Menguak Misteri Otak Para Bilingual Dalam Memahami Bahasa
Teknologi

FTNews - Setidaknya, seorang manusia dapat berbicara dan memahami satu bahasa dalam kehidupannya. Namun, terdapat manusia yang memahami dua ataupun lebih bahasa yang mereka dapat mereka pahami dan berbicara yang disebut sebagai bilingual.
Melansir Reuters, sebuah penelitian dari Jurnal Cerebral Cortex meneliti bagaimana reaksi otak manusia dengan kemampuan bilingual. Penelitian ini merekrut sekelompok orang dengan kemampuan bilingual.
Para peneliti akan mengamati aktivitas otak mereka menggunakan sebuah metode bernama functional magnetic resonance imaging (FMRI).Â
Baca Juga: Twitter Didenda Rp2,1 Triliun Gara-gara Langgar Privasi Pengguna
Metode ini merupakan sebuah metode yang biasanya untuk pemeriksaan otak dan saraf tulang belakang. Sehingga, manusia dapat melihat kondisi dan aliran darah otak saat pasien melakukan aktivitas.
Berdasarkan penelitian tersebut, para peneliti memberikan para responden bahasa yang mereka kurang pahami ataupun tidak mengerti. Ternyata, ada sebuah peningkatan aktivitas otak di cerebral cortex para bilingual yang merupakan lokasi pemrosesan bahasa di otak.
Ilustrasi aktivitas otak. Foto: canva
Baca Juga: Apple Cabut Aturan Wajib Masker Bagi Karyawan
“Kami pikir ini karena saat Anda memproses sebuah bahasa yang Anda pahami, Anda dapat menggunakan seluruh rangkaian operasi linguistik,†jelas Evelina Fedoreko, seorang peneliti otak dari Massachusetts Institute of Technology dan peneliti senior dalam penelitian ini.
“Anda dapat mengakses arti kata dari dalam ingatan, anda dapat membuat frasa dan klausa dari setiap kata, dan Anda dapat mengakses makna tingkat kalimat yang kompleks," lanjutnya.
Namun, sebuah pengecualian menjadi perhatian para peneliti. Para responden yang mendengarkan bahasa ibu, memiliki respon otak lebih rendah dari pada bahasa lain yang mereka ketahui.
Selain itu, beberapa bilingual mendengarkan bahasa ibu mereka hanya mengaktifkan sebagian dari jaringan otak bahasa, bukan keseluruhan.
“Poliglot menjadi ahli dalam bahasa ibunya dari sudut pandang efisiensi proses saraf yang diperlukan untuk memprosesnya,†jelas ahli saraf dan rekan penulis studi Olessia Jouravlev dari Carleton University di Kanada.
“Oleh karena itu, jaringan bahasa di otak tidak aktif ketika mereka melakukan pemrosesan bahasa asli versus non-pribumi,†lanjutnya.