Trump Sebut Presiden Kolombia Pengedar Narkoba Ilegal, AS Ancam Intervensi

Presiden Donald Trump mengeluarkan pernyataan keras pada Presiden Kolombia Gustavo Petro. Ia menyebutnya sebagai pemimpin narkoba illegal. Trump mengancam jika Presiden Kolombia tidak membereskan perbuatannya, Amerika Serikat akan turun tangan.
Kecaman dan ancaman Trump itu disampaikan Sang Presiden di Truth Social Minggu pagi. Unggahan pedas dan Panjang lebar ditujukan pada Gustavo Petro, Presiden Kolombia, membuat banyak orang terkejut. Trump tampak sangat marah.
"Presiden Gustavo Petro, dari Kolombia, adalah seorang pemimpin narkoba ilegal yang sangat mendorong produksi narkoba besar-besaran, di ladang besar maupun kecil, di seluruh Kolombia," tulisnya, dilansir Daily Mail.
Baca Juga: 20 Kg Sabu dan 20.000 Ekstasi Asal Malaysia Gagal Diedarkan di Wilayah Cikarang Jabar
"Ini telah menjadi bisnis terbesar di Kolombia sejauh ini, dan Petro tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya, meskipun ada pembayaran dan subsidi skala besar dari AS yang tidak lebih dari sekadar penipuan jangka panjang terhadap Amerika."
Screenshot 2025-10-19 211103
Trump kemudian mengatakan Amerika akan menghentikan semua subsidi untuk Kolombia.
"Mulai hari ini, pembayaran ini, atau bentuk pembayaran atau subsidi lainnya, tidak akan lagi dilakukan di Kolombia.
"Tujuan produksi narkoba ini adalah penjualan produk dalam jumlah besar ke Amerika Serikat, yang menyebabkan kematian, kehancuran, dan malapetaka."
Ia kemudian menyebut Petro, yang menjadi presiden pada tahun 2022, "Seorang pemimpin yang berperingkat rendah dan sangat tidak populer, dengan mulut yang tajam terhadap Amerika."
AS akan ‘Menutup’ Kolombia
Trump mengatakan jika pemimpin Kolombia tidak "segera menutup ladang pembantaian ini", AS "akan menutupnya untuknya, dan itu tidak akan dilakukan dengan baik."
Amerika telah mengirimkan lebih dari $207 juta bantuan luar negeri ke Kolombia tahun ini, menurut data dari ForeignAssistance.gov.
Ancaman terbaru Trump terhadap Petro muncul sekitar sebulan setelah pemimpin asing itu "mendesak tentara AS untuk tidak mematuhi perintah dan menghasut kekerasan" di New York City.
Sumber: Daily Mail