Otomotif

Mobil Baru atau Mobil Bekas, Siapa yang Unggul di 2024?

Abe
Selasa, 17 Desember 2024 | 13:23 WIB
Mobil Baru atau Mobil Bekas, Siapa yang Unggul di 2024?
Ilustrasi mengendarai mobil. [Ist]

Pasar otomotif Indonesia menghadapi tantangan berat dengan penurunan penjualan mobil baru yang signifikan di penghujung tahun 2024. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan revisi target penjualan nasional dari 1,1 juta unit menjadi hanya 850 ribu unit.

Faktor seperti menurunnya daya beli masyarakat, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi global turut memengaruhi lesunya kondisi pasar. Dalam situasi ini, konsumen dihadapkan pada pilihan, yaitu mobil baru atau mobil bekas. Mobil baru menawarkan kenyamanan teknologi terkini, sementara mobil bekas memberikan solusi ekonomis yang menarik.

Di tengah tren ini, mari kita telaah kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan agar Anda dapat menentukan mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup Anda.

Baca Juga: Sudah Meluncur, Suzuki Gelontorkan Rp1 Triliun Lebih Demi Rakit Fronx di Cikarang

Menyesuaikan Pilihan dengan Kebutuhan

Keputusan untuk membeli mobil baru atau bekas sangat bergantung pada prioritas pribadi, termasuk anggaran, fitur, dan tujuan penggunaan kendaraan. Berikut ini adalah perbandingan komprehensif antara kedua opsi berdasarkan lima faktor utama:

Harga: Mobil Bekas Lebih Ekonomis

Jika Anda memiliki anggaran terbatas, mobil bekas adalah pilihan cerdas. Harganya jauh lebih terjangkau, bahkan memungkinkan Anda untuk memiliki model premium dengan biaya setara mobil baru kelas menengah. Ini memberikan peluang untuk berkendara dengan gaya tanpa perlu khawatir menguras dompet.

Namun, mobil baru juga memiliki daya tariknya sendiri. Meski lebih mahal, banyak produsen menawarkan promo menarik seperti diskon, cicilan ringan, atau bonus aksesori, yang bisa membuat pengeluaran terasa lebih bersahabat.

Baca Juga: Ekspor Menggeliat, Pasar Otomotif Indonesia Diprediksi Masih Bisa Bertumbuh di 2025
Pedagang mobil bekas. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Depresiasi Nilai: Mobil Bekas Lebih Stabil

Salah satu kelemahan mobil baru adalah depresiasi nilai yang terjadi sangat cepat. Dalam 1-2 tahun pertama, harga mobil baru bisa turun hingga 20-30%. Hal ini membuatnya kurang ideal bagi Anda yang sering mengganti kendaraan. Sebaliknya, mobil bekas cenderung memiliki nilai yang lebih stabil.

Penurunan harganya lebih lambat, sehingga Anda tidak akan terlalu rugi jika memutuskan untuk menjualnya kembali. Pilihan ini sangat cocok bagi Anda yang ingin berhemat dalam jangka panjang.

Teknologi dan Fitur: Keunggulan Mobil Baru

Ketika berbicara tentang teknologi, mobil baru jelas unggul. Dengan fitur-fitur modern seperti sistem bantuan pengemudi, konektivitas digital, hingga fitur keselamatan canggih seperti pengereman otomatis dan kamera 360 derajat, pengalaman berkendara menjadi lebih nyaman dan aman.

Sementara itu, mobil bekas biasanya memiliki fitur yang lebih sederhana, terutama jika usianya lebih dari lima tahun. Namun, jika Anda memilih model premium atau keluaran terbaru yang usianya masih muda, teknologi yang ditawarkan sering kali masih cukup memadai.

Biaya Perawatan: Mobil Baru Lebih Hemat di Awal

Untuk urusan perawatan, mobil baru memiliki keunggulan tersendiri. Garansi pabrikan biasanya mencakup biaya perawatan selama beberapa tahun pertama, sehingga Anda tidak perlu khawatir dengan pengeluaran tambahan. Selain itu, kondisi komponen yang masih baru mengurangi risiko kerusakan.

Sebaliknya, mobil bekas cenderung membutuhkan biaya perawatan yang lebih besar, terutama jika riwayat perawatannya kurang terjaga. Pastikan Anda memeriksa kondisi kendaraan dengan teliti sebelum membelinya agar tidak ada kejutan biaya di kemudian hari.

Lingkungan: Mobil Baru Lebih Ramah

Kesadaran akan isu lingkungan menjadikan mobil baru pilihan yang lebih ramah lingkungan, terutama dengan kehadiran kendaraan listrik (EV) dan hybrid. Mobil jenis ini mampu mengurangi emisi karbon sekaligus lebih hemat energi. Namun, mobil bekas juga memiliki kontribusi positif terhadap lingkungan.

Dengan membeli mobil bekas, Anda membantu memanfaatkan kendaraan yang sudah ada, sehingga produksi mobil baru-yang memerlukan sumber daya besar dapat ditekan.

Tren Mobil Listrik 2025: Dominasi Kendaraan Ramah Lingkungan

Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tonggak penting bagi kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB). Dukungan pemerintah melalui insentif fiskal, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP), memungkinkan harga mobil listrik menjadi lebih kompetitif. Insentif ini tidak hanya menurunkan harga, tetapi juga mendorong percepatan transisi energi bersih di sektor transportasi.

Selain itu, pemerintah terus memperluas infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya (charging station) di berbagai kota besar. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan, kendaraan listrik tidak lagi sekadar tren, tetapi menjadi kebutuhan masa depan.

Tag Pasar Otomotif

Terkini