KDM Tegur Siswa SMP di Subang Merokok, Tak Mampu Jawab Soal Matematika Dasar
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa KDM, menyoroti lemahnya kemampuan matematika dasar siswa SMP di Subang, Jawa Barat.
Hal itu terjadi saat KDM melakukan kunjungan ke salah satu sekolah dan berbincang langsung dengan seorang siswa kelas 2 SMP.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, terlihat ia menegur siswa tersebut yang kedapatan sudah merokok meski masih duduk di bangku SMP.
Baca Juga: Sopir Bus Jadi Tersangka Kecelakaan di Subang!
KDM kemudian menanyakan kebiasaan merokok sang siswa.
"Kamu merokok sehari berapa bungkus?" tanya KDM.
“Lima batang,” jawab siswa tersebut.
Baca Juga: Pendapatan KDM dari YouTube dengan 6,8 Juta Subscribers Bisa Bikin Gubernur Kaltim Melongo
KDM Uji Tes Matematika ke Siswa Merokok
Tak berhenti di situ, KDM lantas menguji kemampuan berhitung dasar siswa yang merokok itu. Ia menanyakan harga rokok yang dibeli per batang, dan siswa tersebut menjawab Rp1.500.
"1.500 kali lima berapa?" tanya Dedi. Dengan gugup, siswa itu menjawab dengan keliru, yakni Rp 8.000, padahal harusnya Rp 7.500.
KDM kemudian mencoba pertanyaan yang lebih sederhana.
"1000 kali 5 berapa?" tanya KDM lagi.
"7000," jawab siswa itu yang kembali dengan jawaban salah.
KDM Tegur Guru, Soroti Lemahnya Dasar Matematika
KDM menegaskan perlunya para guru lebih memperhatikan kemampuan dasar siswanya. [YouTube]
Melihat hal itu, KDM menegaskan perlunya para guru lebih memperhatikan kemampuan dasar siswanya.
Ia menilai banyak sekolah terlalu fokus mengejar kurikulum tanpa memahami sejauh mana kemampuan murid dalam pelajaran dasar seperti matematika.
"Kepada para guru, SMP matematika dasarnya lemah. Itu pelajaran SD kelas 4," ujar KDM.
Lebih lanjut, ia meminta agar para guru tak mengajar dengan hanya fokus mengejar kurikulum, tetapi mengikuti dasar kemampuan siswa.
KDM mengingatkan bahwa penguasaan matematika dasar sangat penting, bahkan untuk dunia kerja.
Kejadian ini sontak menjadi sorotan karena menggambarkan lemahnya kemampuan calistung (membaca, menulis, berhitung) di kalangan pelajar yang seharusnya sudah dikuasai sejak SD.
Selain soal akademik, peristiwa ini juga menyinggung masalah perilaku — di mana kebiasaan merokok di usia muda menunjukkan masih lemahnya pengawasan dan pembinaan karakter di lingkungan sekolah.