Bjorka Balas Dendam! 341 Ribu Data Personel Polri Bocor

Aksi hacker legendaris Bjorka kembali menggemparkan publik Indonesia.
Setelah polisi mengklaim berhasil menangkap sosok di balik nama besar itu, justru muncul serangan balasan berupa kebocoran data lebih dari 341 ribu personel Polri.
Insiden ini membuat isu keamanan siber nasional kembali jadi sorotan.
Baca Juga: Viral Ibu-Ibu Siram Polisi di Sragen Gara-Gara Dikatain ODGJ, Begini Kronologinya!
Pada 23 September 2025, Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menangkap seorang pemuda berinisial WFT (22) asal Minahasa, Sulawesi Utara.
Pemuda ini disebut sebagai sosok di balik akun Bjorka, setelah dilaporkan melakukan peretasan dan pemerasan terhadap data nasabah sebuah bank swasta.
Polisi pun mengumumkan bahwa pihaknya berhasil menangkap Bjorka yang selama ini menebar ancaman di dunia maya.
Baca Juga: Hacker Bjorka Ternyata Pemuda Minahasa, Ditangkap Direktorat Siber Polda Metro Jaya
Namun pengumuman itu langsung menuai keraguan, baik dari publik maupun pakar keamanan siber.
Serangan Balasan: Data Personel Polri Dibocorkan
Hanya berselang beberapa hari setelah klaim penangkapan diumumkan, akun hacker bernama Bjorka kembali aktif. Kali ini, ia mengunggah file berisi data 341 ribu personel Polri ke situs NetLeaks dalam format CSV.
Bocoran tersebut memuat informasi detail yakni Nama lengkap anggota Polri, Pangkat dan satuan kerja, Nomor telepon pribadi, dan Alamat email.
Kebocoran ini dinilai sebagai serangan balasan terhadap klaim polisi yang menyebut sudah menangkap Bjorka.
Sindiran Pedas untuk Polisi
Sindiran pedas dari Bjorka. [Instagram]Dalam unggahan yang viral, Bjorka menuliskan pesan mengejek aparat:
"Since the police in Indonesia allege that they have arrested me, you can only catch me in your dreams.”
Artinya; “Karena polisi di Indonesia mengaku sudah menangkap saya, kalian hanya bisa menangkap saya dalam mimpi.”
Sindiran ini memicu perdebatan besar: benarkah WFT adalah Bjorka asli, atau hanya “peniru” yang memakai nama besarnya?
Polisi menyatakan bahwa identitas WFT masih dalam penyelidikan. Kasubbid Penmas Polda Metro Jaya, AKBP Reonald Simanjuntak, menegaskan bahwa di dunia maya siapa pun bisa mengaku sebagai orang lain.
Para pakar keamanan siber menilai penangkapan WFT belum tentu menyelesaikan masalah. Menurut mereka, yang lebih penting adalah penguatan sistem keamanan data nasional agar tidak mudah diretas.
Ancaman Serius bagi Keamanan Negara
Ilustrasi Hacker. [Freepik]Kebocoran data personel Polri dalam jumlah masif menimbulkan risiko besar.
Data sensitif tersebut bisa digunakan untuk penipuan dan rekayasa sosial (social engineering), penyebaran hoaks dan disinformasi, ancaman terhadap keselamatan pribadi anggota Polri, serta potensi serangan siber lanjutan terhadap institusi negara.
Peristiwa ini membuktikan bahwa Indonesia masih rentan terhadap serangan siber yang semakin canggih.