Ada Pulau Sampah di Samudera Pasifik, Kok Bisa?
Teknologi

FTNews - Membuang sampah ke laut tentu dapat merusak lingkungan dan ekosistem laut. Lebih parahnya lagi, di Samudera Pasifik, terdapat sekumpulan sampah yang membentuk sebuah pulau.
Peneliti dari The Ocean Cleanup menyebut, pulau yang terbuat dari sampah tersebut membentang hingga 1,6 juta kilometer (km) persegi. Massa dari sampah yang membentuk pulau ini dapat mencapai sekitar 129.000 ton pada tahun 2018.
Tidak hanya itu, banyak sampah-sampah tersebut terdiri dari sampah plastik yang umurnya mencapai 50 tahun. Sampah-sampah seperti korek plastik, sikat gigi, botol minuman, kantong plastik, dan masih banyak lagi tidak dapat terurai menjadi plastik mikro.
Baca Juga: Sejumlah Karyawan Shopee Indonesia Terkena Efisiensi
Penelitian dari Jurnal Science di tahun 2015 mengungkap, sampah-sampah ini berasal dari China, Indonesia, Filipina, Vietnam, Sri Lanka, dan Thailand.
Lalu, pada tahun 2017, Ocean Conservancy melaporkan bahwa China, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam telah membuang sampah ke laut.
Tahun 2022, penelitian dari Scientific Reports mengatakan bahwa 75 hingga 86 persen sampah plastik di laut berasal dari perikanan dan pertanian di Jepang, China, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Taiwan.
Baca Juga: Kemenkominfo Bakal Pantau Penggunaan AI Selama Pemilu
Organisasi Non-profit Penyelamat Laut
The Ocean Cleanup melakukan pembersihan sampah di laut. Foto: The Ocean Cleanup
The Ocean Cleanup adalah lembaga non-profit yang memiliki tujuan untuk membersihkan laut dari sampah. Mereka melakukan proyek yang sangat besar untuk mengangkut sampah dari pulau sampah ini.
Pengambilan sampah ini berawal pada tanggal 9 September 2018. Kemajuan terjadi pada tahun 2021, di mana mereka menggunakan sistem yang baru untuk mengangkut sampah. Mereka berhasil mengambil sampah sebanyak 28,6 ton plastik yang berada di lautan.Â
Pada tahun 2022, mereka berhasil mengangkut sebanyak 100.000 kilogram (kg) dari sejak awal program ini berjalan.
“Permasalahan semakin besar dan membesar setiap menitnya,†kata Kepala Lingkungan dan Hubungan Sosial The Ocean Cleanup, Matthias Egger.
“Kita melihat penyu yang terjerat ghost fishing net. Terkadang hanya bangkainya saja. Mereka menelan serpihan-serpihan plastik. Lalu ada juga polutan bahan kimia,†lanjutnya.
Saat ini, tumpukan sampah tersebut masih tersebar luas di Samudera Pasifik. Rencananya, tim The Ocean Cleanup akan melakukan pengangkutan sampah lagi dengan menggunakan sistem terbarunya agar dapat mendeposit sampah lebih cepat.