BEM UGM Keluar dari Aliansi BEM SI, Apa Sebabnya?
Politik

BEM UGM resmi keluar dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan pada Minggu 20 Juli 2025.
Keputusan ini diambil setelah Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI yang digelar di Universitas Dharma Andalas, Padang, dinilai sarat dengan campur tangan politik dan kehadiran elit pejabat negara seperti Ketua Umum partai politik, Menteri Pemuda dan Olahraga, Kepala Kepolisian Daerah, hingga pejabat Badan Intelijen Negara (BIN).
Ketua BEM KM UGM, Tiyo Ardianto, menyatakan bahwa kedatangan para pejabat tersebut mencederai independensi gerakan mahasiswa yang harus bebas dari intervensi politik praktis dan kekuasaan negara.
Baca Juga: Capres-Cawapres 2024 Punya Olahraga Favorit, Apa Saja Ya?
BEM UGM menilai Munas seharusnya menjadi ruang strategis perjuangan mahasiswa, bukan arena manuver politik internal. Pengunduran diri ini menjadi bentuk konsistensi UGM dalam menjaga jarak dari kepentingan politik dan fokus pada kepentingan rakyat.
Pengumuman resmi pengunduran diri BEM KM UGM disampaikan melalui akun Instagram resmi @bemkm_ugm, dan mendapat perhatian luas dari publik serta kalangan mahasiswa di berbagai universitas.
Pernyataan Pengunduran Diri BEM UGM
Baca Juga: 4 Artis Ini Remehkan Pencalonan Marshel Widianto di Pilwalkot Tangsel: Nggak Pantes Lah
Kampus UGM. [Dok UGM]
Berikut 9 poin BEM UGM terkait pengunduran diri dari Aliansi BEM SI:
1. Sejak awal, BEM KM UGM tidak memiliki ambisi atas segala kontestasi untuk menjadi sesuatu apapun dalam struktur Kepengurusan BEM SI. Cukuplah bagi BEM KM UGM berperan menjadi bagian yang meletakkan pondasi pada masa awal kelahiran BEM SI tahun 2007 dan selanjutnya membersamai.
2. BEM KM UGM hadir, melalui Tiyo Ardianto selaku Ketua, Sheron Adam Funay selaku Wakil Ketua Bidang Analisis, dan Fedora Rifqi Ramadhan selaku Koordinator Bidang Pergerakan untuk membersamai forum yang kami memandangnya sebagai ruang strategis untuk merumuskan arah gerak perjuangan mahasiswa untuk rakyat.
3. Yang terjadi justru paradoks: forum tersebut menjadi ruang konfliktual nir-substantif sekaligus tempat penguasa memoles muka. Sesama mahasiswa bisa baku hantam dan saling mengumpat, bukan karena keberpihakan atau ideologi yang berbeda, tapi karena ada sesuatu yang diperebutkan: entah apa.
4. Kehadiran orang-orang yang merupakan simbol kekuasaan, seperti Ketua Umum Partai Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumatra Barat, dan Kapolda, serta Kepala BIN Daerah Sumatra Barat bagi kami, menciderai independensi gerakan. Apalagi dengan merdeka mereka pamerkan kebersamaannya bersama mahasiswa pada media sosialnya. Mungkinkah mereka masuk ke forum murni diundang, atau karena ada tiket masuk yang telah mereka dapatkan?
5. BEM sebagai lembaga pergerakan, bagi kami, mesti memberi batas yang tegas dan harus berjarak dengan penguasa. Tapi, BEM SI tidak memberikan teladan yang membanggakan.
6. Kami melihat dengan jelas: sebuah karangan bunga yang datang pagi hari, disembunyikan, lalu dimunculkan kembali ketika momen pembukaan (saat para elit politik dan aparat itu datang). Sebuah karangan bunga dari Kepala BIN Daerah Sumatra Barat. Sebenarnya, kemesraan apa yang terjalin antara BEM SI dan BIN sehingga hadir karangan bunga?
Isu Kekerasan
Ilustrasi mahasiswa menggelar unjuk rasa. [Istimewa]
7. Ya, ada kekacauan yang berlangsung fajar hari pada Jumat, 18 Juli 2025. Dua mahasiswa terluka: satu patah tulangnya, satu lebam muka dan berdarah bibirnya. Yang lain, trauma secara psikis karena ketegangan dan ancaman yang ada. Kami prihatin dan menyesalkan kejadian itu. Bagi kami, tidak ada jabatan yang berharga untuk direbut sampai harus ribut. Kesatuan kita adalah aset berharga bagi gerakan rakyat sipil.
8. Keterangan yang bisa kami sampaikan sangat terbatas. Seperti fenomena gunung es, apabila kami buka semua, bukan mustahil BEM kampus lain akan menarik diri semua. Tapi, cukuplah keterangan ini menjadi penjelasan atas sikap yang kami ambil untuk menjaga kemurnian gerakan.
9. BEM KM UGM memegang teguh nilai dan marwah gerakan. Kami memilih jalan sunyi tapi bercahaya: setia bersama Indonesia.
Langkah BEM UGM ini juga memicu BEM Undip mengikuti keluar dari Aliansi BEM SI dengan alasan serupa, terkait kehadiran pejabat dan BIN yang dianggap tidak pantas di tengah situasi protes mahasiswa yang sering mendapat represi.