Mengenal Legenda Nusa Tenggara Barat, Pohon Enau Sebagai Perwujudan Gadis yang Terlantar
Sosial Budaya

Di Nusa Tenggara Barat, terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul dari kemunculan pohon enau. Dalam legenda itu diceritakan bahwa pohon enau adalah jelmaan dari gadis yang terlantar dan sebatang kara.
Dilansir dari buku Marina Asril Reza yang berjudul 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng & Fabel dari 33 Provinsi, Rabu (18/12), pada zaman dahulu hidup seorang gadis bernama Dedara Nunggal.
Dedara hidup sebatang kara tanpa satupun saudara. Kedua orang tua Dedara Nunggal sudah bercerai. Ayah dan ibunya sudah menikah dan memiliki pasangan masing-masing.
Awalnya, Dedara Nunggal tinggal bersama ayahnya. Namun, ia tidak bisa hidup dengan akur bersama ibu tirinya. Situasi ini mengakibatkan Dedara Nunggal sering berselisih paham dengan ibu tirinya. Semua yang dilakukan Dedara Nunggal selalu salah di mata sang ibu tiri.
Seringnya pertengkaran yang terjadi membuat ayah Dedara Nunggal menyuruh anaknya itu untuk tinggal bersama sang ibu kandung. Akan tetapi, situasi yang sama juga terjadi.
Suami ibu kandungnya tidak menerima keberadaan Dedara Nunggal. Akhirnya Dedara Nunggal pergi berjalan tidak tentu arah dengan perasaan kecewa atas perlakuan kedua orang tuanya tersebut.
Setelah berjalan beberapa hari, Dedara Nunggal akhirnya sampai di sebuah sungai. Di tepii sungai itu terdapat sebuah batu besar. Dedara Nunggal kemudian duduk termenung di atas batu besar itu. Ia merasa tidak berguna dengan situasi yang dialaminya.
Tidak lama kemudian, Dedara Nunggal melompat dan masuk ke dalam sungai. Seluruh tubuhnya tenggelam dan terbawa oleh arus sungai.
Ajaibnya, tubuh Dedara Nunggal tiba-tiba berubah menjadi sebatang pohon lengkap dengan akarnya. Pohon ini terus mengapung mengikuti alur sungai.
Sesampainya di hilir, terdapat seorang pemuda bernama Teruna Tunggal yang tengah mandi di sungai itu. Pohon jelmaan Dedara Nunggal ini kemudian menyentuh tubuh Teruna Tunggal yang tengah mandi.
Pohon tersebut kemudian tiba-tiba berbicara dan meminta Teruna Tunggal untuk menanamnya di pinggiran sungai. Pohon jelmaan Dedara Nunggal ini berkata bahwa dia akan mendapatkan kebaikan jika melakukan hal itu.
Teruna Tunggal kemudian mengangkat pohon tersebut dan menanamnya di pinggiran sungai. Pohon jelmaan Dedara Nunggal ini kemudian bercerita mengenai kisah hidupnya.
Di akhir cerita, pohon jelmaan Dedara Nunggal menjelaskan manfaat yang bisa didapatkan Teruna Tunggal dari dirinya. Pohon itu berkata bahwa Teruna Tunggal harus menunggu sampai ia berbunga.
Ketika berbunga, Teruna Tunggal bisa memanjat pohon tersebut dan memotong antara batang bunga dan pohon. Namun, Teruna Tunggal harus menyebutkan nama pohon ini yaitu Sundari Bungkah ketika memanjatnya.
Teruna Tunggal mendengarkan penjelasan dari pohon jelmaan Dedara Nunggal dengan seksama. Pohon ini berkata bahwa nantinya akan keluar air dari celah yang sudah dipotong oleh Teruna Tunggal. Air tersebut kemudian bisa digunakan sebagai gula. Selain itu, air yang keluar itu juga bisa dijadikan minuman secara langsung.
Setelah beberapa langsung waktu berlalu, bunga dari pohon tersebut akhirnya muncul. Teruna Tunggal kemudian melakukan pesan yang sudah ia dapatkan sebelumnya.
Teruna Tunggal juga mengajak masyarakat kampungnya untuk memanfaatkan hasil dari pohon tersebut. Dedara Nunggal yang pada awalnya merasa tidak berguna ternyata bisa memberikan banyak manfaat ketika sudah menjelma sebagai sebuah pohon.
Oleh masyarakat setempat, pohon itu kemudian diberi nama Sundari Bungkah atau Enau. Sementara di beberapa daerah lainnya, pohon ini dikenal dengan nama Aren (Arenga Pinnata).
Pohon Enau memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah nira enau yang dapat diolah menjadi gula aren atau gula merah, minuman tuak dan saguer. Nira bening juga dapat diminum untuk menyegarkan badan.
Sisa-sisa pengolahan nira dan bagian-bagian lain dari pohon enau dapat diolah menjadi pupuk organik. Nira aren biasanya dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol, sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Selain itu, kayu enau juga ringan dan kuat, sehingga dapat digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga, kerangka bangunan dan bahan konstruksi ringan.
Sementara, serat dari daun dan pelepah enau juga biasa digunakan untuk bahan kerajinan. Sedangkan ijuk dari pohon enau biasanya digunakan untuk membuat sapu.
Pohon enau memiliki sistem akar yang kuat dan dalam. Hal ini membuatnya dapat mencegah erosi tanah dan menjaga kestabilan lereng-lereng bukit.
Buah dari pohon enau biasanya diolah menjadi kolang-kaling yang memiliki banyak manfaat kesehatan seperti meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengatur tekanan darah, menjaga kesehatan pencernaan, melawan radikal bebas dan menjaga kesehatan kulit.
Batang pohon enau yang sudah tidak produktif bisa menghasilkan tepung (pati) yang biasa disebut ‘hun kwe”. Tepung ini biasanya digunakan untuk membuat makanan seperti cendol, mie dan bihun.