Dikejar Netizen Setelah Video Bocor, Korban Skandal Sister Hong Hapus Akun dan Pindah Kota
Media sosial di Tiongkok tengah dihebohkan dengan kasus "Red Sister" atau dikenal juga sebagai "Sister Hong" di Nanjing. Seorang pria berusia 38 tahun menyamar sebagai perempuan, lalu merekam adegan asusila dengan lebih dari 1.600 pria dan menyebarkan kontennya di internet. Korban Pertama Muncul ke Publik, Minta Penyebaran Video Dihentikan
Korban Sister Hong (thestandard.com.hk)
Salah satu korban yang diketahui sebagai seorang influencer kebugaran berusia 25 tahun dengan nama akun Chiyang, menjadi korban pertama yang secara terbuka mengakui keterlibatannya dalam skandal ini. Ia tampil ke publik dan memohon agar konten video yang melibatkan dirinya serta korban lain tidak lagi disebarkan.
Baca Juga: Kasus Sister Hong: Pria Menyamar Jadi Wanita, Rekam Hubungan Intim Diam-diam dan Sebarkan
“Hidup saya benar-benar kacau. Saya sedang bersiap untuk pindah dari Nanjing ke kota lain,” tulis Chiyang dalam unggahan terakhirnya di media sosial Xiaohongshu, sebelum akhirnya menghapus akunnya.
Chiyang menyebut bahwa ia telah melaporkan kasus ini ke pihak berwenang dan menjalani pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS).
Namun, ia juga mengaku menerima tekanan publik dan serangan dari warganet, yang mengenalinya lewat potongan video terutama dari ciri-ciri pakaian seperti kaus bergambar kepala banteng yang ia kenakan saat bertemu Sister Hong.
Baca Juga: Jebak Ribuan Pria, Sister Hong Ternyata Sebarkan Penyakit Kelamin Menular?
Konten-konten video yang direkam tersangka sebelumnya diunggah ke grup daring tertutup, di mana anggotanya harus membayar sekitar 150 yuan (sekitar Rp330.000) untuk mengakses video tersebut.
Tersangka Terancam Hukuman Mati Jika Terbukti Tularkan Penyakit
Korban sister hong (X)
Pelaku dalam kasus ini diketahui merupakan pria bermarga Jiao, yang kini telah ditangkap oleh pihak kepolisian. Saat ini penyidik tengah menyelidiki apakah pelaku dengan sengaja menularkan penyakit menular seksual kepada para korbannya.
Jika terbukti, pelaku dapat dijerat dengan pasal membahayakan keselamatan publik, salah satu pelanggaran hukum serius di Tiongkok yang bisa dikenai hukuman mati.
Skandal ini bukan hanya menghancurkan kehidupan pribadi para korban, tetapi juga telah menyita perhatian publik hingga ke tingkat internasional.
Meskipun sudah ada permintaan untuk menghentikan penyebaran, sayangnya sejumlah video masih tersebar luas, bahkan membuat wajah para korban dikenali oleh teman, keluarga, hingga tunangan mereka.