Penghapusan Jurusan di SMA Dianggap Langkah Tepat, Pengamat Bongkar Alasannya

Nasional

Senin, 22 Juli 2024 | 00:00 WIB
Penghapusan Jurusan di SMA Dianggap Langkah Tepat, Pengamat Bongkar Alasannya

FTNews - Pengamat pendidikan ikut menyoroti adanya kebijakan dari Kemendikbudristek RI mengenai penghapusan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA). Beberapa masyakarat ada yang mendukung dan tidak sepakat dengan keputusan ini.

Salah satunya adalah Pengamat Pendidikan, Ina Setiawati Liem yang angkat bicara soal penghapusan jurusan di tingkat SMA. Menurutnya Kemendikbud RI mengambil langkah ini sudah tepat. Sebab adanya penjurusan dalam pembelajaran siswa di sekolah ini tidak relevan.

rb-1

“Saya sudah mengadakan education conference tahun 2017 denhan tema ‘IPA/IPS di SMA, Masihkah Relevan?’. Saya mengundang berbagai stakeholder termasuk siswa, mahasiswa, orang tua, guru, rektor, Kemendikbud RI, HRD perusahaan, praktisi. Semua setuju IPA dan IPS di SMA tidak relevan. Jadi secara kebijakan sudah tepat, dan sudah dilaksanakan dalam 2 tahun terakhir sebetulnya. Hanya saja tahun ini diresmikan secara nasional,” kata Ina, saat dihubungi, pada Senin (22/7).

Lebih lanjut wanita yang pernah menempuh pendidikan di RMIT University ini mengungkapkan bahwa selama ini adanya penjurusan yang diberlakukan dapat menyulitkan siswa. Sehingga dengan dihapusnya jurusan IPA, IPS, dan Bahasa justru membuat siswa bebas memilih dalam pembelajarannya.

Baca Juga: 3 Jejak Hitam Armor Toreado Pelaku KDRT: Terlilit Utang Miliaran Rupiah

rb-3

“Menurut saya sebagai konsultan jurusan dan karier, pembagian jurusan kurang pas sehingga menyulitkan siswa selama ini. Jadi saya justru senang sekarang sudah cair, dan siswa bebas memilih, meskipun pasti masih ada kendala dalam pelaksanaannya,” tukas Ina.

Sementara itu Ina mengungkapkan dengan adanya kebijakan ini tentunya sekolah memiliki tantangan dalam implementasinya. Namun dengan kurikulum Merdeka sudah seharusnya guru mata pelajaran apapun tetap berfungsi meskipun mata pelajaran individu 'tidak laku'.

CEO san Co-Founder Jurusanku ini mencontohkan dengan seorang guru kimia yang memberikan pekerjaan menganai mengatasi sungai kotor di Jakarta. Tentunya saat pelaksanaan ini, siswa tidak hanya belajar kimia. Tapi perlu melihat dari sudut pandang sosiologi, yakni masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tersebut. Jadi guru sosiologi tetap berfungsi meskipun tidak dipilih siswa sebagai peminatan.

Baca Juga: Hari ini, Ribuan Personel Siap Amankan Demo Buruh di Kantor KPU

“Tantangannya lebih di implementasinya. Banyak sekolah belum siap secara administratif, masih gamang membagi kelas-kelasnya dan mengatur ketersediaan guru. Tiap tahun minat siswa akan berbeda-beda, bisa jadi tahun ini Biologi populer, tapi tahun depan minat anak ke Biologi minim,” jelas Ina.

Ilustrasi. Anak sekolah (Foto: Antara/freepik.com)

Untuk diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi menghapus jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan penghapusan jurusan di tingkat SMA merupakan implementasi Kurikulum Merdeka, sehingga basis pengetahuan siswa lebih relevan untuk rencana studi lanjutan. Peniadaan jurusan di SMA ini sudah diterapkan secara bertahap sejak 2021.

"Pada tahun ajaran 2022, sudah sekitar 50% satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Merdeka. Pada tahun ajaran 2024 saat ini, tingkat penerapan Kurikulum Merdeka sudah mencapai 90-95% untuk SD, SMP, dan SMA/SMK," kata Anindito.

Pada kelas 11 dan 12 SMA nantinya murid yang sekolahnya menggunakan Kurikulum Merdeka ini dapat memilih mata pelajaran secara lebih leluasa sesuai minat, bakat, kemampuan, dan aspirasi studi lanjut atau karirnya.

Tag Headline Pengamat SMA Pendidikan Kemendikbud RI Penghapusan Jurusan

Terkini