Belajar dari China Turunkan Polusi Udara
Teknologi

FTNews - China pernah mengalami tekanan polusi udara beberapa tahun lalu. Hingga akhirnya bisa keluar perlahan dari cengkeraman dampak polusi udara. Indonesia pun bisa mengambil praktik baik untuk menekan polusi udara.
Secara umum, sumber utama polusi udara adalah industrialisasi, urbanisasi, dan peningkatan konsumsi energi kendaraan bermotor, atau kendaraan lainnya.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lukman Hakim mengungkap, upaya China keluar dari masalah polusi udara.
Baca Juga: Rawan Gempa, BRIN Petakan Sesar dari Ujung Kulon hingga Banyuwangi
“China cukup berhasil mengatasi polusi, meskipun sekarang tingkat pencemaran masih tinggi dan belum mencapai target yang diharapkan. Akan tetapi progresnya sudah lebih baik,†kata Lukman dalam keterangannya baru-baru ini.
Tahun 2013 lanjut Lukman, Beijing merupakan kota dengan kualitas udara terburuk di dunia karena emisi dari aktivitas PLTU batubara dan transportasi. Kemudian, China berkomitmen untuk menurunkan polusi udara dalam periode yang sangat singkat, dengan menggelontorkan dana lebih dari US$ 100 miliar.
Keadaan di China sebelum reformasi ekonomi tahun 1979 sangat memprihatinkan. Reformasi menyebabkan ledakan ekonomi dan urbanisasi yang cepat, menimbulkan efek terjadinya peningkatan polusi udara.
Baca Juga: Joko Anwar Beri Sinyal Ingin Buat Gim Horor
Untuk menanggulanginya, China berupaya mengurangi emisi dengan membuat undang-undang penanggulangan polusi udara. Membuat standar, dan langkah-langkah kebijakan dalam lingkup perubahan ekonomi, tetapi pengendalian itu tidak efektif.
Saat itu tambah Lukman polusi udara merupakan masalah yang tidak penting di China. Prioritas utama adalah pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan industri untuk memenuhi industrialisasi yang pesat.
Kondisi langit di Jakarta yang berkabut dari polusi udara. Foto: ANTARA
Penerapan Ketat Tekan Polusi
Secara umum, kondisi kehidupan masyakarat sangat buruk dan hanya mementingkan kebutuhan hidup dasar (makanan dan pakaian). Perkembangan industri, penyalahgunaan sumber daya alam, dan kondisi politik di China menyebabkan keterlambatan dalam memahami masalah polusi udara.
“Beberapa perubahan besar dalam kebijakan pengendalian sejak tahun 2000 yaitu menerapkan standar emisi yang lebih ketat. Untuk boiler berbahan bakar batubara pada pembangkit listrik, kendaraan bermotor, serta penerapan National Air Quality Standards (NAAQS),†tuturnya.
Pengendalian emisi berbasis massa menggantikan pengendalian berbasis konsentrasi, kemauan politik yang kuat untuk mencegah polusi. Meningkatkan partisipasi publik dan peran masyarakat sipil dalam memerangi polusi udara. Perubahan sistem energi dengan peralihan dari batubara ke gas, serta sentralisasi dan desentralisasi peraturan polusi udara.
Lukman menambahkan, Pemerintah China melakukan berbagai upaya untuk mengurangi polusi udara yang selama bertahun-tahun melanda berbagai kota di negara itu. Pemindahan pabrik jauh dari kota besar, penggunaan kendaraan listrik, dan larangan penggunaan batubara dekat kota menjadi bagian dari upaya tersebut.
Berbagai hal yang dapat Indonesia ambil hikmahnya adalah pencegahan pencemaran udara lebih penting dari pengendalian. Komitmen pengambil kebijakan adalah kunci penanggulangan pencemaran udara.
Upaya yang dapat Indonesia lakukan melalui penggunaan energi yang lebih bersih, peraturan, dan pengawasan pelaksanaannya. Dukungan anggaran yang memadai, serta meningkatkan partisipasi publik.