Siapa Charles Holland Taylor? Warga AS yang Jadi Penasihat Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf
Nama Charles Holland Taylor kembali menjadi perbincangan publik usai muncul surat edaran internal PBNU yang menyebut adanya pencabutan mandatnya sebagai Penasihat Khusus Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf untuk Urusan Internasional.
Namun, terlepas dari polemik tersebut, siapakah sebenarnya Charles Holland Taylor?
Charles Holland Taylor bukan tokoh asing di lingkungan aktivis perdamaian dan pemikir Islam moderat.
Baca Juga: PBNU Bakal Adakan Salat Gaib untuk Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan
Warga negara Amerika Serikat ini telah lama dikenal sebagai figur yang mendorong Islam inklusif, toleran, dan anti-ekstremisme melalui kerja sama internasional lintas agama dan negara.
Keterlibatannya dengan Indonesia, khususnya komunitas Nahdlatul Ulama (NU), dimulai sejak awal 2000-an.
Baca Juga: Tegas! PBNU Larang Anggota Minta Duit ke Warga untuk Kegiatan Organisasi
Pada tahun 2003, Taylor mendirikan LibForAll Foundation bersama Presiden keempat Republik Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Lembaga ini berfokus pada strategi global melawan radikalisme dan promosi nilai-nilai perdamaian berbasis tradisi Islam Nusantara.
Melalui LibForAll, Taylor membangun jaringan internasional yang luas dan menjalin kemitraan dengan berbagai organisasi keagamaan serta tokoh lintas iman. Dari sinilah namanya semakin dikenal sebagai salah satu arsitek dialog lintas peradaban.
Menggagas Bayt Ar-Rahmah bersama Tokoh NU
Charles Holland Taylor dipecat dari posisi sebagai Penasihat Khusus Ketum PBNU [X]
Pada tahun 2014, Taylor kembali menunjukkan kedekatannya dengan NU dengan mendirikan Bayt Ar-Rahmah bersama dua tokoh penting NU, yaitu KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) dan KH. Yahya Cholil Staquf.
Lembaga ini bergerak dalam pengembangan pemikiran Islam yang mampu menjawab tantangan zaman modern.
Upaya intelektualnya berlanjut pada 2017 ketika Taylor aktif mempromosikan konsep “Humanitarian Islam”, sebuah gerakan yang menekankan pentingnya nilai kemanusiaan universal dalam praktik keislaman.
Sejak itu, PBNU menunjuknya sebagai utusan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika, dan Eropa, melalui jaringan organisasi pemuda Ansor.
Tak berhenti di sana, Taylor juga tercatat sebagai salah satu pendiri Center for Shared Civilizational Values (CSCV) pada tahun 2021.
Lembaga ini kemudian diperkuat melalui mandat PBNU pada 2022 untuk mengelola kerja sama dan diplomasi internasional berbasis nilai-nilai peradaban bersama.
Mengapa Namanya Kini Disorot?
Charles Holland Taylor dipecat dari posisinya sebagai Penasihat Khusus Ketum PBNU [X]
Karena perannya yang luas dan jaringannya yang global, isu mengenai pencabutan mandat Charles Holland Taylor otomatis menjadi perhatian publik.
Informasi yang beredar menyebut adanya dugaan keterkaitan dengan jaringan tertentu yang dianggap dapat mempengaruhi arah kebijakan luar negeri PBNU.
Namun, pernyataan berbeda justru datang dari jajaran pimpinan PBNU. Katib Aam PBNU, KH. Ahmad Said Asrori, menegaskan bahwa tidak ada pemecatan terhadap Taylor, dan menyebut Rais Aam tidak pernah secara resmi memberhentikan seseorang dari jabatan tersebut.
Pakar hukum dan pengurus NU di Australia, Nadirsyah Hosen, juga mempertanyakan keabsahan surat edaran yang beredar.
Ia menjelaskan bahwa surat resmi Syuriah dan Tanfidziyah seharusnya ditandatangani oleh empat pejabat utama, yaitu Rais Aam, Katib Aam, Ketua Umum, dan Sekretaris Jenderal. Dalam surat yang beredar, tanda tangan tersebut tidak lengkap sesuai ketentuan.