Penangkapan Bjorka, Pakar Keamanan Siber Sebut Polisi Dikadalin
 081020256.jpg)
Kasus penangkapan pemuda asal Minahasa, Sulawesi Utara, yang diduga sebagai sosok di balik nama “Bjorka” kembali menarik perhatian publik. Penangkapan itu dilakukan setelah laporan dari sebuah bank swasta yang mengaku menjadi korban kebocoran data jutaan nasabah.
Polisi menerima laporan tersebut pada Februari 2025 dan menelusuri akun X dengan nama pengguna @bjorkanesiaaa. Dalam penyelidikan, akun itu mengunggah tangkapan layar aplikasi bank dari beberapa nasabah dan mengklaim menguasai 4,9 juta data pengguna.
Keraguan Sosok Bjorka yang Ditangkap
Baca Juga: Biodata dan Agama Deddy Corbuzier, Youtuber yang Bikin Erika Carlina dan DJ Bravy Blak-blakan
Deddy Corbuzier. (youtube)
Banyak pihak kemudian mempertanyakan apakah pemuda berinisial WFT (22) benar-benar sosok Bjorka yang selama ini meretas berbagai lembaga di Indonesia. Keraguan itu juga muncul dari pakar keamanan siber muda, Teguh Aprianto, saat berbicara dalam podcast Deddy Corbuzier.
“Kalau melihat kemampuan hacker sekelas Bjorka, menurut saya kecil kemungkinan dia bisa ditangkap dengan mudah oleh kepolisian kita. Dari banyak kasus siber sebelumnya saja, hampir tidak ada aktor besar yang berhasil diamankan,” ujar Teguh kepada Deddy.
Baca Juga: Nada Tarina Pamer Jahitan Panjang Usai Operasi Skoliosis, Netizen Terenyuh
Menurut Teguh, kasus ini bermula dari laporan bank swasta yang merasa sistem keuangannya diretas oleh seseorang yang mengaku sebagai Bjorka. Ia menilai bahwa laporan itu seharusnya menjadi dasar penyelidikan yang lebih hati-hati agar tidak salah sasaran.
“Yang ditangkap malah anak muda biasa. Kalau benar ada indikasi serangan siber, mestinya polisi bisa menelusuri sumber aslinya, bukan hanya berdasarkan akun media sosial,” ucap Teguh menegaskan.
Polisi Dikadalin?
Teguh Aprianto. (youtube deddy corbuzier)
Deddy lalu menanyakan dengan nada penasaran kepada narasumbernya. “Jadi maksudnya polisi kita dikadalin nih sama Bjorka?” katanya sambil tertawa kecil.
“Bisa jadi, Mas Deddy. Soalnya setiap kali polisi ngumumin sesuatu soal Bjorka, gak lama kemudian dia malah muncul lagi dengan aksi yang lebih lucu,” ujarnya.
Contoh yang ia sebutkan adalah aksi terbaru Bjorka pada Sabtu, 4 Oktober 2025, ketika ia merilis data 341.000 personel Polri di platform X. Aksi tersebut dianggap sebagai sindiran terhadap pihak kepolisian yang sebelumnya mengklaim telah menangkapnya.
“Intinya dia cuma mau ngasih tahu bahwa yang ditangkap itu bukan dia. Dan cara dia menyampaikannya itu unik, lewat rilis data anggota polisi sendiri," katanya.
Publik pun semakin ragu dengan hasil penangkapan tersebut. Banyak yang menilai bahwa WFT hanyalah korban salah tangkap atau sekadar peniru yang mencoba mencari perhatian dengan meniru gaya Bjorka.
Teguh menegaskan bahwa kasus ini menjadi bukti pentingnya peningkatan kemampuan digital forensik aparat penegak hukum. Ia menilai tanpa pemahaman dan alat yang memadai, aparat akan terus tertinggal satu langkah dari pelaku siber yang sesungguhnya.
Kasus Bjorka kembali menyoroti lemahnya sistem keamanan data dan penegakan hukum siber di Indonesia. Siapa pun Bjorka yang asli, satu hal yang jelas — ia masih bebas beraksi di dunia maya sambil membuat publik dan aparat terus kebingungan.