Ekploitasi Alam Berlebihan Bawa Ancaman Kiamat Ekologis
Sosial Budaya

FTNews - Eksploitasi alam berlebihan, adanya penguasaan dan supremasi manusia atas binatang dan tumbuhan menempatkan ancaman kematian dan kiamat ekologis.
Pernyataan tersebut Ketua Umum (Ketum) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom sampaikan pada Ibadah Raya II Festival Sungai Sa’dan Gereja Toraja. Dalam rangka 77 tahun Gereja Toraja, di Rantepao, Toraja, Sulawesi Selatan, baru-baru ini.
Pendeta Gomar menuturkan, dalam tradisi gereja, perayaan ulang tahun seperti ini atau Jubileum, menjadi momentum untuk memberlakukan tibanya Tahun Rahmat Tuhan. Berupa pembebasan dari kemiskinan, bebas dari penyakit dan bebas dari berbagai belenggu penderitaan lainnya.
Baca Juga: Krisis Air Makin Nyata, Dunia Perlu Atasi Bersama
Tahun rahmat itu, kata dia, tidak hanya berlaku kepada warga gereja atau umat manusia saja. Melainkan juga pembebasan bagi alam semesta. Kepada air, tanah dan udara, kepada tumbuhan dan hewan. Pembebasan alam semesta dan seluruh isinya.
“Maka Festival Sungai Sa’dan yang dirangkaikan pada momen jubileum ini, bagi saya sangatlah tepat. Di tengah kondisi alam kita yang makin memprihatinkan,†tandasnya.
Menurutnya, meningkatnya polusi udara dan air, jenis penyakit, dan perebutan sumber daya alam turut mengurangi kualitas hidup manusia. Yang pada gilirannya makin mendekatkan manusia pada kiamat ekologis tersebut.
Baca Juga: Jangan Lupa! Ini Dokumen yang Harus Dibawa saat Nyoblos
Bencana longsor. Foto: Antara
Kualitas Hidup Menurun
Menurutnya, pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam yang terus meningkat telah menyebabkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun.
“Kita telah memaksa alam melebihi batas yang ditetapkan oleh Allah ketika menciptakannya. Dan tentu, yang mengalami akibat langsungnya adalah kita sendiri berupa ragam bentuk bencana alam seperti banjir dan kekeringan yang silih berganti,†tegasnya.
Kerakusan dan ketidakpedulian telah memerangkap manusia ke arah kehancuran alam dan peradaban.
Ia menuturkan, sungai bukan hanya tempat mengalirnya air saja, namun memiliki peran penting bagi kehidupan.
“Sungai tidak hanya menyimpan pasokan air. Di dalamnya ada beragam kehidupan flora dan fauna yang menjadikan sungai sebagai rumah untuk beragam makhluk ciptaan Tuhan, yang adalah ‘saudara’ kita juga,†terangnya.
Ia pun mengajak umat Kristiani belajar banyak untuk kehidupan dari sungai ini. Sungai selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Hal ini mengajarkan umat untuk selalu rendah hati.