Bengkulu

Kursi Kayu Belanda di Bekas Rumah Sakit Paru Rejang Lebong, Saksi Bisu Seabad yang Masih Utuh

11 November 2025 | 15:00 WIB
Kursi Kayu Belanda di Bekas Rumah Sakit Paru Rejang Lebong, Saksi Bisu Seabad yang Masih Utuh
Kursi kayu yang tersisa dari puing-puing Rumah Sakit Paru zaman Belanda di Rejang Lebong yang masih kokoh hingga kini. [Habibi Ifriansyah/ FTNews.co.id]

Sebuah kursi kayu tua peninggalan Belanda di Kelurahan Beringin Tiga, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, masih berdiri kokoh hingga kini.

rb-1

Kursi ini menjadi saksi sejarah keberadaan Rumah Sakit Paru peninggalan kolonial yang dulunya megah pada masa penjajahan Belanda.

Kursi berusia hampir satu abad itu disimpan oleh warga setempat setelah diselamatkan dari reruntuhan bangunan rumah sakit yang dihancurkan oleh pihak Belanda menjelang masuknya tentara Jepang pada tahun 1942.

Baca Juga: Situs Batu Lebar Seguring: Jejak Awal Masuknya Islam di Rejang Lebong, Bengkulu

rb-3

Sisa-sisa pondasi bangunan Rumah Sakit Belanda di Rejang Lebong. [Habibi Ifriansyah/ FTNews.co.id]Sisa-sisa pondasi bangunan Rumah Sakit Belanda di Rejang Lebong. [Habibi Ifriansyah/ FTNews.co.id]

Lelawanawati, warga asli Beringin Tiga, menuturkan bahwa kursi tersebut telah dijaga keluarganya selama puluhan tahun.

“Kursi ini ditemukan orang tua saya di puing-puing rumah sakit. Kata orang tua, Belanda sendiri yang merusak bangunannya agar tidak direbut Jepang. Yang tersisa cuma kayu ini, lalu dibawa ke rumah,” ujarnya.

Baca Juga: Pernah Berdiri Rumah Sakit Paru Zaman Belanda di Rejang Lebong, Kini Tinggal Cerita

Meski usianya mendekati seabad, kursi itu masih tampak kokoh.

Menariknya, bagian atas kursi dibuat tanpa satu pun paku—semuanya disambung dengan teknik pahatan dan simpul kayu. Sementara bagian bawahnya menggunakan paku besi kecil sebagai penguat.

“Atasnya tidak ada paku, tapi rapat dan kuat sekali. Bawahnya baru ada paku, mungkin untuk memperkuat dudukan,” jelas Lela.

Jejak Rumah Sakit Paru Zaman Kolonial dan Cerita Mistis

Cerobong asap peninggalan Belanda di Rejang Lebong. [Habibi Ifriansyah/ FTNews.co.id]Cerobong asap peninggalan Belanda di Rejang Lebong. [Habibi Ifriansyah/ FTNews.co.id]

Penemuan kursi kayu ini memperkaya bukti sejarah keberadaan Rumah Sakit Paru peninggalan Belanda di Beringin Tiga.

Menurut cerita warga, rumah sakit tersebut dibangun sekitar tahun 1930 dan pernah menjadi fasilitas kesehatan besar di masa kolonial.

“Pasien dari berbagai daerah datang berobat ke sini. Ada yang sakit paru, gondok, sampai cacar. Banyak yang sembuh total setelah dirawat,” tutur Lelawanawati mengenang cerita orang tuanya dulu.

Rumah sakit itu berdiri di atas lahan sekitar lima hektare dengan fasilitas lengkap, mulai dari rumah dokter, rumah bidan, bengkel kendaraan, dapur umum, hingga lahan parkir luas.

Namun menjelang pendudukan Jepang pada tahun 1941–1942, Belanda menghancurkan bangunan tersebut agar tidak dikuasai pihak Jepang.

Yang tersisa kini hanyalah pondasi, cerobong asap besar, dan beberapa rumah dinas tenaga medis. Namun sebagian sudah ditempati masyarakat.

Selain kursi kayu, cerobong asap besar juga masih berdiri hingga kini.

Namun pada akhir 1980-an, lokasi ini sempat dianggap angker karena sering terjadi kesurupan dan penampakan bayangan misterius.

“Saya kecil waktu itu, banyak warga lihat bayangan dari arah cerobong. Karena takut, sebagian warga akhirnya merusaknya,” kenang Lela.

Kini, sisa pondasi rumah dokter, tembok kamar pasien, dan lubang besar yang disebut warga sebagai bekas septitank masih menjadi bukti nyata bahwa kawasan itu pernah menjadi pusat kesehatan penting pada masa penjajahan.

Tag Rejang Lebong Berita Daerah Beringin Tiga Peninggalan Belanda Sindang Kelingi Sejarah Bengkulu Rumah Sakit Paru Cerita Mistis Warisan Kolonial Kursi Antik