Paus Leo XIV Bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Vatikan, Ada Apa?
Paus Leo XIV bertemu dengan Mahmoud Abbas, Presiden Negara Palestina pada Kamis kemarin. Pemimpin kedua membahas “kebutuhan mendesak untuk memberikan bantuan kepada masyarakat sipil di Gaza.
Percakapan tersebut, yang berlangsung di Vatikan, merupakan pertemuan pertama antara keduanya, setelah sebelumnya mereka hanya berbicara melalui telepon.
Sambutan Hangat dan Ziarah ke Makam Paus Fransiskus
Baca Juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Telepon Paus Leo XIV Sikapi Situasi Gaza dan Tepi Barat
Dikutip Vatican News, Kantor Pers Takhta Suci menggambarkan pertemuan itu sebagai “hangat”, seraya menambahkan bahwa di antara topik yang dibahas juga terdapat kebutuhan mendesak untuk “mengakhiri konflik dengan mengejar solusi dua negara”.
Sehari sebelum pertemuannya dengan Paus Leo , Presiden Abbas mengunjungi Basilika Santa Maria Maggiore untuk memberikan penghormatan di Makam Paus Fransiskus.
Kunjungan tersebut merupakan kegiatan pertamanya setelah tiba di Roma pada Rabu sore.
Berbicara kepada para jurnalis yang menunggu di tangga gereja, Presiden Abbas berkata: “Saya datang untuk melihat Paus Fransiskus karena saya tidak dapat melupakan apa yang telah ia lakukan untuk Palestina dan untuk rakyat Palestina, dan saya tidak dapat melupakan bahwa ia mengakui Palestina tanpa ada seorang pun yang harus memintanya melakukannya.”
Kunjungan Presiden Abbas ke makam Fransiskus, yang saat itu ia didampingi oleh imam Fransiskan Mesir, Ibrahim Faltas, mantan Vikaris Penjaga Tanah Suci, berlangsung sekitar lima belas menit. Presiden Abbas meletakkan sebuket bunga di atas makam sederhana sederhana yang bertuliskan Franciscus.
10 tahun Perjanjian Komprehensif Palestina–Takhta Suci
Paus Leo Xiv Saat Pengumuman 7 Santo Baru. (Ig @Pontifex)Kunjungan Presiden Abbas ke Vatikan juga menandai peringatan 10 tahun penandatanganan Perjanjian Komprehensif antara Takhta Suci dan Negara Palestina.
Teks yang ditandatangani pada 26 Juni 2015 tersebut menegaskan komitmen kedua pihak terhadap penentuan nasib sendiri bagi Palestina dan solusi dua negara.
Perjanjian itu juga menekankan makna simbolis dan spiritual Yerusalem bagi umat Yahudi, Kristen, dan Muslim.