Perundungan Fatal di Tangsel? Fakta Temuan Medis dan Proses Hukum Kasus MH
SMPN 19 Tangerang Selatan tengah diselimuti suasana berduka setelah salah satu siswanya, MH (13), meninggal dunia pada Minggu, 16 November 2025.
Kepergiannya menambah panjang daftar kasus keselamatan anak di sekolah yang kembali mencuat ke publik. MH menghembuskan napas terakhir di ruang ICU RS Fatmawati Jakarta usai menjalani perawatan intensif.
Kabar bahwa insiden perundungan menjadi pemicu kondisi kritis MH menyebar cepat dan memantik gelombang keprihatinan masyarakat.
Banyak pihak mendesak agar kasus ini ditangani dengan serius, mengingat korban masih duduk di kelas 7 dan peristiwa ini menggambarkan rapuhnya perlindungan terhadap siswa di lingkungan pendidikan.
Tragedi ini bukan hanya memunculkan duka bagi keluarga, tetapi juga menggugah masyarakat untuk kembali menyuarakan pentingnya pengawasan terhadap interaksi antar siswa.
Ketika sekolah yang seharusnya menjadi ruang aman justru menyisakan luka, sudah saatnya sistem pengamanan dan pemantauan ditata ulang secara lebih ketat dan humanis.
Temuan Medis dan Dampak Insiden terhadap Kondisi Kesehatan MH
Dalam proses perawatan, dokter menemukan fakta bahwa MH mengidap tumor yang sebelumnya tidak terdiagnosis. Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, menyampaikan bahwa keberadaan tumor tersebut baru diketahui setelah korban dirawat intensif.
“Anak ini memang sudah menderita tumor, hanya saja baru diketahui setelah kejadian itu,” ujarnya.
Pernyataan tersebut membuka perspektif baru bahwa insiden yang dialami MH di sekolah diduga memperburuk kondisi medis yang sudah ada.
Kombinasi antara luka akibat kekerasan dan penyakit tersembunyi itu akhirnya memicu komplikasi yang berujung fatal. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap kesehatan fisik dan mental siswa, termasuk respons awal terhadap keluhan sekecil apa pun.
Lebih jauh lagi, temuan ini mempertegas bahwa sekolah memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang peka terhadap perubahan perilaku dan kondisi siswa.
Ketika anak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan atau sakit, pendampingan harus diberikan sejak dini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Upaya Hukum, Kronologi Lengkap, dan Evaluasi terhadap Sistem Pendidikan
Pemerintah Kota Tangerang Selatan memastikan bahwa proses hukum terhadap kasus MH akan mendapat pendampingan penuh. Wali Kota Benyamin Davnie menyatakan bahwa penyelesaian kasus diserahkan kepada kepolisian mengingat pelaku masih berstatus pelajar.
“Kita dampingi sampai ke Polres, selanjutnya penentuan pasal menjadi wewenang Kapolres,” tegasnya.
Berdasarkan informasi, kejadian yang menimpa MH bermula pada 20 Oktober 2025 ketika ia diduga mengalami kekerasan fisik berupa hantaman kursi besi oleh teman sekelas.
Sejak saat itu, kondisi MH mengalami penurunan yang signifikan. Pada 9 November 2025, ia dirujuk ke RS Fatmawati untuk menjalani perawatan intensif dan tidak menunjukkan tanda-tanda membaik sejak 11 November, hingga akhirnya meninggal dunia.
Rangkaian peristiwa ini menyisakan tanda tanya besar mengenai pengawasan di sekolah, mekanisme penanganan konflik, serta respons guru ketika mendapati adanya potensi kekerasan.
Kematian MH harus menjadi momentum penting bagi dunia pendidikan untuk mengevaluasi sistem yang ada.
Tidak cukup hanya mengecam tindakan kekerasan; sekolah perlu menerapkan langkah-langkah preventif mulai dari pembinaan karakter, peningkatan layanan konseling, hingga menyediakan jalur pelaporan yang mudah diakses siswa.
Pendidikan tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membentuk ruang aman untuk berinteraksi dan berkembang.
Refleksi Bersama Demi Masa Depan Anak-Anak
Ilustrasi pembullyan di sekolah (Pixabay)Tragedi ini memberi pelajaran pahit sekaligus menjadi alarm keras bagi semua pihak. Perundungan bukan masalah kecil; ia dapat merusak mental, fisik, bahkan merenggut nyawa.
Orang tua, sekolah, pemerintah, hingga masyarakat harus bersatu membangun ekosistem pendidikan yang lebih peduli, lebih cepat tanggap, dan lebih manusiawi.
Hanya dengan kerja sama yang solid, anak-anak dapat tumbuh dalam suasana belajar yang aman, bebas dari kekerasan, dan penuh dukungan. MH mungkin telah pergi, tetapi peristiwa ini harus menjadi pemicu perubahan besar demi melindungi generasi yang akan datang.