Daridesa.id Bantu Petani Dusun Sawah, Rejang Lebong Berhilirisasi

Ekonomi Bisnis

Selasa, 05 Maret 2024 | 00:00 WIB
Daridesa.id Bantu Petani Dusun Sawah, Rejang Lebong Berhilirisasi

FTNews - Sebagai negara tropis, Indonesia dianugerahi dengan keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah. Penyinaran matahari yang sangat tinggi, dan juga intensitas curah hujan yang tinggi sangat membantu dalam menciptakan keanekaragaman ini.

rb-1

Mulai dari keanekaragaman flora, fauna, hingga sumber daya mineral yang sangat besar, menjadikan Indonesia sebagai negara kaya akan sumber daya alamnya (SDA).

Dalam program kerja pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, mereka akan melakukan “hilirisasi” agar Indonesia dapat memanfaatkan SDA secara maksimal.

Baca Juga: 54.000 Jemaah Haji Indonesia Sudah Tiba di Madinah

rb-3

“Upaya hilirisasi dan industrialisasi berbasis SDA akan meningkatkan nilai tambah, lapangan kerja, dan efek pengganda lainnya. Tidak saja secara ekonomi, tetapi juga efek pengganda sosial,” jelas Prabowo dalam buku Strategi Transformasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.

Sejalan dengan itu, Jumat (1/3), Desa Dusun Sawah, Kecamatan Curup Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, mengukuhkan pembentukkan kelompok tani mereka. 

Desa Dusun Sawah merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Rejang Lebong. Sejak dulu kala, masyarakatnya bekerja sebagai petani padi di sawah.

Baca Juga: Berita Duka: Buya Syafii Maarif Meninggal Dunia

Pembentukan ini juga sebagai salah satu langkah pemerintah desa dalam upaya hilirisasi pertanian masyarakatnya.

Dalam pembentukan kolompok tani ini, mereka menamakan kelompok tani mereka dengan nama “MAHKOTA”. MAHKOTA sendiri merupakan singkatan dari Masyarakat Hijau Konservasi Tanah Agronomi.

Acara ini memiliki tajuk “Pendirian Kelompok Tani Desa Dusun Sawah POKTAN MAHKOTA (Masyarakat Hijau Konservasi Tanah Agronomi)”. Dalam acara ini juga, sejumlah tokoh-tokoh penting daerah setempat juga ikut menghadiri peresmian ini. 

Mulai dari Kepala Desa Dusun Sawah Ruslan, Kepala PPL Curup Utara Nasrullah, perwakilan Kodim 0409 Rejang Lebong, serta ketua kelompok tani dan anggota-anggotanya.

Pembentukan Kelompok Tani MAHKOTA

Para hadirin dalam acara Pendirian Kelompok Tani Desa Dusun Sawah POKTAN MAHKOTA (Masyarakat Hijau Konservasi Tanah Agronomi). Foto: Daridesa.id

“Sebagai Ketua Kelompok Tani MAHKOTA, saya dengan rendah hati berdiri di hadapan Anda semua. Merasa terhormat dan bangga menjadi bagian dari keluarga ini,” ungkap Hardiyanto, selaku Ketua Kelompok Tani Mahkota, dalam sambutannya.

“Kelompok Tani Mahkota bukanlah sekadar sebuah wadah organisasi, tetapi sebuah komunitas yang dipenuhi oleh semangat kebersamaan, keberanian untuk berinovasi, dan tekad untuk mengembangkan pertanian kita,” lanjutnya.

Pembentukan kelompok tani ini merupakan sebuah kerja sama antara mereka dengan perusahaan daridesa.id. 

Daridesa.id berperan sebagai pendamping dan penggerak desa untuk melancarkan program MAHKOTA.

Tujuan dari pembentukan MAHKOTA sendiri, sebagai program hilirisasi agro di Desa Dusun Sawah. 

Mereka berharap dengan program ini, para petani dapat menjaga lahan pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, kelompok tani juga dapat menghasilkan produk olahan dan kemasan dengan produk yang terdaftar dan layak jual yang bernilai lebih tinggi.

“Marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani, mengoptimalkan potensi lahan, dan menghasilkan produk pertanian berkualitas tinggi untuk masyarakat,” tutup Hardianto dalam sambutannya.

Dukungan Kepala Desa kepada MAHKOTA

Sambutan dari Kepala Desa Dusun Sawah, Ruslan. Foto: Daridesa.id

Kepala Desa Dusun Sawah, Ruslan, juga menyempatkan diri untuk memberikan sambutan dalam acara ini.

“Saat ini, kita berkumpul dengan penuh semangat untuk merayakan langkah besar dalam perjalanan kita menuju pertanian yang lebih maju dan berdaya saing, hilirisasi agro,” ungkap Ruslan dalam sambutannya.

Ia mengatakan bahwa mereka tidak hanya sekadar menjadi petani. Namun, mereka adalah pelopor perubahan dalam dunia pertanian.

“Hilirisasi agro menjadi tonggak penting dalam menjawab tantangan global dan mendukung kemandirian pangan negara kita,” jelasnya

“Melalui upaya hilirisasi ini, kita bergerak maju dari sekadar menjadi produsen bahan mentah, menuju pengolahan produk pertanian yang bernilai tambah tinggi,” lanjut Ruslan.

Ruslan juga menjelaskan, bahwa mendirikan kelompok tani ini bukanlah hal yang mudah. Ia menjelaskan bahwa Kelompok Tani MAHKOTA masih membutuhkan dedikasi, pengetahuan, dan kerja sama yang kuat.

“Dengan memperluas cakupan hilirisasi agro, kita bukan hanya meningkatkan nilai ekonomi produk kita,” ucap Ruslan.

“Tetapi, juga menciptakan peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Terutama di Desa Dusun Sawah, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita,” imbuhnya.

Tujuan dari Pembentukan MAHKOTA

Produk-produk hasil pertanian milik Desa Dusun Sawah. Foto: Daridesa.id

Pembentukan MAHKOTA memiliki tujuan yang sangat besar. Salah satu harapan dari pembentukan kelompok tani ini agar Desa Dusun Sawah dapat menjadi pusat konservasi dan Edu Agroland yang bermanfaat.

Berikut manfaat-manfaat yang mereka harapkan dari pembentukan Kelompok Tani MAHKOTA.

Pengembangan Pertanian Berkelanjutan

Pusat konservasi pertanian dan agroland di desa dapat menjadi basis untuk pengembangan pertanian berkelanjutan. Selain itu, dapat mempromosikan dan mengimplementasikan praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Pemeliharaan Keanekaragaman Hayati

Tidak hanya untuk bercocok tanam dan mengolah produk, namun pembentukan MAHKOTA juga sebagai sarana konservasi. Mereka akan menjaga dan mengembangkan varietas tanaman lokal dan hewan ternak yang dapat beradaptasi di lingkungan setempat.

Pemberdayaan Petani Lokal

Selain itu, MAHKOTA akan melibatkan masyarakat setempat dalam kegiatan pertanian dan agroland. Sehingga, program ini dapat meningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan petani lokal.

Beragam pelatihan, pendidikan, dan dukungan teknis akan MAHKOTA berikan demi meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani.

Diversifikasi Ekonomi

Sebagai pusat konservasi, dapat juga menjadi pusat ekonomi lokal dengan mengembangkan berbagai sektor agribisnis. Mencakup hal seperti produksi, pemrosesan, dan pemasaran produk pertanian lokal.

Ketahanan Pangan Lokal

Untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, MAHKOTA akan meningkatkan produktivitas pertanian dan agroland. Sehingga, masyarakat Desa Dusun Sawah tidak bergantung dengan pasokan luar dan dapat meningkatkan ketahanan pangan.

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Menggunakan prinsip konservasi, MAHKOTA dapat membantu pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Mereka akan menggunakan strategi seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan air yang bijaksana untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Pariwisata Pertanian

Tidak hanya sebagai pemasok bahan pangan, namun juga dapat menjadi destinasi wisata pertanian. Dengan menjadi pusat konservasi pertanian dan agroland, dapat menarik para wisatawan yang tertarik untuk belajar tentang pertanian lokal dan budaya desa.

Melalui pariwisata, akan dapat menciptakan peluang ekonomi tambahan untuk Desa Dusun Sawah.

Mengurangi Urbanisasi

Dengan menciptakan peluang kerja dan kehidupan yang layak di pedesaan, diharapkan dapat mengurangi tekanan urbanisasi masyarakat desa. Melalui alternatif ekonomi dan gaya hidup yang menarik, MAHKOTA berharap dapat mengurangi urbanisasi masyarakat Desa Dusun Sawah.

Mengurangi Erosi Tanah dan Degradasi Lahan

Erosi tanah dan degradasi lahan merupakan salah satu permasalahan yang ada di dunia pertanian. Melalui praktik konservasi pertanian, MAHKOTA berharap dapat mengurangi hal-hal tersebut.

Seperti penggunaan penutup tanah, agroforestri, dan berbagai macam teknik konservasi tanah lainnya.

Hilirisasi Pertanian Bersama Daridesa.id

“Ini hanya satu (permasalahan) dari bagian di negeri ini. Lahan pertanian yang semakin habis,” ungkap Hari Hermawan, inisiator Daridesa.id.

Daridesa.id merupakan perusahaan yang bekerja di bidang pendampingan pembangunan desa. Mereka melakukan pendampingan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa.

Salah satu cara untuk percepatan tersebut, Daridesa.id menggunakan teknik hilirisasi dalam pengaplikasiannya.

“Hilirisasi adalah kunci dari permasalahan pertanian yang ada di Indonesia sekarang. Bayangkan, banyak petani yang mendapatkan upah kecil karena mereka terbiasa menjual hasil pertanian mereka ke tengkulak,” jelas Hari.

“Dengan adanya hilirisasi ini, para petani dapat menemukan pasar mereka sendiri. Sehingga, para petani lepas dari tengkulak secara perlahan-lahan dan dapat menjadi mandiri,” lanjutnya.

Menurut Daridesa.id, membangun langkah penting untuk percepatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa itu sangat penting. Mereka mencatat beberapa faktor penting untuk melakukan percepatan ini.

Mereka mengatakan bahwa pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan dan kesadaran, serta pemanfaatan SDA menjadi kunci dari percepatan ini.

Usaha Daridesa.id dalam Mensejahterakan Petani

Pengecekan dan sertifikasi ubi oleh Dinas Ketahanan Pangan Bengkulu. Foto: daridesa.id

Daridesa.id juga ikut membantu desa-desa untuk memasarkan produk hasil pertanian desa kepada seluruh masyarakat Indonesia. Contohnya, Daridesa.id berhasil bekerja sama dengan sebuah supermarket besar di Bengkulu sebagai pemasok ubi cilembu.

Pada saat itu, supermarket ini mendapatkan pasokan ubi cilembu dari Cilembu. Namun, ubi tersebut memiliki ongkos pengiriman yang sangat mahal.

Hari memanfaatkan momen ini untuk membuat suplai ubi cilembu dari Bengkulu. Ia pun melakukan penelitian terlebih dahulu, apakah ubi ini cocok dengan kriteria dari supermarket tersebut inginkan.

Ia pun berhasil mendapatkan kerja sama dengan supermarket tersebut sebagai pemasok ubi cilembu.

“(Penanaman ubi cilembu) ini itu mudah ditanam, cost-nya yang kecil, dan organik. Selain itu, memiliki akses pasar yang lebih besar,” ucap Hari.

Akhirnya, ia mengumpulkan para buruh petani untuk membuat kelompok tani khusus menanam ubi cilembu. Mereka menggunakan lahan-lahan yang mereka miliki untuk menanam ubi.

“Masyarakat sangat bagus responnya. Selama ada (mata pencaharian) yang sustainable, mereka pasti mau kerjakan,” ungkapnya.

Masyarakat Desa Dusun Sawah yang menghadiri acara peresmian Kelompok Tani MAHKOTA. Foto: Daridesa.id

Hari juga mengatakan bahwa sebenarnya para petani hanya membutuhkan akses ke pasar secara langsung.

“Menurut saya, petani itu tidak butuh bibit gratis atau pupuk gratis, yang mereka butuhkan hanya akses pasar. Hasil pertanian yang bergelimang tanpa adanya akses pasar tetap akan hanya merugikan para petani,” jelasnya.

“Hilirisasi itu sangat diperlukan. Memperpendek jalur distribusi agar petani dapat menjual hasil tani mereka dengan harga yang layak,” sambungnya.

Banyak petani-petani di Rejang Lebong yang masih bergantung dengan kehadiran tengkulak untuk menjual hasil pertanian mereka. Namun, para petani tidak dapat memperoleh upah yang maksimal jika mereka menjualnya ke tengkulak.

Hal ini terjadi karena para petani tidak mendapatkan akses menuju pasar secara langsung, sehingga mereka memilih untuk menjualnya kepada tengkulak.

Permasalah Pertanian di Indonesia

Prabowo Subianto dalam acara Dialog Capres bersama Kadin. Foto: Abraham Mahan.

Prabowo Subianto sebelumnya pernah mengutarakan permasalahan yang ada di Indonesia. Ia menganggap permasalahan pertanian adalah masalah strategis, bukan masalah niaga semata.

Dalam acara Dialog Capres bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), ia mengungkapkan permasalahan pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah menurunnya jumlah petani hingga 1,7 juta petani di tahun 2023.

Selain itu, dari petani yang sudah tersisa, sebanyak 32 persennya merupakan petani di atas umur 60 tahun. Permasalahan ini karena nilai tukar dari para petani yang menurun karena rendahnya produktivitas dan teknologi yang mereka punya.

Prabowo juga mengatakan alasan mengapa banyaknya anak muda tidak ingin mengikuti jejak orang tuanya sebagai petani. Ia mengatakan bahwa anak-anak muda melihat orang tuanya mengalami kesulitan dalam hidupnya saat menjadi petani.

Oleh karena itu, banyak anak muda yang tidak ingin menjadi petani karena mereka tidak ingin menjadi miskin seperti orang tuanya.

Tag Nasional Hilirisasi Kelompok Tani Ekonomi Bisnis Daridesa.id

Terkini