Banjir Besar Malaysia-Thailand, Ini Penyebab Cuaca Ekstrem
Banjir besar terjadi di wilayah perbatasan Thailand dan Malaysia, mengakibatkan evakuasi besar-besaran dan korban jiwa.
Di Thailand, banjir telah menewaskan sedikitnya 33 orang dan menyebabkan lebih dari 2,7 juta orang terdampak di 12 provinsi selatan, dengan sekitar 1 juta rumah tangga mengalami kerusakan.
Pemerintah Thailand telah menetapkan keadaan darurat di beberapa wilayah terdampak, seperti Provinsi Songkhla, dan melancarkan operasi penyelamatan menggunakan helikopter, perahu, dan armada militer lainnya.
Baca Juga: Tersangka Penipuan Artis Jessica Iskandar Ditangkap di Thailand!
Dilansir dari DW, Departemen Meteorologi Thailand menyampakan warning peringatan hujan lebat dan banjir bandang masih bisa terjadi.
Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, telah mengumumkan keadaan darurat untuk Provinsi Songkhla, yang mencakup kota terbesar di Thailand selatan, Hat Yai.
Di sisi Malaysia, banjir parah melanda utara negara bagian Kelantan sebagai salah satu wilayah terdampak terparah, dengan evakuasi sekitar 27 ribu orang dan dilaporkan satu korban tewas.
Baca Juga: Kota Medan Banjir Besar, Ini Nomor Call Center Basarnas untuk Evakuasi Warga
Banyak warga Malaysia yang terdampak juga berada di hotel-hotel di Thailand akibat banjir, dan pihak berwenang telah membantu menyeberangkan ribuan warga Malaysia yang terjebak di perbatasan.
Penyebab utama banjir ini adalah curah hujan yang sangat tinggi akibat fenomena La Nina dan pemanasan global jangka panjang, yang mengakibatkan sistem pengendalian banjir di wilayah tersebut tidak mampu menahan debit air yang meningkat drastis.
Banjir di wilayah Thailand dan Malaysia. [X Anwar Ibrahim]Hujan lebat yang berlangsung berkepanjangan menimbulkan banjir bandang dan genangan air luas di banyak kota di Thailand selatan dan negara bagian di Malaysia.
Kondisi darurat ditetapkan dengan alasan 'keparahan yang belum pernah terjadi sebelumnya' dari banjir yang telah menyebabkan kerusakan luas.
Jalan-jalan di Hat Yai juga tidak dapat dilalui dan bangunan-bangunan rendah serta mobil-mobil hampir terendam oleh air yang naik tinggi.
Beberapa penghuni di lantai atas diberi keranjang makanan yang diangkut oleh tim penyelamat dengan perahu.
Upaya penanggulangan dan penyelamatan terus dilakukan, namun kerusakan dan dampaknya cukup parah, melumpuhkan aktivitas di banyak wilayah dan mengancam keselamatan ribuan warga yang kini mengungsi atau terjebak di lokasi banjir.
Cuaca Ekstrem
Banjir di wilayah Sumut. [Istimewa]Fenomena cuaca ekstrem seperti banjir besar di Malaysia, Thailand, dan sebagian Indonesia pada akhir 2025 disebabkan oleh kombinasi faktor global dan regional, termasuk La Niña lemah, Dipole Mode Indikasi (DMI) negatif, serta aktivitas siklon tropis.
La Niña lemah meningkatkan pasokan uap air dari Samudra Pasifik, sementara DMI negatif (-1.61 hingga -1.94) memanaskan perairan Samudra Hindia timur dekat Indonesia, mendukung pembentukan awan konvektif dan hujan lebat berkepanjangan.
Kenaikan suhu permukaan laut secara keseluruhan memperkuat siklon tropis seperti Bibit Siklon Tropis 95B di Selat Malaka dan timur Aceh, memicu hujan ekstrem, angin kencang, dan gelombang tinggi hingga 4 meter di wilayah Sumatra Utara hingga Riau.
Dampak Monsun dan Perubahan Iklim
Musim monsun Asia Tenggara yang aktif, diperkuat Madden-Julian Oscillation (MJO) fase 5 di Maritime Continent, menyebabkan atmosfer labil dan hujan intens di Sumatra, Kalimantan utara, serta wilayah selatan Thailand dan utara Malaysia.
Perubahan iklim jangka panjang meningkatkan frekuensi siklon dan intensitas hujan, memperburuk banjir bandang di perbatasan Thailand-Malaysia serta longsor di Indonesia barat.
BMKG memprediksi puncak curah hujan di atas normal hingga Desember 2025, dengan potensi ekstrem berlanjut ke awal 2026.
Wilayah Terdampak Utama
- Thailand Selatan: Hujan monsun terderas dalam 300 tahun picu banjir mematikan.
- Malaysia Utara (Kelantan): Genangan luas akibat siklon regional, evakuasi massal.
- Indonesia Barat (Aceh-Sumatra-Riau): Siklon 95B sebabkan banjir, gelombang tinggi, dan longsor.
Pemerintah setempat seperti BMKG dan BNPB merekomendasikan kewaspadaan di pesisir, dataran rendah, dan perbukitan, dengan evakuasi dini untuk mengurangi risiko.