Sering Dipakai Aparat untuk Pukul Mundur Demonstran, Ini Bahaya Gas Air Mata pada Kesehatan
Kesehatan

Penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan untuk membubarkan massa aksi sudah menjadi pemandangan yang "lazim" di Indonesia.
Senjata kimia ini sering dipakai untuk memukul mundur demonstran, namun masih banyak masyarakat yang belum benar-benar memahami apa itu gas air mata dan seberapa besar bahaya yang ditimbulkannya.
Walau kita sering melihat video atau membaca berita tentang penggunaan gas air mata oleh aparat, namun masih banyak masyarakat yang belum benar-benar memahami apa itu senjata kimia ini dan seberapa besar bahaya yang ditimbulkannya.
Baca Juga: Lepaskan Gas Air Mata, Polisi Bubarkan Demo di Depan Gedung DPR
Apa Itu Gas Air Mata?
Meski disebut “gas”, zat ini sejatinya bukan gas murni. Gas air mata terdiri dari partikel padat atau cair yang sangat halus dan disebarkan dalam bentuk aerosol. Partikel-partikel ini kemudian menempel pada selaput lendir, baik mata, hidung, tenggorokan, maupun kulit, dan memicu reaksi hebat pada tubuh.
Baca Juga: Semarang Membara! Demo Mahasiswa Berujung Rusuh, Gas Air Mata Makan Korban
Senyawa yang paling umum digunakan adalah 2-chlorobenzalmalononitrile atau lebih dikenal sebagai gas CS. Tujuan utamanya bukan untuk membunuh, melainkan melumpuhkan sementara dengan menyebabkan iritasi ekstrem.
Ironisnya, meski penggunaannya dilarang dalam medan perang internasional sesuai Konvensi Senjata Kimia, gas air mata justru masih dilegalkan dalam konteks penegakan hukum di negeri ini.
Hampir di setiap demonstrasi beberapa tahun terakhir, aparat selalu menggunakan gas air mata untuk memukul mundur para demonstran. Penggunaan gas air mata membuat kondisi di lapangan menjadi chaos.
Dampak Mengerikan bagi Kesehatan
Paparan gas air mata langsung mengaktifkan reseptor rasa sakit dalam tubuh, memicu respons fisiologis yang sulit dikendalikan. Efek jangka pendek yang biasanya dirasakan antara lain:
Mata: rasa perih hebat, terbakar, air mata berlebihan, hingga kelopak mata menutup refleks.
Pernapasan: sensasi terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk keras, sesak napas, hingga dada terasa tertekan.
Kulit: gatal, perih, dan kemerahan seperti terbakar.
Efek lain: disorientasi, kebingungan, hingga panik hebat.
Bahaya tidak berhenti di situ. Pada kelompok rentan, yakni anak-anak, lansia, dan penderita asma, paparannya bisa berakibat fatal. Dalam konsentrasi tinggi atau ruang tertutup, gas air mata bahkan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen, glaukoma, kebutaan, hingga kematian akibat gagal napas.
Kasus tragis ini pernah terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan, di mana penggunaan gas air mata di area tertutup memicu ratusan korban jiwa.
Selain itu, proyektil tabung gas air mata juga dapat menyebabkan cedera fisik serius bila mengenai tubuh.
Cara Mengatasi Paparan Gas Air Mata
Rifky Al Habsyi pakai odol di bawah mata akibat gas air mata yang terbawa angin
Jika kamu atau orang di sekitar terpapar gas air mata, berikut langkah pertolongan pertama yang dianjurkan:
1. Segera menjauh ke area terbuka dengan udara segar, usahakan melawan arah angin.
2. Jangan menggosok mata, karena hanya akan memperparah iritasi.
3. Bilas mata dengan air bersih yang mengalir selama 15–20 menit. Arahkan aliran dari sudut mata dekat hidung ke arah luar.
4. Lepaskan pakaian terkontaminasi dan simpan dalam kantong plastik tertutup.
5. Mandi dengan air dingin dan sabun untuk membersihkan sisa partikel dari kulit dan rambut. Hindari air panas karena bisa memperburuk iritasi.
Meskipun kerap dikategorikan sebagai senjata non-lethal atau tidak mematikan, kenyataannya gas air mata menyimpan risiko kesehatan yang serius.
Pengetahuan tentang bahaya dan cara menanganinya sangat penting, terlebih karena penggunaannya masih terus berlanjut dalam penanganan aksi massa di Indonesia.