Tempat Untuk Merancang Penculikan Bung Hatta dan Bung Karno Hingga Sering Dijadikan Tempat Deklarasi Dukungan Caleg, Ini Sejarah Gedung Joang 45 Menteng

Sosial Budaya

Minggu, 01 Desember 2024 | 14:00 WIB
Tempat Untuk Merancang Penculikan Bung Hatta dan Bung Karno Hingga Sering Dijadikan Tempat Deklarasi Dukungan Caleg, Ini Sejarah Gedung Joang 45 Menteng
Gedung Joang 45 (Dok.DPRD DKI)

Bangunan megah dengan gaya eropa berdiri dengan kokoh di Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan tersebut dinamakan dengan Gedung Joang 45.

rb-1

Saat ini, gedung tersebut sering dijadikan sebagai tempat deklarasi dukungan calon legislatif. Salah satunya saat Pilpres 2024, organisasi Sayap Indonesia menberikan dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden (capres) 2024.

Organisasi tersebut terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya dari Sabang sampai Merauke ini menyatakan dukungannya kepada Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.

Baca Juga: Di Depan Fadli Zon, Megawati: Saya sedang Kumpulkan Ahli-Ahli Sejarah

rb-3

Saat ini yang dijadikan salah satu museum di Jakarta ini pun menyimpan banyak cerita soal kemerdekaan Indonesia.

Gedung Joang 45 ini mulanya bediri pada tahun

1920. Gedung yang merupakan bangunan Hotel berfungsi sejak tahun 1920-an. Hotel inj pun dikelola oleh L.C. Schomper, seorang warga keturunan Belanda dengan nama hotelnya yakni Hotel Schomper.

Memiliki gaya Belanda dengan pilar-pilar tinggi hingga jendela yang besar dan panjang, gedung jnj dibangun oleh arsitek Belanda dan sudah beberapa kali berganti nama sebelum menandi Gedung Joang 45.

Luas Gedung Joang 45 ini sekitar 693 meter persegi, sedangkan luas seluruh area sekitar 5.000 meter.

Pada era itu, Hotel jni merupakan hotel terbaik yang padahal luasnya tidak begitu besar. Akan tetapi, gedung ini memiliki lokasi yang strategis, fasilitas, hingga desain interior hotel cukup mumpuni di eranya.

Bangunan hotel jni diapit dengan deratan kamar-kamar penginapan yang berada di sisi kiri hinga kanannya. Sat ini, kamar penginapan tersebut hanya tersisa beberapa yang ada di sisi utara gedung utama.

Memiliki harga sewa yang mahal, hotel ini hanya mampu disewa oleh orang kaya yang akhirnya didominasi oleh kalangan pejabat.

Di tahun 1942, hotel ini dikuasai oleh Jepang. Hal ini terjadi karena adanya penyerahan diri pemerintah Hindia Belanda tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942.

Saat itu Jepang berkuasa, aset-aset milik orang Belanda pun disita. Hotel Schomper, milik L.C. Schomper ini pun ikut disita.

Mirisnya, Jepang memasuki keluarga Schomper ke kampung interniran, kampung tahanan yang digunakan untuk warga sipil dan militer saat Jepang berkuasa.

Tak berselang lama, gedung ini menjadi markas Pusat Tenaga Rakyat dari badan pertahanan Jepang untuk mengendalikan kaum nasionalis.

Awal mulanya, Hotel Schomper ini diserahkan kelada organisasi jawatan propaganda Jepang.

Organisasi tersebut dibuat oleh Jepang untuk pribumi belajar tentang politik. Jepang berharap warga pribumi dapat memenangkan Perang Asia Timur Raya.

Dalam penguasaannya kepada Jepang, gedung ini berubah nama menjadi Asrama Angkatan Baru Indonesia.

Usai Jepang menguasainya, gedung Joang 45 ini sempat menjadi markas program pendidikan politik yang peruntukan untuk sejumlah tokoh pemuda yang berperan di era kemerdekaan. Para tokoh tersebut antara lain Sukarni, Chaerul Saleh, A.M Hanafi dan Adam Malik.

(Dok.IndonesiaKaya)

Para tokoh tersebut dikenal sebagai ‘Pemoeda Menteng 31’, yang ternyata merupakan aktor dibalik penculikan Soekarno, Hatta dan Fatmawati ke Rengasdengklok sehari sebelum kemerdekaan.

Para tokoh tersebut pun dibina oleh Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Sunaryo dan Achmad Subarjo.

Pendidikan politik ini akhirnya dimanfaatkan para tokoh tersebur untuk menanamkan cita-cita kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang.

Lebih lanjut, gedung Menteng 32 ini juga merupakan tempat pemuda merancang menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok agar segera memproklamasikan kemerdekaan.

Setelah kemerdekaan, para pelajar di Asrama 31 melebur dengan Comite van Actie (Panitia Aksi) pada 18 Agustus 1945.

Selanjutnya, Gedung Joang 45 ini menjadi tempat para tokoh dalam Komite van Aksi memprakarsai rapat raksasa di lapangan IKADA saat ini Monas untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah bebas dari penjajahan.

Setelahnya, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan yaitu pada 10 November 1970 pemerintah Indonesia memugar Gedung Joang untuk menjadi museum.

Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Siti Johana Menara Saidah yang kemudian dilanjutkan oleh S.K. Trimurti dan Wali Kota Jakarta Pusat Eddy Djadjang Djajaatmadja.

Tag Gedung Joang 45 Hotel Schomper Sejarah Indonesia

Terkini