Pertama Kalinya, Ilmuwan Temukan Perawatan Untuk Parkinson
FTNews - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan temukan obat antibodi untuk memperlambat pergerakan tubuh akibat penyakit parkinson. Hal ini terungkap berdasarkan data hasil percobaan tahap awal.
Melansir LiveScience, saat ini perawatan untuk parkinson hanya untuk meredakan gejalanya, tidak mengatasi penyebabnya yang berasal dari otak.
Kini, antibodi baru yang bernama prasinezumab menunjukan potensinya untuk memperlambat gejala pergerakan tubuh seperti tremor dan kekakuan.
Baca Juga: Terungkap, Ini Efek Dehidrasi Bagi Tubuh yang Jarang Diketahui
Para peneliti memperkirakan salah satu penyebab dari penyakit ini adalah akumulasi dari protein versi abnormal bernama alpha synuclein di otak. Antibodi baru ini, dapat menargetkan untuk memecah gumpalan protein tersebut untuk meredam gejala parkinson.
Berdasarkan jurnal Nature Medicine, membuktikan bahwa prasinezumab dapat bekerja, meskipun hanya pada beberapa orang saja.
Para peneliti juga masih melakukan analisis dari uji tahap pertengahan yang menunjukan antibodi ini dapat memperlambat tanda-tanda disfungsi motorik pengidap parkinson.
Baca Juga: Mengenal Kato Nan Ampek, Landasan Bahasa Minang
Ilustrasi pengidap parkinson. Foto: canva
Pada tahap awal percobaan, sebanyak 316 orang ikut berpartisipasi dalam percobaan ini. Berdasarkan hasil tes mereka, efek dari prasinezumab tidak memberikan dampak yang besar bagi para partisipan.
Akan tetapi, para partisipan mengalami perubahan gejala dengan laju yang berbeda-beda.
“Analisis eksplorasi ini menunjukkan bahwa, dalam uji coba selama 1 tahun, prasinezumab mungkin mengurangi perkembangan motorik ke tingkat yang lebih besar pada individu dengan penyakit Parkinson yang berkembang lebih cepat,†tulis para peneliti dalam jurnal.
Para peneliti berspekulasi bahwa tingkat perkembangan penyakit pada setiap orang yang berbeda mungkin telah mengubah hasil.Â
Sehingga, hal tersebut menutupi manfaat yang mungkin berasal dari terapi kepada orang-orang dengan penyakit yang berkembang lebih cepat.
Jadi, para peneliti akan mengamati kembali orang-orang dengan penyakit parkinson yang agresif, yang merupakan seperempat dari total populasi. Lalu, mereka akan membandingkan pasien yang menggunakan prasinezumab selama satu tahun, dengan yang mereka hanya diberikan plasebo.