Penjara Ekuador Berdarah, 31 Napi Tewas Digantung
Kerusuhan di penjara bukanlah hal baru bagi Ekuador. Negara ini sudah lama bergulat dengan kelebihan kapasitas, lemahnya pengawasan, dan maraknya praktik korupsi di dalam lembaga pemasyarakatan.
Banyak narapidana diketahui merupakan anggota geng narkoba yang masih aktif mengatur perdagangan ilegal dari balik jeruji besi. Senjata dan alat komunikasi kerap berhasil diselundupkan ke dalam sel, membuat situasi di dalam penjara sangat berbahaya.
Rangkaian Kekerasan yang Tak Pernah Usai
Insiden kali ini menjadi bagian dari rangkaian panjang kekerasan di penjara Ekuador. Pada September lalu, bentrokan antar geng di penjara Machala menewaskan 14 orang dan melukai 14 lainnya.
Tak lama berselang, 17 narapidana kembali tewas dalam kerusuhan serupa di kota Esmeraldas, wilayah utara Ekuador yang berbatasan langsung dengan Kolombia. Semua kejadian itu memperlihatkan betapa rapuhnya sistem keamanan penjara di negara Amerika Selatan tersebut.
Pemerintah Ekuador Janji Bertindak Tegas
Presiden Daniel Noboa berulang kali menegaskan komitmennya untuk menindak keras geng kriminal dan memperbaiki sistem keamanan nasional, termasuk di lembaga pemasyarakatan.
Namun, pengamat menilai bahwa janji itu belum membuahkan hasil nyata. Penjara-penjara di Ekuador masih menjadi arena kekuasaan bagi geng bersenjata yang bersaing untuk menguasai wilayah dan jalur perdagangan narkoba.
Ekuador di Ambang Krisis Kemanusiaan
Kematian puluhan narapidana ini menambah panjang daftar tragedi kemanusiaan di Ekuador. Lembaga hak asasi manusia mendesak pemerintah segera melakukan reformasi menyeluruh agar penjara tidak lagi menjadi “kuburan massal bagi orang yang kehilangan harapan hidup.”
Sementara itu, keluarga para korban menuntut transparansi penuh atas penyelidikan dan meminta otoritas memastikan tidak ada penyiksaan atau pembunuhan sistematis yang ditutupi dengan istilah “kerusuhan penjara.”
Sumber: Reuters / Mint