Pasang Surut Hubungan Diplomatik Indonesia-Cina: Putus Sambung Karena Kepentingan Politik dan Ekonomi

Nasional

Sabtu, 09 November 2024 | 20:00 WIB
Pasang Surut Hubungan Diplomatik Indonesia-Cina: Putus Sambung Karena Kepentingan Politik dan Ekonomi
Bendera Indonesia dan Cina (Pexels)

Presiden Prabowo Subianto menyatakan akan mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Cina.

rb-1

Hal itu disampaikan presiden saat melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Kongres Rakyat Nasional (National People's Congress) RRT Zhao Leji, Sabtu (9/11/2024).

Dalam sambutannya, Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya kunjungan kenegaraan ini sebagai bentuk komitmen untuk mempererat persahabatan dan kerja sama antara Indonesia dan Cina.

Baca Juga: Ferrari 12Cilindri Segera Meluncur di Indonesia, Simak Estimasi Harganya!

rb-3

“Kunjungan ini menunjukkan rasa hormat kami yang besar kepada Republik Rakyat Tiongkok serta komitmen kami untuk menjaga dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara kedua negara,” ungkap Prabowo.

Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Cina (Setneg)

Dalam kunjungannya ini, Prabowo juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden dan Perdana Menteri Cina.

Pertemuan itu untuk membahas lebih lanjut langkah-langkah untuk memperkuat kemitraan strategis kedua negara, khususnya di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi.

Baca Juga: Hasan Nasbi Tanggapi Mahasiswi ITB Pembuat Meme Prabowo-Jokowi Ditangkap Polisi, Usulkan Dibina

Jika dilihat dari sisi sejarah, hubungan bilateral Indonesia dan Cina ternyata mengalami pasang surut.

Seperti apa evolusi hubungan Indonesia-Cina selama ini? Berikut ulasannya.

Awal mula jalin hubungan diplomatik

Mengutip laman bpi.or.id, disebutkan bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Cina resmi dibuka pada 13 April 1950.

Di masa-masa awal ini, hubungan kedua negara terjalin cukup erat dan mesra.

Salah satu yang memperkuat keharmonisan itu adalah adanya solidaritas Asia-Afrika yang dideklarasikan pada Konferensi Asia-Afrika di Bandung, tahun 1955.

Saat itu, Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Zhou Enlai mendukung dekolonisasi dan Gerakan non-blok.

Masa-masa ketegangan

Pertengahan era 1960, hubungan bilateral Indonesia-Cina mengalami kemunduran.

Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 dan pergantian kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto, hubungan kedua negara memasuki masa-masa tegang.

Salah satu yang menjadi pemicunya adalah adanya kecurigaan terlibatnya Cina dalam upaya kudeta melalui Partai Komunis Indonesia (PKI).

Hal ini lantas menyebabkan hubungan diplomatik Indonesia dan Cina putus pada 1967.

Era pemulihan hubungan

Hubungan Indonesia -Cina perlahan pulih setelag berakhirnya Perang Dingin dan reformasi politik kedua negara.

Pada 1990, kedua negara sepakat membuka kembali hubungan diplomatic mereka secara resmi.

Hal itu ditandai dengan adanya kunjungan resmi pejabat tinggi kedua negara serta penandatanganan perjanjian kerjasama di bidang rkonomi, budaya dan teknologi.

Era kerjasama strategis

Memasuki abad 21, hubungan Indonesia dengan Cina makin erat. Kerjasama di berbagai sektor mengalami peningkatan.

Pada 2005, kedua negara sepakat menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang mencakup bidang ekonomi, keamanan dan budaya.

Dalam bidang ekonomi, Cina telah menjadi salah satu mitra terbesar Indonesia.

Sejak itu, investasi Cina di Indonesia mengalir deras. Salah satunya adalah dalam proyek infrastruktur dan Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Tag Indonesia Prabowo Subianto Prabowo Cina Hubungan diplomatik Perang Dingin

Terkini