Longsor di Pekalongan Renggut 16 Jiwa, Berikut Penyebab dan Langkah Pencegahan yang Harus Diketahui
Nasional

Longsor seringkali datang tanpa diduga, menyisakan kerusakan yang luar biasa baik pada lingkungan maupun kehidupan manusia.
Teranyar, pada Senin (20/1/2025) sore, sedikitnya ada enam belas orang ditemukan meninggal dunia setelah tertimbun longsoran di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Meski banyaknya korban jiwa akibat bencana alam ini, dengan kewaspadaan dan langkah pencegahan yang tepat, potensi dampak longsor bisa diminimalkan.
Baca Juga: Jalan Nasional Penghubung Riau-Sumbar Amblas, Kendaraan Harus Melintas Bergiliran
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya pergerakan tanah ini. Berikut ulasannya:
1. Curah Hujan Tinggi
Curah hujan yang sangat tinggi dapat membuat tanah menjadi jenuh dengan air. Kondisi tanah yang basah akan mengurangi gesekan antar partikel tanah, membuatnya mudah bergerak dan akhirnya longsor.
Baca Juga: 3 Bencana Tanah Longsor yang Terjadi Sepekan Ini
Hujan deras yang turun dalam waktu singkat seringkali menjadi pemicu utama terjadinya longsor, apalagi jika daerah tersebut sudah memiliki struktur tanah yang labil.
2. Gempa Bumi
Gempa bumi dapat mengubah struktur tanah dan bebatuan di lereng yang sebelumnya stabil. Gempa bisa menyebabkan tanah bergerak, bahkan di lokasi yang tidak dilanda hujan.
Di daerah yang rawan gempa, longsor bisa terjadi hanya dalam hitungan detik setelah gempa mengguncang.
3. Penggundulan Hutan
Salah satu penyebab longsor yang kerap kali diabaikan adalah penggundulan hutan. Hutan memiliki akar pohon yang membantu menahan tanah dan mencegah erosi.
Ketika hutan ditebang secara besar-besaran, tanah menjadi lebih rentan terhadap pergerakan, terutama saat musim hujan.
4. Perubahan Penggunaan Lahan
Perubahan fungsi lahan, seperti pembangunan perumahan, jalan atau perkebunan di lereng-lereng yang curam, dapat merusak keseimbangan alami tanah.
Penggalian dan pengurukan tanah yang tidak tepat bisa meningkatkan risiko longsor, karena tanah kehilangan kekokohannya akibat aktivitas manusia.
Meskipun longsor adalah bencana alam yang sulit diprediksi, ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau meminimalisir dampaknya. Berikut langkah penting yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat:
1. Melakukan Analisis Risiko
Langkah pertama yang harus diambil adalah melakukan analisis risiko terhadap daerah-daerah yang rawan longsor.
Dengan menganalisis kondisi geologi, topografi dan cuaca setempat, kita bisa mengidentifikasi area yang perlu mendapat perhatian khusus. Langkah ini juga akan membantu pemerintah dalam merancang kebijakan mitigasi yang lebih efektif.
2. Perencanaan Tata Ruang yang Tepat
Penting untuk memastikan bahwa perencanaan tata ruang memperhatikan faktor-faktor alam, terutama di daerah-daerah yang rawan longsor.
Jangan sampai pembangunan dilakukan di kawasan yang memiliki risiko tinggi karena ini akan memperburuk situasi. Kawasan dengan lereng curam atau dekat dengan potensi patahan harus mendapatkan perhatian khusus dalam perencanaan tata ruang.
3. Pembangunan Sistem Peringatan Dini
Sistem peringatan dini dapat menjadi penyelamat nyawa ketika terjadi potensi longsor. Dengan teknologi yang ada seperti sensor tanah dan pemantauan cuaca, kita bisa mendeteksi tanda-tanda pergerakan tanah lebih awal.
Ini memungkinkan masyarakat untuk mengungsi lebih cepat dan menghindari jatuhnya korban.
4. Konservasi Tanah dan Vegetasi
Menanam pohon dan menjaga kelestarian vegetasi di lereng bukit atau gunung adalah salah satu cara efektif untuk mencegah longsor. Akar pohon berfungsi mengikat tanah dan mencegah erosi.
Program reboisasi atau penanaman vegetasi lain juga bisa membantu memperkuat kestabilan tanah.
5. Sistem Drainase yang Baik
Penting bagi setiap wilayah untuk memiliki sistem drainase yang memadai. Sistem ini akan mengalirkan air hujan dengan baik, menghindarkan tanah menjadi jenuh air yang dapat memicu longsor.
Dengan menjaga kualitas dan kapasitas saluran drainase, kita dapat mengurangi risiko pergerakan tanah akibat akumulasi air.
6. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya longsor dan cara-cara yang bisa dilakukan untuk menghindarinya sangat penting.
Masyarakat perlu diberikan informasi terkait tanda-tanda gejala longsor serta prosedur evakuasi yang tepat.
Kampanye edukasi juga dapat mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan sekitar agar tidak merusak keseimbangan alam.
7. Pemantauan Rutin Daerah Rawan Longsor
Pemantauan secara rutin terhadap kondisi tanah dan lereng yang berisiko longsor harus dilakukan. Ini bisa melibatkan penggunaan teknologi pemantauan seperti satelit atau alat pengukur gerakan tanah.
Dengan pemantauan yang baik, kita bisa segera mengetahui jika ada perubahan signifikan yang bisa menjadi indikasi terjadinya longsor.
Diketahui, selain merenggut 16 jiwa, longsor di Pekalongan juga menimbun 2 unit rumah dan menyeret beberapa kendaraan yang sedang melintas di wilayah tersebut serta menyebabkan 2 unit jembatan rusak
Hingga Selasa (21/1/2025) pencarian korban masih dilakukan oleh tim gabungan mengingat masih ada 3 orang yang dilaporkan hilang. Longsor juga menyebabkan 10 orang luka-luka yang segera dirujuk ke Puskesmas dan RSUD terdekat.
Selain longsor, banjir bandang juga menerjang wilayah tersebut pasca hujan deras yang mengguyur. Kerugian akibat banjir bandang masih dalam pendataan hingga saat ini.
Merujuk prakiraan cuaca BMKG tiga hari ke depan hingga Kamis (23/1/2025), wilayah Kabupaten Pekalongan masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang dapat memicu terjadinya banjir, banjar bandang, dan tanah longsor.