3 Negara Sekutu Meradang, Ancam Israel Jika Terus Melakukan Gempuran di Gaza!
Nasional

Tiga negara sekutu, Inggris, Prancis dan Kanada meradang melihat aksi kekejaman Israel yang terus melakukan gempuran di Gaza.
Bahkan, ketiga negara mengutuk keras dan mengancam akan melakukan tindakan bersama jika Tel Aviv terus menggempur habis-habisan Palestina.
Menjawab ancaman itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru membalas dengan mengatakan pernyataan bersama ketiga negara merupakan 'hadiah besar' bagi Hamas dalam perang Gaza.
Baca Juga: Inggris Kucurkan Rp19 Triliun untuk Pembangunan MRT Cikarang - Balaraja
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. [Instagram]
PM 3 Negara Kecam Pemblokiran Bantuan Kemanusian ke Gaza
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney, juga mengecam pemblokiran bantuan kemanusiaan masuk Gaza oleh Israel.
Baca Juga: Israel Mengebom Jurnalis Palestina yang Diklaim ‘Terkait’ dengan Hamas
Ketiga negara menilai penolakan Israel atas bantuan kemanusiaan yang penting bagi penduduk sipil Gaza tidak dapat diterima, serta berisiko melanggar hukum humaniter internasional.
"Kami tidak akan tinggal diam sementara pemerintah Netanyahu melakukan tindakan-tindakan mengerikan ini," kata tiga pemimpin tersebut dikutip AFP, Selasa (20/5/2025).
Para sekutu ini juga menyoroti 'bahasa menjijikan' yang dilontarkan para menteri Israel yang mengancam akan memindahkan banyak warga Palestina.
Para pejabat Negeri Zionis menyebut dalam keputusasaan warga sipil atas kehancuran Gaza, mereka akan mulai pindah.
Ketiga nwgara mengatakan pemindahan paksa warga sipil Gaza secara permanen merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional.
Kondisi salah satu RS di Gaza usai diserang Israel. [Instagram]
"Jika Israel tidak menghentikan serangan militer baru dan mencabut pembatasan terhadap bantuan kemanusiaan, kami akan mengambil tindakan konkret lebih lanjut sebagai tanggapan," tegas peringatan itu.
Tiga negara tidak menyebut tindakan apa yang dapat diambil. Mereka hanya mengatakan akan berkomitmen mengakui kemerdekaan Palestina untuk mencapai kesepakatan dua negara.
"Kami berkomitmen untuk mengakui negara Palestina sebagai kontribusi untuk mencapai solusi dua negara dan siap bekerja sama dengan pihak lain untuk tujuan ini," kata Starmer dan lainnya.
Pernyataan tersebut bertepatan dengan tuntutan bersama 22 negara, termasuk Inggris, Prancis, dan Kanada, agar Israel segera membuka penuh akses bantuan ke Gaza.
Ancaman Tiga Negara Kado Buat Hamas
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berdalih agresi brutal yang dilakukan adalah perang defensif demi kelangsungan hidup Israel.
Dengan meminta Tel Aviv mengakhiri sebelum Hamas hancur, Netanyahu mengibaratkan reaksi Inggris dan lainnya sebagai kado buat Hamas.
"Para pemimpin di London, Ottawa, dan Paris menawarkan hadiah besar untuk serangan genosida terhadap Israel pada 7 Oktober (2023), sambil mengundang lebih banyak kekejaman seperti itu," kata Netanyahu.
Ia lantas menyebut semua pemimpin Eropa harus mencontoh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam mendukung Israel.
"Perang dapat berakhir besok jika para sandera yang tersisa dibebaskan, Hamas meletakkan senjata, para pemimpinnya yang kejam diasingkan, dan Gaza didemiliterisasi," pungkasnya.
53.486 Orang Tewas Selama Agresi
Sejumlah warga Palestina tewas atas agresi yang dilakukan oleh Israel. [Instagram]
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 3.340 orang tewas sejak Israel melanjutkan agresi gila-gilaan pada 18 Maret. Secara total, jumlah korban perang dari pihak Gaza mencapai 53.486 orang.
Israel juga memblokade bantuan masuk Gaza sejak Maret, yang artinya sudah berlangsung lebih dari dua bulan.
Namun kemarin, Israel 'menyerah' terhadap tekanan internasional dengan mengumumkan akan mengizinkan masuknya sejumlah truk pasokan masuk Gaza.
Netanyahu mengatakan akses bantuan yang terbatas dilakukan karena 'gambaran kelaparan massal' di Gaza dapat merusak legitimasi perang negaranya.