Dijuluki Kota Batik, Ini Sejarah Batik Pekalongan Daerah yang Baru Dilanda Bencana Longsor
Beauty
.jpg)
Baru-baru ini Kota Pekalongan menjadi sorotan mata nasional akibat kejadian bencana alam yang terjadi pada Senin (20/1/2025) sore.
Sedikitnya ada belasan orang ditemukan meninggal dunia setelah tertimbun longsoran di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kota Pekalongan sendiri menyimpan cerita yang khas dengan kota tersebut, dijuluki sebagai Kota Batik salah satu warisan budaya dan identitas Indonesia yang kian populer.
Baca Juga: Tiga Pekerja Proyek Tertimbun Tanah Longsor di Duren Sawit, Satu Tewas
Setiap daerah di Indonesia memiliki motif khas batiknya masing-masing, salah satunya yakni di daerah Pekalongan.
Pekalongan adalah satu kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Dibalik julukan tersebut, tentunya tidak terlepas dari sejarah di masa di lampau hingga perkembangan batik Pekalongan di masa sekarang.
Sejarah Batik Pekalongan
Batik di Pekalongan dimulai sejak abad ke-18. Kala itu, VOC membuka kantor dagang di Pekalongan. Hal ini membuat batik Pekalongan banyak di ekspor ke negara-negara Eropa, hingga akhirnya di tahun 1840-an, batik menjadi komoditas perdagangan utama di Pekalongan.
Baca Juga: Tanah Longsor Kembali Terjadi di Kawasan Perhutani Gunung Galunggung, Tasikmalaya
Sentra batik pun kian tumbuh di wilayah dekat pesisir, diantaranya Buaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Di tahun 1950, pertumbuhan batik semakin tinggi yang dibantu dengan diberlakukannya ekonomi kerakyatan. Hal ini membuat mulai munculnya rumah produksi batik.
Selanjutnya di tahun 1960-an, muncul mesin baru, yakni untuk printing batik. Mesin ini dapat menghasilkan hasil yang sama dengan batik tradisional. Lalu di akhir tahun 1970, produksi batik menggunakan printing atau sablon kian meningkat.
Batik Mendapatkan Pengakuan UNESCO di Tahun 2009
Tahun 2009 tepatnya pada tanggal 2 Oktober, batik ditetapkan dan diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Takbenda.
Batik dulunya hanya dikenakan oleh orang-orang yang berada di lingkungan elit saja. Namun, batik kini menjadi produk sandang dapat digunakan oleh semua kalangan. Umumnya, batik biasa digunakan oleh sebagian besar perempuan Jawa sebagai pelapis kain kebaya.
Ragam Motif Khas Batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa di masa lampau memuat hadirnya banyak motif dan warna seni batik. Ragam motif batik ini kemudian menjadi 9 motif khas dan identitas batik khas Pekalongan, yakni:
Batik Jlamprang: peninggalan negeri india dan arab. Memiliki ragam hias patola dengan bentuk geometris.
Batik Encim dan Klenengan: peninggalan kultur Cina. Memiliki khas motif tumbuhan atau bunga.
Batik Semen: terlihat klasik dengan dominasi garis-garis dekoratif.
Batik Hokokai: peninggalan akulturasi budaya Jepang. Memiliki banyak ornamen dan warna. Umumnya bermotif kupu-kupu dan bunga.
Batik Tujuh Rupa: menggambarkan kekayaan alam di kota Pekalongan. Bermotif hewan dan tumbuhan dengan warna cerah.
Batik Terang Bulan: menunjukkan terangnya cahaya bulan purnama di malam hari.
Batik Liong: percampuran budaya Tiongkok. Cenderung bermotif naga dan ular.
Batik Sawat: menggambarkan perlindungan dari alam senjata dengan motif ular dan gigi tajam.
Batik Buketan: memiliki pengaruh budaya Belanda. Menampilan gambar buker bunga berwarna cerah.