Lembaga Pengawas Ini Ingin Pantau Fitur Baru Microsoft
Teknologi

FTNews - Perusahaan teknologi raksasa, Microsoft, baru saja luncurkan fitur penggunaan artificial intelligence (AI) dalam sistem komputer Copilot+. Akan tetapi, terdapat sebuah fitur yang menarik perhatian akan potensi marabahaya yang dapat hadir bagi para pengguna komputer ini.
Sebuah fitur bernama Recall menjadi perdebatan bagi para ahli teknologi. Pasalnya, fitur tersebut bekerja dengan cara mengambil foto layar penggunanya secara berkala. Lalu, AI akan mempelajari dan mengingat apa yang para penggunanya telah lihat dan cari.Â
Microsoft mengatakan bahwa data tersebut akan terenkripsi secara lokal di komputer sang pengguna. Mereka mengatakan bahwa untuk membobol data pribadi tersebut, membutuhkan tenaga ahli dari peretas.
Baca Juga: Bos Meta Minta Maaf pada Keluarga Penyintas Eksploitasi Anak
Melansir BBC, sebuah lembaga pengawas data asal Inggris, Information Commissioner’s Office (ICO) ingin memantau fitur tersebut. Saat ini, mereka sedang memintai perusahaan yang Bill Gates bangun tersebut untuk memberikan informasi terkait keamanannya. Yang mana, para pegiat privasi sebut sebagai potensi “mimpi buruk bagi privasiâ€.
Juru bicara dari ICO mengatakan bahwa perusahaan harus “menilai dan memitigasi secara ketat†terkait risiko terhadap hak dan kebebasan masyarakat. Setelah itu, baru produk ini dapat muncul di pasaran. “Kami sedang melakukan penyelidikan terhadap Microsoft untuk memahami perlindungan yang diterapkan untuk melindungi privasi pengguna,†kata mereka.
Mimpi Buruk
Baca Juga: Anak Perusahaan Amazon Buat Taksi Robot di Las Vegas
Banyak para pakar teknologi menilai negatif dari fitur baru Microsoft ini. Pasalnya, fitur ini dapat melihat data aktivitas seperti foto, email, histori, dan lain sebagainya yang tersedia di komputer mereka.
Sebenarnya, fitur tersebut sudah ada pada beberapa perangkat. Namun, Recall juga mengambil data melalui tangkapan layar setiap beberapa detik dan juga menyimpan data pencarian.
“Ini dapat menjadi mimpi buruk bagi privasi. Faktanya bahwa tangkapan layar akan berlangsung saat menggunakan perangkat tersebut dapat memberikan rasa merinding bagi orang-orang,†jelas Dr Kris Shirshak, penasihat AI dan privasi, kepada BBC.
“Orang-orang akan menghindari beberapa situs dan mengakses dokumen. Terutama, dokumen-dokumen penting. Saat Microsoft mengambil gambar setiap detiknya,†lanjutnya.
Selain itu, seorang ahli dalam data dan privasi dari Keystone Law, Daniel Tozer, mengatakan bahwa sistem ini mengingatkannya sebuah program serial di Netflix, yaitu Black Mirror. “Microsoft harus memiliki landasan hukum untuk merekam dan menunjukan informasi pribadi penggunanya,†paparnya.
Ia juga mempertanyakan bagaimana Microsoft akan mendapatkan persetujuan untuk orang-orang yang muncul di layar dalam sebuah video call ataupun foto. "Mungkin ada informasi di layar yang merupakan hak milik atau rahasia bagi perusahaan pengguna. Apakah perusahaan akan senang jika Microsoft mencatat hal ini?†jelas Tozer.
"Apakah mereka akan diberi pilihan untuk menyetujui hal tersebut? Kontrol pengguna dan akses akan menjadi isu utama yang pastinya akan menjadi fokus Microsoft," lanjutnya.