Walhi Sumut : Hutan Rusak, Humbahas Banjir Bandang

Daerah

Rabu, 06 Desember 2023 | 00:00 WIB
Walhi Sumut : Hutan Rusak, Humbahas Banjir Bandang

FTNews, Jakarta - Banjir bandang menerjang Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara (Sumut) yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba. Peristiwa ini terjadi Jumat (1/12) pukul 21.00 WIB. 

rb-1

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut memperkirakan kerusakan hutan di hulu pesisir Danau Toba menjadi penyebabnya.

Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba mengatakan, Walhi Sumut menelusuri penyebab banjir tersebut karena berkurangnya hutan di wilayah hulu desa-desa yang terdampak.

Baca Juga: Seruan Penyelamatan Danau di World Water Forum

rb-3

"Melalui analisis peta tutupan hutan dan analisis peta alur sungai, hulu dari desa-desa terdampak banjir tersebut merupakan kawasan hutan Bentang Tele,” katanya kepada FTNews, Rabu (6/12).

Hutan Bentang Tele memiliki fungsi ekologis yang sangat penting untuk kawasan Danau Toba. Bentang ini adalah kawasan hutan terakhir yang masih mungkin untuk diselamatkan.

Keberadaannya juga memastikan keberlanjutan stabilisasi iklim dan kontrol debit air Danau toba, sebagai danau vulkanik terluas di dunia, sambung Rianda.

Baca Juga: Atasi Sampah Tak Bisa dengan Cara Biasa, Butuh Kolaborasi!

Namun sayangnya ada ancaman dari sebuah konsesi perusahaan bubur kertas terhadap kawasan Bentang Tele itu. Dalam 10 tahun terakhir laju kehilangan tutupan pohon di kawasan ini meningkat. Hampir 90 persennya karena konsesi.

Walhi Sumut pun mendesak pemerintah menuntaskan persoalan ini. Mengembalikan fungsi hutan di kawasan Bentang Tele. Cabut izin perusahaan yang beroperasi di kawasan hutan.

Curah Hujan Tinggi

Sementara itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut curah hujan tinggi turut memicu bencana tersebut. 

Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai KLHK, M. Saparis Soedarjanto, mengungkapkan, penyebab banjir merupakan curah hujan tinggi.

“Pendangkalan pada alur sungai semakin menurunkan kapasitas pengaliran. Sehingga luapan meningkat," kata Saparis dalam keterangan resminya, di Jakarta, Rabu (6/12).

Saparis menjelaskan curah hujan di Humbahas sebesar 41 mm/hari. Menghasilkan debit aliran 20,3 m³/detik. Jumlah ini melebihi kapasitas pengaliran normal di angka 2,8 m³/detik.

Pada saat bencana terjadi, kondisi diperparah dengan aliran Sungai Sibuni-buni yang meluap dengan debit limpasan melebihi kapasitas pengaliran. Aliran air membawa material berupa gravel (bongkahan batuan).

Batuan induk daerah tersebut berupa batu lempung yang tingkat konsolidasi materialnya rendah. Sehingga, mudah hancur dan bersifat lepas-lepas. Lalu, mengalami longsoran yang dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi.

Daerah yang terendam banjir merupakan berupa pemukiman perladangan, dan pertanian yang berada di bagian hilir sungai. Daerah tersebut bagian dari Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai KLHK, M. Saparis Soedarjanto. Foto: KLHK

Rehabilitasi Lahan Kritis

Kemudian, Analisis KLHK terhadap peta tutupan lahan di Humbahas menunjukkan Daerah Tangkapan Air (DTA) banjir terdiri dari pertanian lahan kering 320,64 hektare (ha), dan semak/belukar 157,64 ha.

Dari data tersebut, KLHK menyebut jumlah tingkat lahan yang berada dalam kondisi kritis 151,34 ha. Agak kritis 133,96 ha, dan potensial kritis 192,99 ha.

Sementara peta fungsi kawasan DTA banjir menunjukan areal berupa areal penggunaan lain (APL) 379,88 ha, hutan lindung 95,31 ha, dan tubuh air 3,09 ha. 

"Adapun solusi yang dibutuhkan selanjutnya adalah pembuatan bangunan konservasi tanah dan air," ucapnya.

Selain itu, pelebaran dan pengerukan alur sungai juga perlu dilakukan yang disertai dengan rehabilitasi hutan dan lahan pada lahan kritis di bagian hulunya.

Sosialisasi rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi tanah, serta tanggap bencana pada masyarakat juga penting untuk dilakukan di Humbahas.

Tag Banjir Bandang KLHK Humbahas kerusakan hutan rehabilitasi hutan Walhi Sumut

Terkini