Manuver Jokowi: Politik Dinasti atau Sakit Hati?
Nasional

Forumterkininews.id, Jakarta- Intrik politik dinasti erat kaitannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhir- akhir ini. Dua putranya bukan lagi berebut tahta, melainkan melanjutkan trah politiknya untuk berkuasa.
Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menghebohkan jagat perpolitikan Indonesia usai Golkar mendeklarasikannya sebagai cawapres Prabowo Subianto pada Sabtu, (21/10). Banyak pihak agaknya kecolongan atas manuver sang Wali Kota Solo.
Perjalanannya sebelum resmi mendaftar ke KPU pada Rabu, (25/10), pun penuh kontroversi yang kian memunculkan spekulasi mengenai politik dinasti. Lantaran, Gibran lolos sebagai cawapres usai Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah persyaratan batas usia pencalonan.
Baca Juga: Menag: Jika Pahlawan Mengorbankan Jiwa dan Raga, Kita Korbankan Waktu dan Pikiran
Selain itu, Gibran juga masih merupakan kader PDI Perjuangan (PDIP). Sehingga majunya ia sebagai cawapres cukup membuat internal partai berkontraksi. Gibran tak mengundurkan diri, PDIP pun tak memecat atau menyuruhnya mengundurkan diri.
Meski pencalonannya menuai pro dan kontra hingga pemberitaannya meluas kemana-mana, Gibran dengan ksatria menenangkan hati calon duetnya, Prabowo Subianto. "Tenang saja Pak Prabowo, saya sudah di sini,"kata Gibran di GBK Senayan, Rabu (25/10), sebelum mendaftar ke KPU.
Bakal cawapres Gibran Rakabuming Raka (kiri) bersama Capres Prbowo Subianto (kanan) dalam deklarasi di Jakarta Selatan, Rabu (25/10). (Foto: Forumterkininews.id/Eriel Wira Natha)
Baca Juga: Sidang Pemilu Proporsional Terbuka Ditunda, MK Beberkan Alasannya
Gibran Rakabuming Raka bukan nama pertama yang bakal mengikuti jejak sang Bapak dalam berpolitik. Namun adiknya, Kaesang Pangarep juga tak luput dari sorot mata publik.
Kaesang, yang berlatarbelakang pengusaha dan sebelumnya menekuni bisnis kuliner, mendadak terjun ke politik dengan bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Belum cukup sampai di situ, selang dua hari tepatnya pada Senin, (25/9), Kaesang terpilih menjadi Ketua Umum PSI. Padahal, menjadi kader PSI merupakan debut perdana Kaesang di politik dalam negeri.
Kaesang menyebut PSI adalah partainya anak muda, itu kenapa ia bersedia saat mendapat tawaran menjadi ketum menggantikan Giring Ganesha.
Soekarno pernah bilang, beri aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia. Namun Jokowi, ia cukup membawa dua pemuda yang mana adalah putranya, sudah cukup mengguncang dunia perpolitikan Indonesia.
Gibran, Prabowo dan politik dinasti
Pengamat politik Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia menyebut, politik dinasti akan lekat pada Jokowi dan Gibran. Sementara Prabowo dianggap sebagai tokoh yang ikut serta melanggengkan praktik politik dinasti.
"Isu ini akan cukup membebani Prabowo, terlebih ia sudah menanggung beban pelanggaran HAM, lalu kini harus bertambah isu dinasti yang tak kalah sensitif,"kata Dedi kepada Forumterkininews.id.
Soal apakah politik dinasti menjadi manuver Jokowi atau hanya ungkapan rasa sakitnya kepada sosok Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Dedi tegas mengatakan ini hanya soal manuver.
"Semua hanya soal manuver politik, persoalan sakit hati itu ruang privat Jokowi, yang tentu tidak mengemuka ke publik,"tandasnya.
Tarik mundur ke belakang, isu sakit hati Jokowi ke Megawati sempat ramai di pemberitaan. Sikap dan perkataan Megawati kepada orang nomor satu di RI itu, konon membuat sakit hati hingga akhirnya muncul manuver Jokowi.
Di luar itu, lanjut Dedi, yang saat ini menjadi pertanyaan adalah nasib Gibran di PDIP. Karena sampai detik ini belum ada statement resmi mengenai kemana Gibran berlabuh usai menjadi cawapres.
"Ada semacam saling tunggu. PDIP menunggu Gibran keluar, sementara Gibran bisa saja menunggu dipecat. Karena nuansa politisnya bisa berbeda,"papar Dedi.
Megawati dan PDIP lanjutnya, tidak punya catatan dua kaki. Sehingga meskipun pada akhirnya memang Gibran dan Jokowi tidak dipecat, dan PDIP mendapat keuntungan dari pengusungan kedua kadernya, itu hanya soal dinamika.