Meski Ditahan ICC, Rodrigo Duterte Menang Telak dalam Pilkada Davao
Nasional

Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dipastikan meraih kemenangan telak dalam pemilihan wali kota Davao—kota kelahirannya—meskipun saat ini tengah ditahan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag atas dugaan pelanggaran HAM dalam perang narkoba berdarah yang dijalankannya semasa menjabat.
Dengan lebih dari 80 persen suara yang telah dihitung secara tidak resmi, Duterte unggul jauh atas pesaing terdekatnya.
Ia meraih dukungan delapan kali lipat lebih besar, menandai dominasi mutlaknya dalam pemilihan sela yang digelar di berbagai wilayah Filipina pada Senin (13/5/2025).
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Penangkapan Benjamin Netanyahu, Palestina: Keadilan Bagi Korban
Kemenangan ini dianggap sebagai bukti nyata bahwa sosok berusia 80 tahun tersebut masih sangat dihormati di Davao, terutama karena citranya sebagai pemimpin keras yang dikenal luas dengan julukan “Duterte Harry” atau “The Punisher” akibat pendekatannya yang tegas dalam pemberantasan kejahatan.
Halaman Facebook lama milik Duterte pun dibanjiri ucapan selamat dari para pendukungnya. Banyak dari mereka menyuarakan harapan agar ia bisa segera kembali ke tanah air dan memimpin kembali.
"Selamat, Tatay D! Mari kita pulangkan dia ke rumah," tulis salah satu komentar.
Baca Juga: WNI Terlibat Kepemilikan Senjata Api Ilegal di Filipina, Polri Kirim Tim Gabungan
Jika proses hukum terus berlanjut, Duterte bisa menjadi mantan kepala negara Asia pertama yang diadili di ICC.
Penangkapannya pada Maret lalu oleh aparat Filipina atas permintaan ICC sempat memicu kontroversi dan kemarahan publik, terutama di kalangan loyalisnya. Banyak yang menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk “penculikan” oleh pengadilan asing.
Duterte sendiri telah berulang kali membela kebijakan kerasnya terhadap narkoba, sementara tim hukumnya menyebut penangkapan itu tidak sah.
Namun ICC menegaskan bahwa mereka masih memiliki yurisdiksi terhadap dugaan pelanggaran yang terjadi sebelum Filipina menarik diri dari Statuta Roma pada 2019.
Kasus ICC terhadap Duterte mencakup dugaan keterlibatan “regu tembak” dalam pembunuhan tersangka kriminal di Davao saat ia masih menjabat wali kota—tuduhan yang telah dibantah olehnya.
Namun para pengamat menilai penahanan justru memperkuat simpati dan dukungan terhadap keluarga Duterte, terutama di wilayah Davao.
Dua putra Duterte juga mencatatkan kemenangan dalam pemilu lokal kali ini. Salah satunya terpilih kembali sebagai anggota kongres, sementara yang lainnya memenangkan kursi wakil wali kota Davao—posisi yang kemungkinan akan diisi saat sang ayah belum bisa aktif menjalankan tugas.
Dominasi politik keluarga Duterte di Davao dipandang sebagai kekuatan penting, terlebih di tengah situasi politik nasional yang memanas.
Putri Duterte yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, tengah menghadapi proses pemakzulan. Jika terbukti bersalah, ia bisa dijatuhi hukuman larangan berpolitik seumur hidup, yang tentu akan menggagalkan peluangnya mencalonkan diri sebagai presiden di masa mendatang.
Saat ditanya soal kemenangan sang ayah, Sara mengatakan tim hukum telah menyiapkan langkah-langkah agar Duterte tetap bisa dilantik secara sah.
"Begitu kami menerima dokumen resmi, pengacara ICC akan berdiskusi lebih lanjut mengenai proses pelantikan beliau sebagai wali kota," ujarnya.
Sumber: CNN