Rusunawa, Pembangkit Asa Warga Ibu Kota di Tengah Pandemi Covid-19
Daerah

Forumterkininews.id, Jakarta - PAGI pukul 05:20 WIB lampu sein minitras menerangi kegelapan kawasan parkir di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pulogebang, Jakarta. Suara khas dari lampu sein juga memecah keheningan pagi di rumah susun yang memiliki delapan blok dan satu tower ini.
Tak lama berselang, tangsisan bayi dan teriakan ibu-ibu terdengar seperti bersahutan. Begitulah suasana pagi di Rusunawa Pulogebang, daerah yang berbatasan dengan Bekasi, Jawa Barat.
Lantai keramik dengan dua kamar terlihat seperti sebuah unit apartemen. Lorong yang terbilang Panjang makin menguatkan kesan tersebut.
Baca Juga: Indonesia Jimny Festival Ciptakan Rekor MURI di Sirkuit Sentul
Hunian vertikal yang dibangun tahun 2013 ini menjadi salah satu tempat relokasi korban gusuran. Tempatnya yang terbilang nyaman membuat para penghuninya bisa tinggal tanpa berdesakan. Berukuran 30 meter persegi dan 36 meter persegi, rumah susun ini menjadi pembangkit asa bagi warga ibu kota.
Lahan hijau masih terhampar luas di kawasan ini. Kicauan burung pun kerap terdengar di pagi hari. Soal tempat ibadah, di Rusunawa juga difasilitasi masjid dan gereja seadanya. Para penghuni dapat leluasa dalam menjalankan keyakinannya masing-masing.
Rusunawa Pulogebang, Jakarta Timur Foto: Ridwansyah
Baca Juga: HUT ke-13 Kota Tangsel Angka Kemiskinan dan Pengangguran Naik
Penuturan Penghuni Rusunawa
Adalah Kessy, salah satu penghuni Rusunawa Pulogebang yang tinggal di Blok D dan sudah menempati hunian vertical tersebut sejak 2017 silam. Sebelum tinggal di Pulogebang ia merupakan warga Tongtek, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.
Dirinya merupakan korban gusuran saat Jakarta dipimpin Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Saat masuk ke Rusunawa Pulogebang, Kessy menjadi salah satu warga terprogram yang diarahkan untuk tinggal di Kawasan tersebut. Tiap Bulan Kessy diwajibkan membayar Rp192.000, belum termasuk pemakaian listrik dan air.
Kepada forumterkinews.id, Kessy mengaku senang bisa tinggal di hunian yang dilengkapi dua kamar tidur, satu kamar mandi dan satu dapur. Menurut ibu dua anak ini, dengan tinggal di Rusunawa, dia dan anaknya merasa lebih baik. Baik dalam hal sanitasi, maupun dalam hal kedekatan keluarga. Karena setiap hari dirinya pasti bisa bercengkrama dengan anak dan suami di ruang keluarga.
“Hampir tiap malam saya menghabiskan waktu menonton televisi bersama anak dan suami,†ujar perempuan yang rambutnya dicat kuning ini.
Gratis Sewa Selama Pandemi Covid-19
Selain lebih banyak waktu untuk keluarga, tinggal di rusunawa yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI juga mendapatkan keuntungan lain. Di antaranya, selama Pandemi para penghuni baik warga terprogram maupun umum dibebaskan membayar biaya sewa Rusunawa. Menurut Kessy ini merupakan bentuk konkret kepedulian pemerintah Provinsi DKI terhadap warganya.
Kessy melanjutkan, selain tiga keuntungan di atas, para penghuni Rusunawa juga berhak mendapatkan pangan murah. Hal ini juga berlaku bagi pemegang Kartu Jakarta Pintar. Dimana harga beras hanya Rp30.000 per 5 kilogram.
Kessy menjelaskan, untuk warga Rusunawa juga gratis menggunakan layanan transportasi Transjakarta. Sebab di seluruh Rusunawa di Jakarta, pasti ada Transjakarta. Hal ini untuk memudahkan warga bepergian. Seperti dirinya, yang banyak melakukan aktivitas pagi hari di Kawasan Tongtek, adanya Transjakarta dirinya tidak perlu mengeluarkan ongkos.
“Ya, paling bayar ongkos saat pulang dari Tongtek ke Rusunawa,†ujar Kessy.
Menurut perempuan berumur 30 tahun ini, tinggal di rusunawa seperti naik kelas. Karena setiap hari ada yang menyapu halaman. Tidak hanya itu, petugas kebersihan juga membersihkan selasar dan lorong tiap lantai rumah susun. Sehingga seluruh penghuni diwajibkan untuk bersih dan tidak boleh kotor, apalagi jorok.
“Kalo kata gue sih, tinggal di sini mirip tinggal di apartemen. Cuma, di sini lebih murah,†tuturnya.
Dengan kemudahan tersebut, Kessy mengaku bisa melewati masa kelam pandemi Covid-19. Meski gaji sang suami dipotong dari kantor, namun karena ada program bantuan dari pemerintah, maka keluarganya masih bisa tertawa dan refreshing.
Suasana Lorong Rusunawa Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. Foto: Ridwansyah
Berkat Anies Baswedan
Staff Unit Pengelola Rumah Susun (UPSR) VII, Fretty Fredrika Sitorus mengatakan, kebijakan penghapusan sementara biaya sewa Rusunawa diputuskan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Hal ini dikuatkan dengan dikeluarkannya Pergub DKI Jakarta Nomor 61 Tahun 2020 tentang Pemberian Keringanan Retribusi Daerah dan/atau Penghapusan Sanksi Administratif kepada Wajib Retribusi yang Terdampak Bencana Nasional COVID-19.
“Terkait kebijakan tersebut, kami hanya melaksanakan,†ujar Fredrika saat diwawancarai forumterkininews.id.
Lebih lanjut perempuan yang akrab disapa Eci ini mengatakan, untuk konsep hunian tentunya Dinas Perumahan DKI Jakarta sudah melakukan penelitian terkait hunian yang layak dan sehat. Sehingga hal tersebut direalisasikan dengan kondisi rumah susun sewa yang ada saat ini.
Tidak hanya itu, pengelola yang berhadapan langsung dengan penghuni rusun meminta para penghuni untuk selalu menjaga kebersihan. Kemudian, UPRS juga menyediakan petugas kebersihan yang membersihkan tiap blok.
“Dengan demikian kebersihan menjadi prioritas kami sebagai pengelola. Karena jika hunian bersih diharapkan para penghuninya sehat dan jauh dari penyakit.
Untuk pengamanan, pengelola menyediakan 84 personel yang dibagi dalam tiga shift. Secara berkala petugas keamanan melakukan patroli keliling rusunawa untuk memastikan keamanan dan kenyamanan warga.
"Bisa dikatakan rusunawa ini semi apartemen, karena penjagaannya ketat, siapa yang mau masuk wajib menunjukkan identitas,†tutur perempuan yang memiliki rambut sebahu ini.
Terakhir, Eci menyampaikan, untuk para penghuni agar tetap menjalin komunkasi dengan pengelola jika ada hal hal yang kurang berkenan. Hal ini menurut Eci merupakan realisasi dari pemerintahan 4.0, dimana peran aktif masyarakat menjadi salah satu instrumen dalam melakukan pengelolaan rusunawa.