Netanyahu Ultimatum! Jika Tawanan tak Dibebaskan hingga Sabtu, Gencatan Senjata Batal Israel akan Lanjutkan Perang di Gaza
Nasional

Pernyataan Hamas yang menyebut akan menangguhkan pertukaran sandera sampai batas waktu yang belum ditentukan, dibalas dengan keras oleh Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, Israel akan melanjutkan perang di Gaza jika hingga Sabtu (15/2/2025) mendatang, sandera tidak dibebaskan.
Padahal Hamas beralasan pihaknya menunda pembebasan sandera lantaran Israel lah yang melanggar ketentuan utama perjanjian tersebut. Demikian dikutip dari Al Jazeera. Seolah tak peduli tuduhan Hamas, Netanyahu balik mengancam Hamas dan mengultimatum pembebasan sandera paling lambat hari Sabtu mendatang.
Semakin memanasnya kedua belah pihak ini membuat kelanjutan gencatan senjata ini menjadi mengkhawatirkan. "Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami paling lambat Sabtu siang (10:00 GMT), gencatan senjata akan berakhir, dan (tentara Israel) akan kembali bertempur sengit hingga Hamas akhirnya dikalahkan," tegas Netanyahu dalam sebuah posting di X.
Baca Juga: Langkah Tegas Turki! Ucapan Duka Ismail Haniyeh Dihapus, Instagram Diblokir
Hamas mengatakan pelanggaran gencatan senjata Israel telah mencapai titik di mana Hamas tidak akan lagi menepati janjinya dan akan menunda pembebasan sekelompok tawanan Israel yang akan datang tanpa batas waktu.
"Pimpinan perlawanan memantau pelanggaran musuh dan ketidakpatuhan mereka terhadap ketentuan perjanjian. Sementara itu, perlawanan memenuhi semua kewajibannya," kata Abu Obeida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, pada hari Senin, tulis Al Jazeera.
Sebaliknya, Netanyahu pun dalam serangkaian tweet pada hari Selasa, menyalahkan Hamas karena melanggar gencatan senjata dan menambahkan bahwa ia memerintahkan tentara Israel untuk "mengumpulkan pasukan di dalam dan di sekitar Jalur Gaza".
Baca Juga: Saat Merkava ‘Tank Terkuat di Dunia’ Tak Mampu Lindungi Tentara Israel: Apakah Cuma Mitos?
Sejauh ini, sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Hamas telah membebaskan 21 tawanan dalam serangkaian pertukaran untuk ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Berdasarkan ketentuan kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, di mana fase pertama dimulai sejak 19 Januari 2025, sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai ganti bagi sekitar 1.900 tahanan, yang sebagian besar merupakan warga Palestina, yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Menteri pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut pengumuman Hamas sebagai “pelanggaran penuh” kesepakatan gencatan senjata.
“Pengumuman Hamas untuk menghentikan pembebasan sandera Israel merupakan pelanggaran penuh kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera. Saya telah memerintahkan (militer) IDF untuk bersiap pada tingkat kewaspadaan tertinggi untuk segala kemungkinan skenario di Gaza,” urai Katz melalui pernyataan tertulis, dikutip dari VOA Indonesia.
Israel Bersiaga Perang Lagi!
Dikutip dari CNN, Abu Obeida, juru bicara sayap bersenjata Hamas, mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial: "Kami menegaskan komitmen kami terhadap ketentuan perjanjian selama pendudukan berkomitmen terhadapnya."
Hamas menambahkan bahwa masih ada peluang bagi pembebasan untuk dilaksanakan sesuai rencana, dengan mengatakan bahwa Israel memiliki cukup waktu "untuk memenuhi kewajibannya."
Israel mengatakan penundaan adalah "pelanggaran total" terhadap kesepakatan. Katz mengatakan bahwa ia menginstruksikan militer untuk "bersiap pada tingkat kewaspadaan tertinggi untuk setiap kemungkinan skenario di Gaza." Militer Israel juga mengatakan bahwa mereka meningkatkan tingkat kesiapan di Israel selatan dan akan memperkuat wilayah tersebut untuk meningkatkan "kesiapannya terhadap berbagai skenario."
Pengumuman tersebut juga muncul setelah pasukan Israel melepaskan tembakan pada hari Minggu di wilayah timur Kota Gaza, dekat perbatasan Gaza, menewaskan tiga warga Palestina, kata otoritas Palestina.
Insiden itu terjadi di dekat pagar perbatasan dekat Nahal Oz, kibbutz Israel, atau komune pertanian. Setelah insiden itu, Katz berkata: "Siapa pun yang memasuki zona penyangga, darah mereka ada di kepala mereka sendiri – tidak ada toleransi bagi siapa pun yang mengancam pasukan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) atau wilayah pagar dan masyarakat."
Kata Trump, Batalkan Gencatan Senjata jika Hamas tak Bebaskan Sandera
Keraguan tentang masa depan kesepakatan itu juga menyusul kecaman Israel terhadap penampilan kurus kering dan lemah para sandera yang dibebaskan minggu lalu sebagai sesuatu yang "mengejutkan."
Banyak sandera Israel yang tersisa diyakini berada dalam kondisi yang lebih buruk, pejabat pemerintah Israel mengatakan kepada CNN pada hari Selasa. Apa yang dikatakan Trump? Presiden Trump telah mendesak Israel untuk "membiarkan semua kekacauan terjadi" dan membatalkan gencatan senjata dan kesepakatan sandera jika Hamas tidak mengembalikan mereka yang masih ditahan di Gaza pada hari Sabtu.
"Menurut saya, jika semua sandera tidak dikembalikan pada hari Sabtu pukul 12 siang – saya rasa ini waktu yang tepat – saya akan katakan, batalkan saja dan semua taruhan dibatalkan dan biarkan kekacauan terjadi," kata presiden kepada wartawan di Ruang Oval pada hari Senin.
Trump menambahkan bahwa semua sandera harus dikembalikan, bukan dua atau tiga "sedikit demi sedikit," yang merupakan cara pembebasan bertahap yang diuraikan dalam kesepakatan tersebut.
Ketika ditanya tentang apa yang mungkin terjadi di Gaza, Trump berkata, "Anda akan tahu, dan mereka akan tahu – Hamas akan tahu apa yang saya maksud."***