Asal Mula Arti ACAB 1312, Protes Sub Kultur Punk yang Menjalar ke Indonesia

Arti ACAB 1312 menjadi trending usai driver Ojol dilindas Brimob di kawasan Pejompongan, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.

Korban diketahui bernam Affan Kurniawan (21) meninggal dunia setelah dilindas oleh mobil kendaraan taktis (rantis) Brimob Polri .

Affan saat kejadian sedang mengantar orderan dan setelah insiden dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), namun nyawanya tidak tertolong.

Baca Juga: Polisi : Siswa SMPN 132 Jakarta Tewas Tergelincir Diduga Hendak Merokok

Kejadian ini memicu kemarahan publik dan menimbulkan aksi demonstrasi.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah meminta maaf atas insiden ini dan menyatakan penyesalan, serta memerintahkan penanganan serta investigasi lebih lanjut.

Tujuh anggota Brimob terkait insiden tersebut telah diamankan untuk proses hukum.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Kritik Polisi Soal Penembakan Bos Rental Mobil di Tangerang: Lambat Penanganan

Komnas HAM juga mengecam tindakan kekerasan ini dan menegaskan perlunya penghormatan terhadap hak asasi manusia selama pengamanan demonstrasi.

Insiden ini menjadi sorotan media nasional dan internasional, sekaligus menimbulkan perdebatan tentang kekerasan aparat saat pengamanan demonstrasi.

ACAB 1312 seketika menggema di ruang publik. Lantas seperti asal mula dan arti ACAB 1312.

Asal Mula dan Arti ACAB 1312

Demo protes polisi di Medan. [Istimewa]

Arti ACAB adalah singkatan dari kalimat dalam bahasa Inggris All Cops Are Bastards, yang berarti dalam bahasa Indonesia 'Semua Polisi adalah Bajingan'.

Kode 1312 merupakan representasi numerik dari ACAB, di mana angka 1 mewakili huruf A, angka 3 untuk huruf C, angka 1 lagi untuk huruf A, dan angka 2 untuk huruf B. Jadi, 1312 secara numerik menggantikan huruf-huruf dalam ACAB.

Asal mula istilah ACAB dan kode 1312 ini pertama kali muncul di Inggris pada paruh pertama abad ke-20, khususnya pada tahun 1940-an saat terjadi aksi mogok kerja besar-besaran pekerja sebagai bentuk protes terhadap tindakan polisi.

Istilah ini awalnya digunakan sebagai ekspresi kemarahan atau protes terhadap perlakuan jaksa kepolisian yang dianggap sewenang-wenang atau kasar.

Popularitasnya meningkat di tahun 1970-an dan kemudian menyebar ke berbagai negara melalui subkultur punk dan berbagai bentuk protes hingga ke Indonesia, di mana istilah ini juga kerap muncul dalam demonstrasi dan grafiti sebagai simbol perlawanan terhadap otoritas yang dianggap represif.

Sehingga, kode 1312 dan ACAB adalah bentuk ekspresi kekecewaan dan kemarahan masyarakat terhadap tindakan aparat kepolisian yang dianggap tidak etis atau kasar, dan telah lama digunakan dalam konteks demonstrasi dan perlawanan sosial.

Unjuk Rasa Besar-besaran

Demo protes polisi di Bandung. [X]

Pada Agustus 2025 terjadi unjuk rasa besar-besaran di Jakarta yang melibatkan berbagai kelompok, terutama mahasiswa dan buruh.

Pada tanggal 28 Agustus, aksi demo buruh dengan jumlah besar berlangsung di depan Gedung DPR dan Istana Kepresidenan, menuntut kenaikan upah, penghapusan sistem outsourcing, dan beberapa tuntutan lainnya.

Demo ini berujung ricuh dengan keterlibatan aparat kepolisian, di mana beberapa polisi terluka dan satu dalam kondisi kritis.

Keesokan harinya, 29 Agustus, mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi lanjutan dengan tema "Indonesia Cemas 2025" yang berpusat di Polda Metro Jaya dan titik kumpul di FX Sudirman.

Aksi ini menuntut perlakuan represif aparat terhadap masyarakat dihentikan.

Gelombang aksi ini juga meningkatkan ketegangan antara massa demonstran dan aparat kepolisian, yang sudah bersiap siaga dengan beberapa kendaraan taktis di lokasi-lokasi strategis.

Insiden pendahuluannya termasuk kasus tragis dimana seorang driver ojek online tewas dilindas rantis Brimob, memicu kemarahan massa dan memperbesar gelombang demonstrasi menuntut keadilan dan pertanggungjawaban aparat kepolisian.

Aksi ini merupakan bagian dari protes luas terhadap kebijakan pemerintah dan tindakan aparat yang dianggap represif di berbagai sektor masyarakat.