Internasional

Ini 7 Santo yang Baru Diumumkan Paus Leo XIV, Salah Satunya dari Papua Nugini

19 Oktober 2025 | 22:15 WIB
Ini 7 Santo yang Baru Diumumkan Paus Leo XIV, Salah Satunya dari Papua Nugini
Pengumuman 7 santo baru oleh Paus Leo XIV. (ig @pontifex)

Paus Leo XIV mengkanonisasi tujuh santo baru pada hari Minggu, 19 Oktober 2025. Salah satu di antaranya dari Papua Nugini.

rb-1

Yan lainnya seorang pengacara asal Italia yang meninggalkan Satanisme dan menjadi “rasul Rosario,” seorang uskup agung Armenia yang mati martir, serta seorang warga Venezuela yang dikenal sebagai “dokter bagi kaum miskin.”

Upacara kanonisasi yang sebelumnya telah disetujui oleh mendiang Paus Fransiskus ini dipimpin oleh Paus Leo XIV pada 19 Oktober di Vatikan. Kelompok ini terdiri atas tiga perempuan dan empat laki-laki, dengan dua martir, tiga awam, dan dua pendiri tarekat religius.

Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Jerome Kurnia Syok: Paus Simbol Agama Katolik

rb-3

Di antara mereka terdapat santo pertama dari Papua Nugini dan dua santo pertama dari Venezuela. Berikut ke-7 santo tersebut seperti dikutip CNA:

1. Bartolo Longo (1841–1926)

Baca Juga: Rangkaian Perayaan Pekan Suci Paskah, Hari Ini Jumat Agung sebagai Penghormatan Salib Kristus

Bartolo Longo mengalami salah satu pertobatan paling dramatis dalam sejarah Gereja modern. Ia dibesarkan dalam keluarga Katolik, namun setelah belajar hukum di Universitas Napoli, Italia, ia beralih dari seorang Katolik taat menjadi peserta demonstrasi antipaus, kemudian menjadi ateis, lalu Satanis, bahkan sampai “ditahbiskan” menjadi imam Satanis.

Melalui doa keluarganya serta pengaruh teman-teman saleh — khususnya Profesor Vincenzo Pepe dan imam Dominikan Pastor Alberto Radente — Longo mengalami pertobatan mendalam, meninggalkan masa lalunya, dan kembali sepenuhnya kepada Gereja Katolik.

Selama 20 tahun terakhir hidupnya, Longo mengalami berbagai penyakit. Ia wafat pada 5 Oktober 1926 dan dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1980, yang menyebutnya sebagai “Rasul Rosario.”

2. Ignatius Choukrallah Maloyan (Kekaisaran Ottoman, 1869–1915)

Ignatius Maloyan adalah Uskup Agung Katolik Armenia dari Mardin, Kekaisaran Ottoman, yang dieksekusi selama genosida Armenia karena menolak berpindah ke Islam dan meninggalkan imannya pada Kristus.

Pada usia 14 tahun, Maloyan dikirim ke biara Bzommar di Lebanon. Pada tahun 1896, ia ditahbiskan menjadi imam di Gereja biara Bzommar dan mengambil nama Ignatius untuk menghormati martir Antiokhia.

Dari 1892 hingga 1910, ia melayani sebagai pastor paroki di Aleksandria dan Kairo, di mana reputasinya sangat dikenal dan diangkat menjadi Uskup Agung Mardin 22 Oktober 1911. Ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 7 Oktober 2001.

3. Peter To Rot (Papua Nugini, 1912–1945)

Peter To Rot adalah seorang katekis awam di Papua Nugini yang mati martir selama pendudukan Jepang pada Perang Dunia II. Ketika imam di desanya ditahan di kamp kerja paksa Jepang, sang imam menitipkan pesan kepadanya: “Bantulah mereka agar tidak melupakan Allah.”

Meski berada di bawah penindasan Jepang, To Rot diam-diam tetap membimbing umat. Ia menjadi pembela kuat perkawinan Kristiani dan menentang hukum Jepang yang mengizinkan poligami.

Pada tahun 1945, ia dibunuh melalui suntikan beracun dan dianggap sebagai martir iman Katolik. Ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 17 Januari 1995 dan akan menjadi santo pertama dari Papua Nugini.

4. Jose Gregorio Hernandez (Venezuela, 1864–1919)

Jose Gregorio Hernandez adalah seorang dokter, ilmuwan, dan awam Katolik Venezuela yang dihormati sebagai “dokter bagi kaum miskin.” Lahir pada 26 Oktober 1864 di Isnotú, negara bagian Trujillo, ia kehilangan ibunya saat berusia delapan tahun.

Ia menempuh pendidikan kedokteran di Caracas dan mendapat beasiswa pemerintah untuk melanjutkan studi di Paris pada tahun 1889 selama dua tahun. Setelah kembali ke Venezuela, ia menjadi profesor di Universitas Pusat Caracas dan selalu memulai setiap pelajaran dengan tanda salib.

Suatu hari, ketika hendak mengambil obat untuk seorang wanita tua miskin, ia tertabrak mobil dan meninggal di rumah sakit pada 29 Juni 1919. Ia dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus pada 30 April 2021.

5. Maria Troncatti (Italia/Ekuador, 1883–1969)

Suster Maria Troncatti, seorang biarawati Salesian asal Italia, menghabiskan hampir lima dekade sebagai misionaris di hutan hujan Amazon, Ekuador, di antara suku asli Shuar.

Sejak muda ia menunjukkan minat terhadap hidup religius. Ia mengikrarkan kaul pertama sebagai anggota Putri Maria Penolong Umat Kristiani (Daughters of Mary Help of Christians) — tarekat para Suster Salesian Don Bosco — pada 1908.

Ia wafat pada usia 86 tahun dalam kecelakaan pesawat pada 25 Agustus 1969. Ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012.

6. Maria del Carmen Rendiles Martinez (Venezuela, 1903–1977)

Paus Leo XIV saat pengumuman 7 santo baru. (ig @pontifex)Paus Leo XIV saat pengumuman 7 santo baru. (ig @pontifex)

Carmen Elena Rendiles Martinez lahir di Caracas tanpa lengan kiri dan menggunakan lengan palsu sepanjang hidupnya. Ia mendirikan Pelayan Yesus (Servants of Jesus) di Caracas dan menjadi Pemimpin Umum kongregasi tersebut.

Pada 1918, ia mulai merasakan panggilan hidup religius, namun pada masa itu disabilitas sering menjadi alasan penolakan dari biara. Akhirnya, pada tahun 1927 ia bergabung dengan Pelayan Ekaristi (Servants of the Eucharist) dan mengambil nama María Carmen.

Ia akan menjadi santa perempuan pertama dari Venezuela pada 19 Oktober 2025. Ia dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus pada 2018.

7. Vincenza Maria Poloni (Italia, 1802–1855)

Vincenza Maria Poloni, seorang suster Katolik asal Italia, mendirikan Kongregasi Suster Belaskasih Verona (Sisters of Mercy of Verona) untuk melayani kaum miskin, orang sakit, dan lansia.

Selama wabah kolera tahun 1836, ia bekerja tanpa henti di bangsal darurat, mempertaruhkan kesehatannya sendiri. Pada tahun 1840, ia mendedikasikan hidup sepenuhnya untuk melayani orang sakit dan lansia dengan gaya hidup seperti seorang biarawati — doa tekun, disiplin, dan pelayanan penuh kasih.

Pada 10 September 1848, ia mendirikan Kongregasi Suster Belaskasih Verona dan mengambil nama Vincenza Maria. Semboyannya, “Melayani Kristus dalam Diri Orang Miskin”, menjadi dasar spiritualitas tarekat tersebut yang kini hadir di tiga benua. Ia wafat pada 11 November 1855 karena tumor ganas dan dibeatifikasi pada tahun 2008.

Tag katolik paus leo santo katolik baru santo papua nugini

Terkait

Terkini