Kasus Bunuh Diri Diprediksi Bakal Meningkat Tahun Ini! Cek 5 Negara Tertinggi

Lifestyle

Rabu, 01 Januari 2025 | 17:42 WIB
Kasus Bunuh Diri Diprediksi Bakal Meningkat Tahun Ini! Cek 5 Negara Tertinggi
Ilustrasi/Foto: Photo By: Kaboompics.com

Tingkat bunuh diri di Indonesia diramalkan akan semakin meningkat di 2025, Ada berbagai penyebabnya, di antaranya adalah tekanan ekonomi yang diprediksi akan semakin menjadi-jadi di tahun ini. Rasa frustasi yang luar biasa membuat orang memutuskan mengakhiri hidupnya.

rb-1

Data Into The Light Indonesia mencatat sepanjang 2024 dilaporkan 826 kasus bunuh diri. Diyakini, jumlah kasus akan lebih besar karena banyak yang tidak dilaporkan. Konselor Satgas Pencegahan Primer Into The Light, Rizky Iskandar Sopian, SPsi, menyebut, kasus bunuh diri ini seperti fenomena gunung es dimana apa yang terlihat lebih sedikit dari yang sebenarnya.

Peningkatan kasus bunuh diri di Indonesia juga bisa dilihat dari Data Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri yang diolah oleh Kompas, mencatat bahwa sejak 2019-2023 kasus bunuh diri meningkat secara ajek. Tahun 2019 ada 230 kasus; tahun 2020 sebanyak 640 kasus; tahun 2021 sebanyak 620 kasus dan tahun 2022 sebanyak 902 kasus; tahun 2023 sebanyak 1.226 kasus.

Baca Juga: Sering Marah? Yuk, Kenali Anger Issue dan Penyebabnya!

rb-3

Foto: Nathan Cowley,pexels.com

Awalnya adalah stress, ketika tidak bisa diatasi kemudian berkembang menjadi depresi atau gangguan kecemasan. Jika hal tersebut sampai terjadi, sebenarnya, orang di lingkungan terdekat lah yang harus ‘gercep’ membantu agar tidak berkembang menjadi masalah serius seperti dorongan bunuh diri, misalnya.

Sejumlah negara yang konsisten muncul dalam daftar negara dengan tingkat bunuh diri tinggi tinggi di antaranya, Korea Selatan dan Jepang, dua negara maju yang banyak warganya memilih mati ketimbang memperjuangkan hidupnya.

Korea Selatan

Baca Juga: Kasus Bunuh Diri Meningkat: Jalan Pintas dari Himpitan Hidup

Berdasarkan data tingkat bunuh diri di Korsel 25,2 kematian di antara 100.000 orang. Cukup wow!

Sementara data yang dirangkum Kementerian Kesehatan dan Badan Pengendalian & Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), sebanyak 39.454 warga Korea Selatan melakukan bunuh diri dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, yakni sepanjang 2020 hingga 2022.

Lebih ngeri lagi apa yang disampaikan, Asia Times, data Statistik Korea menemukan bahwa rata-rata sebanyak 37,5 orang melakukan bunuh diri setiap harinya. Angka itu setara dengan satu kasus bunuh diri setiap 39 menit.

Dikutip dari laman statista,com, penyebab tingginya bunuh diri di Korsel sekalipun negara itu adalah negara maju, adalah masalah mental yang menjangkiti banyak warganya. Selain, tentu, masalah keuangan, fisik, dll.

Menariknya, bunuh diri tidak hanya melanda orang dewasa di sana tapi juga mereka yang masih berusia remaja. Korsel, tulis statista, menghadapi beberapa tantangan sosial, termasuk budaya kerja yang kaku dan tekanan masyarakat untuk menyesuaikan diri.

Foto: pexels.com

Negara ini juga memiliki pasar kerja dan sistem akademik yang sangat kompetitif. Masalah yang ditimbulkan oleh hal tersebut telah dicatat sebagai alasan utama munculnya pikiran bunuh diri di kalangan pelajar dan berkontribusi pada fakta bahwa bunuh diri sejauh ini merupakan penyebab kematian paling umum bagi warga muda Korea Selatan .

Sementara itu, semakin hancurnya ikatan keluarga dan kesenjangan ekonomi di Korea Selatan telah menyebabkan banyak warga lanjut usia menyebutkan kesepian dan kesulitan keuangan sebagai faktor signifikan yang berkontribusi terhadap pikiran bunuh diri mereka.

Bagaimana dengan Jepang?

Sebenarnya penyebabnya tidak berbeda jauh dengan Korsel. Tapi belakangan di Jepang kasus bunuh dirinya menurun drastic. Meski begitu, tetap saja masih masuk yang tertinggi di antara negara-negara OECD berpendapatan tinggi.

Secara historis, tingkat bunuh diri Jepang yang di atas rata-rata terkait erat dengan situasi ekonomi negara tersebut. Sementara masalah kesehatan merupakan alasan utama orang Jepang melakukan bunuh diri, kekhawatiran eksistensial dan masalah di tempat kerja merupakan faktor utama yang juga dapat memicu perilaku melukai diri sendiri. Misalnya, angka bunuh diri mencapai puncaknya pada tahun 2009, ketika negara tersebut mengalami resesi terburuk sejak Perang Dunia II.

Kesibukan warga Jepang/Foto:William Warby, pexels.com

Baru-baru ini, pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap ekonomi Jepang bertepatan dengan peningkatan kembali angka bunuh diri, yang awalnya didorong oleh meningkatnya angka bunuh diri di kalangan wanita.

Meningkatnya tekanan untuk mempertahankan pekerjaan dengan menambah jam lembur sambil mengurangi hari libur dan cuti sakit dianggap sebagai pendorong meningkatnya angka bunuh diri di kalangan pekerja kantoran dan karyawan di Jepang.

Perusahaan-perusahaan yang disebut "perusahaan gelap" dikenal karena kondisi kerja yang tidak menentu. Selain memaksa karyawannya untuk mengambil lembur dalam jumlah besar tanpa dibayar, perundungan di tempat kerja, diskriminasi, dan pelecehan psikologis oleh atasan dan senior juga merupakan praktik yang umum.

Di luar Korsel, Jepang, sejumlah negara di Afrika juga masuk dalam daftar kasus bunuh diri tertinggi. Seperti; Lesotho, negara di Afrika Selatan ini seringkali menempati posisi teratas dalam daftar, Guyana, dan negara Eswatini.***

Tag Kesehatan Mental Kasus Bunuh Diri Tinggi Indonesia 2025

Terkini