Nasional

Biodata dan Agama Sarwo Edhie Wibowo, Mertua SBY yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

10 November 2025 | 17:12 WIB
Biodata dan Agama Sarwo Edhie Wibowo, Mertua SBY yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Sarwo Edhi Wibowo gelar pahlawan nasional pada Senin (10/11/2025). [Dok.Istimewa]

Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh bangsa dalam upacara di Istana Negara, Senin (10/11/2025).

rb-1

Salah satu tokoh yang mendapat penghargaan tersebut adalah Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, ayah dari Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono) sekaligus ayah mertua Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dalam upacara tersebut, keluarga Sarwo Edhie diwakili oleh cucunya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.

Baca Juga: Rahmah El Yunusiyyah, Pendiri Diniyyah Puteri yang Kini Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional

rb-3

Masa Muda dan Kehidupan Keluarga Sarwo Edhie Wibowo

Sarwo Edhie Wibowo lahir di Pangenjuru, Purworejo, Jawa Tengah, pada 25 Juli 1927, dan memeluk agama Islam. Ia merupakan putra dari pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini.

Baca Juga: Biodata Abdurrahman Wahid, Ulama dan Negarawan yang Kini Jadi Pahlawan Nasional

Sejak kecil, Sarwo dikenal sebagai sosok yang disiplin, berani, dan gemar berlatih bela diri. Minatnya pada dunia militer muncul sejak masa pendudukan Jepang pada tahun 1942.

Ia kemudian berangkat ke Surabaya untuk mendaftar sebagai prajurit Pembela Tanah Air (PETA). Keputusan ini menjadi langkah awal yang mengantarkannya pada karier panjang di dunia militer.

Setelah Indonesia merdeka, Sarwo bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) — cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dari sinilah kiprahnya dimulai dan namanya mulai dikenal di lingkungan militer.

Karier Militer dan Perannya dalam Peristiwa G30S

Antara tahun 1945 hingga 1951, Sarwo menjabat sebagai Komandan Batalion Divisi Diponegoro, dan dua tahun kemudian diangkat menjadi Komandan Resimen dalam divisi yang sama.

Kariernya terus menanjak hingga pada tahun 1959–1961 ia dipercaya sebagai Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional (AMN).

Tahun 1962 menjadi titik penting dalam perjalanan militernya. Ia diangkat sebagai Kepala Staf Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), dan dua tahun kemudian, oleh Jenderal Ahmad Yani, Sarwo dipercaya memimpin pasukan elit tersebut sebagai Komandan RPKAD.

Ketika Gerakan 30 September (G30S) meletus pada tahun 1965, Sarwo Edhie memainkan peran sentral dalam menumpas pemberontakan PKI.

Di bawah komandonya, pasukan RPKAD berhasil merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah dan melakukan operasi besar-besaran di berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah, untuk menghancurkan jaringan PKI.

Akhir Karier, Kiprah Sipil, dan Penghormatan Terakhir

Perjalanan karier Sarwo Edhie Wibowo. [YouTube] Perjalanan karier Sarwo Edhie Wibowo. [YouTube]

Meski berjasa besar dalam menjaga stabilitas negara, karier Sarwo justru menurun setelah peristiwa G30S. Pada tahun 1967, ia dipindahkan menjadi Pangdam Bukit Barisan, kemudian Pangdam Cendrawasih di Papua.

Antara 1970 hingga 1974, Sarwo menjabat sebagai Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) — jabatan terakhirnya di dunia militer sebelum beralih ke bidang diplomasi.

Ia kemudian diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Korea Selatan, dan sempat menjabat Kepala BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Sarwo Edhie Wibowo dikenal sebagai tokoh militer yang nasionalis. Ia merupakan penganut agama Islam, dan dalam banyak kesempatan dikenal teguh memegang nilai-nilai moral dan disiplin.

Jenderal Sarwo Edhie Wibowo wafat di Jakarta pada 9 November 1989.

Kini, lewat penghargaan dari Presiden Prabowo Subianto, bangsa Indonesia kembali mengenang jasanya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah pertahanan dan persatuan Indonesia.

Tag Prabowo AHY Pahlawan Nasional Sarwo Edhie Wibowo Mertua SBY