah-mudahan ada negara yang tidak akan menganggu kita," katanya.
Tak hanya itu, ia melanjutkan bahwa strategi juga tidak bisa didasarkan atas doa.
"Prayer is not a strategy. Policy dan strategy itu ujungnya adalah investasi, investasi adalah SDM dan teknologi, doktrin dan strategi yang tepat, kemudian kekuatan yang memadai," katanya.
Lebih lanjut, ia menginginkan sistem pertahanan yang terintegrasi dan wilayah pertahanan yang logis rasional dengan dukungan industri pertahanan yang kokoh dan kuat serta bisa menghasilkan komponen-komponen alutsista vital dalam negeri.