3 Langkah Memutus Rantai Stigma Kesehatan Jiwa, Jangan Sampai Perparah Kondisi

Kesehatan

Minggu, 16 Februari 2025 | 19:11 WIB
3 Langkah Memutus Rantai Stigma Kesehatan Jiwa, Jangan Sampai Perparah Kondisi
Ilustrasi. (Pixabay @geralt)

Perihal kesehatan jiwa di Indonesia masih belum sepopuler dalam pengobatan gangguan kesehatan lain. Stigma seputar masalah kesehatan jiwa masih sulit dihilangkan dalam pandangan masyarakat umum.

rb-1

Beberapa stigma, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan stres, sering kali dikaitkan dengan rendahnya keimanan seseorang. Bahkan, pekerja yang berupaya mencari layanan kesehatan jiwa tak jarang dipandang sudah tidak mampu lagi bekerja.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dampak stigma dan diskriminasi yang dialami orang-orang dengan gangguan kesehatan jiwa dapat memperparah kondisi mereka.

Baca Juga: Kasus Bunuh Diri Diprediksi Bakal Meningkat Tahun Ini! Cek 5 Negara Tertinggi

rb-3

Ilustrasi. (Pixabay @TotalShape)

Stigma dan diskriminasi dapat menghambat proses pemulihan serta menimbulkan keengganan untuk mencari bantuan atau perawatan.

Dikutip Kementerian Kesehatan, setidaknya ada tiga langkah untuk memutus rantai stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa.

Edukasi

Baca Juga: Sering Marah? Yuk, Kenali Anger Issue dan Penyebabnya!

Strategi edukasi (education strategies) sangat penting untuk untuk meluruskan mitos dan kesalahpahaman. Termasuk di dalamnya kampanye literasi, kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, dan berbagai kegiatan pelatihan dan pembelajaran.

Kontak

Langkah kedua adalah strategi kontak (contact strategies) untuk mengubah sikap negatif masyarakat umum melalui interaksi dengan orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan jiwa.

Strategi ini dapat mencakup kontak sosial langsung, kontak simulasi, kontak video atau online, serta penggunaan layanan dukungan sebaya dalam pengaturan perawatan kesehatan.

Ilustrasi. (Pixabay @lavnatalia)

Aksi

Berikutnya, langkah ketiga berupa strategi aksi (protest strategies), yaitu penolakan terhadap stigma dan diskriminasi secara formal. Contohnya, demo, petisi, boikot, dan kampanye advokasi lainnya.

Penelitian tentang dampak ketiga strategi tersebut menunjukkan bahwa bagi sebagian besar kelompok orang, kontak sosial adalah jenis intervensi paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terkait stigma.

Tag Kesehatan Mental stigma kesehatan mental

Terkini