Terungkap! Misteri Keperkasaan Tembok Besar China Selama Ribuan Tahun, Ada Kulit Hidup
Tembok Besar China sudah berdiri kokoh selama ribuan tahun meski diterpa cuaca ekstrem, erosi, dan perubahan iklim.
Penelitian terbaru mengungkap faktor mengejutkan di balik ketahanannya: adanya lapisan tipis berupa “kulit hidup” yang melapisi permukaan tembok.
Baca Juga: Canggih! China Uji Coba Taksi Terbang Listrik di Dubai
Lapisan ini disebut biokrust, yaitu komunitas mikroba seperti cyanobacteria, alga, lumut kerak, dan lumut.
Biokrust bekerja sebagai pelindung alami yang mencegah kerusakan material bangunan kuno tersebut.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Current Biology dan dikutip dari Xinhuanet.
Baca Juga: Detik- detik Gempa Besar Berkekuatan Magnitudo 7,7 Robohkan Gedung Myanmar dan Thailand
Penelitian di 6 Lokasi Sepanjang 600 Kilometer
Tembok raksasa china. [Instagram]
Tim peneliti dari China Agricultural University meneliti enam titik sepanjang 600 kilometer Tembok Besar China yang berada di wilayah kering dan semi-kering.
Mereka membandingkan bagian tembok yang tertutup biokrust dengan struktur tanah padat yang tidak memiliki lapisan tersebut.
Hasilnya, area yang ditutupi biokrust menunjukkan keanekaragaman mikroba jauh lebih tinggi.
Jumlah, jenis, dan jaringan bakteri serta jamur tercatat 12 hingga 62 persen lebih besar dibanding permukaan yang tidak tertutup.
Tak hanya itu, lapisan “kulit hidup” ini memperkaya gen-gen yang mampu menahan stres lingkungan sebesar 4 hingga 15 persen.
Sementara jalur metabolisme yang dapat mempercepat kerusakan material justru menurun.
Penting untuk Strategi Pelestarian Warisan Budaya
Tembok Raksasa China. [Instagram]
Peneliti menyimpulkan bahwa biokrust memiliki peran besar dalam menjaga Tembok Besar China tetap kokoh selama ribuan tahun.
Lapisan mikroba ini menekan laju pelapukan alami yang biasanya merusak bangunan bersejarah.
Karena itu, para ahli menekankan pentingnya mempertahankan keberadaan biokrust dalam upaya konservasi modern.
Lapisan yang selama ini dianggap kotor justru terbukti menjadi perisai penting bagi kelangsungan monumen raksasa tersebut.
Pengetahuan baru ini diharapkan bisa menjadi dasar strategi konservasi yang lebih efektif agar Tembok Besar China tetap terjaga untuk generasi berikutnya.