Nasional

Rahmah El Yunusiyyah, Pendiri Diniyyah Puteri yang Kini Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional

10 November 2025 | 16:26 WIB
Rahmah El Yunusiyyah, Pendiri Diniyyah Puteri yang Kini Ditetapkan Jadi Pahlawan Nasional
Sosok Rahmah El Yunusiyyah [x.coms/ay/NotoIslampho]

Tanggal 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, menjadi momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dalam upacara kenegaraan di Istana Negara, Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh yang berjasa besar bagi negeri ini.

rb-1

Salah satu sosok yang paling menarik perhatian publik adalah Rahmah El Yunusiyyah, tokoh perempuan asal Minangkabau yang dikenal sebagai pelopor pendidikan perempuan di Indonesia.

Penghargaan ini menjadi hasil dari perjuangan panjang yang telah diusulkan berulang kali oleh Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Baca Juga: Di Depan Mega dan Gibran, Prabowo Ingatkan Pejabat yang Tidak Becus untuk Mundur: Sebelum Saya Berhentikan

rb-3

Sebelumnya, Rahmah telah menerima penghargaan Bintang Mahaputera Pratama dan Mahaputera Adipradana pada tahun 2013. Kini, gelar Pahlawan Nasional menjadi pengakuan tertinggi atas dedikasinya di bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia.

Mendirikan Pesantren Perempuan Pertama di Asia

Pesantren Rahmah [instagram.com/81acevotryour]Pesantren Rahmah [instagram.com/81acevotryour]Lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 26 Oktober 1900, Rahmah El Yunusiyyah dikenal sebagai tokoh pembaharu yang berani menentang arus sosial pada masanya.

Baca Juga: Sosok Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua, Ulama yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Di usia muda, ia mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri pada tahun 1923, lembaga pendidikan Islam pertama di Asia yang secara khusus diperuntukkan bagi perempuan.

Langkah tersebut tergolong revolusioner, sebab pada masa itu perempuan masih dianggap tabu untuk menempuh pendidikan tinggi. Melalui Diniyyah Puteri, Rahmah tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan nilai moral, kemandirian, dan kepemimpinan.

Dari lembaga ini lahir banyak tokoh perempuan berpengaruh, seperti H.R. Rasuna Said, pejuang kemerdekaan sekaligus aktivis perempuan, serta Nurhayati Subakat, pendiri merek kosmetik ternama Wardah.

Rahmah memiliki visi yang kuat: “Mendidik perempuan berarti mendidik satu keluarga, bahkan satu bangsa.” Prinsip ini menjadi pondasi sistem pendidikan Diniyyah Puteri yang berorientasi pada akhlak, kecerdasan, dan pengabdian kepada Allah SWT.

Dari Dunia Pendidikan ke Medan Perjuangan

Salah satu nama yang diangkat menjadi pahlawan [ X/Commalakmalakmal]Salah satu nama yang diangkat menjadi pahlawan [ X/Commalakmalakmal]Tidak hanya berjasa di bidang pendidikan, Rahmah juga turut berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat revolusi tahun 1945, ia aktif membantu perjuangan rakyat dari Padang Panjang dengan membentuk unit logistik dan perbekalan untuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Pesantrennya bahkan dijadikan pusat pergerakan perjuangan di Sumatera Barat. Rahmah dikenal sebagai sosok “Bundo Kanduang” di kalangan pasukan Sabilillah dan Hizbullah simbol kasih, semangat, dan keteguhan perempuan Minangkabau.

Dalam perjuangannya, Rahmah juga menolak menerima bantuan dari pemerintah kolonial Belanda demi menjaga kemandirian pesantrennya. Sikap ini menunjukkan betapa kuatnya nilai berdikari yang ia pegang teguh sepanjang hidupnya.

Menteri Agama periode 1971–1978, Prof. Dr. H. A. Mukti Ali, pernah mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Rahmah:

“Pada masa ketika perempuan dianggap haram untuk bersekolah, ada seorang wanita yang berani mendirikan sekolah untuk perempuan. Itu adalah tindakan luar biasa.”

Warisan Abadi Sang Pendidik Bangsa

Rahmah El Yunusiyyah wafat pada 26 Februari 1969, bertepatan dengan malam takbiran Idul Adha. Ia dikenal sebagai sosok sederhana, tegas, dan penuh dedikasi terhadap kemajuan perempuan serta pendidikan Islam.

Rumah tinggalnya kini diabadikan sebagai Museum Rahmah El Yunusiyyah, menjadi simbol perjuangan dan sumber inspirasi bagi generasi muda.

Salah satu cita-citanya yang belum sempat terwujud adalah mendirikan rumah sakit khusus perempuan — bentuk kepedulian mendalam terhadap kesehatan kaum hawa.

Kini, semangat dan visinya terus hidup melalui Perguruan Diniyyah Puteri, yang dipimpin oleh generasi penerus seperti Hj. Fauziah Fauzan El Muhammady, SE, Akt, M.Si.

Lembaga ini telah berkembang menjadi kompleks pendidikan modern, mulai dari PAUD hingga Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), dengan ribuan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia.

Gelar Pahlawan Nasional yang kini disematkan kepadanya menjadi pengingat bagi seluruh rakyat Indonesia — bahwa perjuangan sejati tidak selalu di medan perang, tetapi juga di ruang kelas, melalui ilmu dan ketulusan hati.

Biodata Rahmah El Yunusiyyah

Rahmah El Yunnusiyyah  [X/Comsaynotoislampho]Rahmah El Yunnusiyyah [X/Comsaynotoislampho]Rahmah El Yunusiyyah lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 26 Oktober 1900 dan wafat pada 26 Februari 1969 dalam usia 68 tahun. Ia beragama Islam dan dikenal luas sebagai ulama, pendidik, sekaligus pejuang kemerdekaan.

Sepanjang hidupnya, Rahmah mengabdikan diri dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Ia mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, yang merupakan pesantren perempuan pertama di Asia.

Atas dedikasinya, Rahmah menerima berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya Bintang Mahaputera Pratama, Bintang Mahaputera Adipradana (2013), dan Gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2025.

Filosofi hidupnya yang terkenal, “Mendidik perempuan berarti mendidik satu keluarga, bahkan satu bangsa,” terus menjadi inspirasi bagi generasi penerus, khususnya perempuan Indonesia untuk terus berjuang melalui pendidikan dan keimanan.

Tag Prabowo Subianto Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyyah