Selamat dari Tsunami Aceh: Teman Datang di Mimpi, Memanggil dan Bilang Ada di Sini
Daerah

FTNews, Jakarta -Terlambat datang, membuat Desi Purnamawati selamat dari bencana dahsyat, gempa dan tsunami Aceh, Minggu 26 Desember 2004. Sembilan belas tahun berlalu, bagi Desi peristiwa itu masih melekat dalam ingatnya seperti baru saja kemarin terjadi.
Minggu pagi kala itu, ia dan teman-temannya janjian berwisata bersama ke pantai. Saat teman-temannya menghubungi, Desi mengaku masih di rumah, terlambat datang ke lokasi.
Tak lama, gempa terjadi. Guncangannya sangat kuat. Ia tak berpikiran jauh apa yang akan terjadi pascagempa bermagnitudo 9,1-9,3 itu.
Baca Juga: 6 Mahasiswa di Aceh Jadi Tersangka Gegara Pasang Spanduk 'Polisi Pembunuh'
Jurnalis berdarah Aceh ini, ingat betul 30 menit pascagempa, melihat datangnya air berwarna hitam dari arah barat yang tinggi dan memecah tembok kompleks rumahnya.
“Aku panik tidak tahu itu apa. Langsung berlari sambil penggendong ponakan yang berusia 18 bulan. Lari ke arah jalan raya,†katanya kepada FTNews, di Jakarta, Selasa (26/12).
Saat lari tidak ada satupun barang berharga yang ia bawa, hanya baju yang melekat di badan. Ia dan keluarganya berlari ke jalan raya yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Saat itu Desi dan keluarga tinggal di Banda Aceh 5 kilometer dari Pantai Ulee Lheue.
Baca Juga: Jelang Salat Tarawih, Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Banda Aceh
“Di situ (jalan raya) bertemu dengan tetangga, aku dan keluarga naik ke mobilnya. Saat itu situasi jalanan sudah macet dan crowded,†ucapnya.
Di Kali Krueng Dhoe di Seutui, Lemteumen Timur, Banda Aceh yang lokasinya dekat komplek rumahnya terlihat banyak puing, air hitam dan teriakan orang minta tolong.
Ia dan tetangga pun menyelamatkan ke masjid dekat terminal yang berjarak sekitar 500 meter dari jalan raya dengan mobil. Berlindung di bangunan tinggi dari masjid tersebut.
Foto pascatsunami yang melanda Aceh. Foto: Istimewa
Gempa dan Tsunami Dahsyat
Gempa kuat Minggu 26 Desember 2004, berpusat di 20-25 kilometer barat daya Sumatera sekitar pukul 07.50 WIB. Tak lama berselang, warga pesisir pantai melihat air dari garis pantai mundur hingga ratusan meter.
Tak sampai beberapa menit, tiba-tiba gelombang besar setinggi hampir 30 meter, menyapu pantai barat Sumatera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Diperkirakan kecepatan gelombang tsunami menyapu daratan mencapai 800 km per jam.
Hanya dalam waktu tujuh menit, puing-puing bangunan sudah memenuhu kota-kota di pesisir barat Aceh. Sekitar 132.000 jiwa meninggal dunia. Lalu 37.000 orang hilang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 27 Desember 2004 menyatakan tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.
Saking besarnya guncangan gempa di Aceh ini, menimbulkan tsunami di beberapa negara lainnya seperti Sri Lanka, Thailand dan India.
“Ini yang jadi semangat untuk terus bangkit. Karena pasti semuanya tidak terlepas dari rencana Allah SWT sehingga aku dikasih kesempatan untuk selamat dari bencana itu,†ungkap perempuan yang berkarya di sebuah kantor berita nasional ini.
Dari bencana ini, ia ingin memperbaiki diri dan hidup lebih baik lagi. Menurutnya, semua itu ujian dan cobaan dari Yang Maha Kuasa jadi sudah selayaknya dirinya bersyukur masih Tuhan beri nafas tidak kurang suatu apapun.
“Termasuk seluruh keluarga juga selamat dari bencana itu. Hanya rumah yang rusak diterjang tsunami,†imbuh Desi.
Dampak gempa dan tsunami Aceh. Foto: Istimewa
Penguatan Sistem Peringatan Dini Bencana
Ia berharap supaya semua orang ingat bahwa di ujung Pulau Sumatera pernah terjadi bencana dahsyat. Harus sadar bahwa daerah kita rawan bencana sehingga selalu siap siaga kapan saja.
Perlu penguatan sistem peringatan dini. Terutama alarm tsunami perlu ada pemeliharaan. Jalur-jalur evakuasi harus jelas dan terus terperbarui dan semua pihak jaga.
“Simulasi harus rutin dilakukan dan melibatkan masyarakat terutama di wilayah yang rawan. Juga sosialisasi terus dilakukan terutama ke generasi muda yang mungkin cuma tahu ceritanya. Bahkan mungkin tidak tahu sama sekali apa yang terjadi 19 tahun lalu,†tuturnya.
Kenangan indah dengan teman-teman sekolahnya yang hilang saat tsunami terjadi kini tinggal kenangan. Tak bisa lagi ia hubungi, tak lagi ada kabar.
Satu bulan pascatsunami, teman-temannya yang berwisata di pantai hari Minggu sesaat sebelum bencana terjadi kerap mampir dalam mimpi Desi.
“Dimimpiin teman-teman. Memanggil dan bilang dia ada di sini (tapi ga dijelasin di sininya di mana dan tempatnya berubah-berubah). Itu sebulan setelah tsunami dan terjadi tiga bulan berturut-turut,†kenangnya.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Daryono menyebut tsunami 26 Desember 2004 melanda Kota Banda Aceh dengan titik landaan terjauh sekitar 11 kilometer.
Studi bentuk gelombang gempa Aceh itu menunjukkan rekahan melaju dengan kecepatan 2,5 km per detik ke arah utara-barat laut. Sepanjang 1.200-1.300 km di palung Andaman. Pergeseran besar terjadi di 600 km bagian batas lempeng barat laut Sumatera dan Kepulauan Nikobar.