Kebijakan Tarif Impor AS, Elon Musk 'Cubit' Trump
Ekonomi Bisnis

CEO Tesla, Elon Musk yang diketahui sebagai sosok pendukung setia Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengambil sikap mengejutkan.
Elon Musk baru-baru ini terpaksa 'mencubit' Trump lewat kritik tajam atas kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Donald Trump.
Mengutip beragam sumber, Kamis (10/4/2025), kebijakan yang mulai berlaku pada 1 Februari 2025, dikenakan tarif 25 persen untuk barang-barang dari Kanada dan Meksiko serta 10 persen untuk barang-barang dari China.
Baca Juga: Donald Trump Menang Pilpres AS, Ini Ucapan Selamat Para Pemimpin Dunia
Hal tersebut tentu saja mengganggu bisnis Elon Musk.
Menurutnya, kebijakan ini berdampak langsung pada bisnis Tesla, yang banyak mengandalkan komponen impor dari negara-negara tersebut.
Ia berpendapat jika kebijakan Trump, menaikkan tarif impor ini akan mengakibatkan peningkatan harga komponen, yang pada gilirannya berpotensi menaikkan harga jual mobil Tesla.
Baca Juga: Trump Sebut akan Hentikan Pengiriman Bantuan $50 Juta ke Gaza yang Ternyata untuk Beli Kondom, Benarkah?
"Kenaikan tarif ini merugikan konsumen dan perusahaan-perusahaan AS," ungkap Musk.
Ia juga menyatakan bahwa ia telah melobi Trump untuk membatalkan atau setidaknya melonggarkan kebijakan tarif ini, bahkan menyerukan terciptanya zona perdagangan bebas antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Tentu saja, perubahan sikap Musk ini cukup mencolok, mengingat sebelumnya ia merupakan pendukung Trump.
Kini, ia secara terbuka menentang kebijakan ekonomi yang dianggapnya merugikan.
Penurunan harga saham Tesla setelah pengumuman kebijakan tarif impor tersebut semakin memperkuat penentangan Musk terhadap kebijakan ini.
Selain Musk, beberapa pemimpin industri teknologi dan tokoh bisnis lainnya juga mengecam kebijakan tarif impor Trump.
Sebelumnya, Presiden Trump mengumumkan bahwa tarif impor baru ini merupakan bagian dari upayanya untuk mendorong negara-negara tersebut bekerja sama dalam menghentikan imigrasi ilegal dan penyelundupan bahan kimia fentanyl.
Namun, banyak kalangan yang khawatir bahwa kebijakan ini justru akan berdampak negatif bagi perekonomian AS.
"Tarif ini dapat memicu kenaikan harga dan berpotensi mengganggu sektor energi, otomotif, kayu olahan, dan pertanian," ungkap Chuck Schumer, politikus Demokrat yang memimpin mayoritas Senat AS.
Trump berjanji akan berusaha meredam dampaknya terhadap impor minyak, meskipun tarif tersebut dapat menyebabkan kenaikan harga dengan cepat bagi konsumen AS.
Dengan adanya kebijakan ini, banyak pemilih yang mendukung Trump mulai meragukan janji-janji yang telah dibuatnya untuk meredakan inflasi.