Endipat Wijaya Viral Usai Sindir Donasi Rp10 Miliar ke Sumatera
Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Endipat Wijaya, menjadi pusat perhatian publik setelah menyampaikan komentar kontroversial soal donasi Rp10 miliar yang dikumpulkan relawan untuk korban banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Pernyataan tersebut disampaikan saat Rapat Kerja Komisi I DPR bersama Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, Senin 8 Desember 2025.
Endipat menyebut pemerintah telah memberikan bantuan sejak awal dalam skala ratusan posko dan triliunan rupiah, sementara donatur yang “baru datang sekali” dianggap seolah paling berjasa. Viralnya pernyataan itu memicu pro-kontra luas di media sosial.
Baca Juga: Endipat Wijaya Viral, Segini Harta Kekayaanya
Profil Endipat Wijaya
Endipat Wijaya. [Instagram]Endipat Wijaya lahir 31 Mei 1984 di Bengkulu. Ia merupakan lulusan Teknik Metalurgi ITB (2006) dan Magister Manajemen Swiss German University (2019).
Karier profesionalnya dimulai sebagai teknisi di Double A Group, kemudian menjadi manajer di PT Kaltim Prima Coal.
Terjun ke politik pada 2011, Endipat bergabung dengan Gerindra dan meraih 105.413 suara, tertinggi di Dapil Kepulauan Riau pada Pemilu 2024.
Saat ini Endipat duduk di:
Komisi I (Pertahanan, Luar Negeri, Kominfo, Intelijen)
Wakil Ketua BAKN DPR
Ketua Bidang Perumahan Rakyat DPP Gerindra
Ia dikenal aktif menyuarakan isu pertahanan dan komunikasi digital, baik di DPR maupun media sosial.
Viralnya pernyataan terbaru tak lepas dari responsnya terhadap donasi Rp10 miliar dari relawan yang dipimpin Ferry Irwandi melalui platform Kitabisa.
Konteks Kontroversi Donasi Rp10 Miliar
Endipat Wijaya dan Ferry Irwandi. [Instagram]Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh–Sumut–Sumbar pada Desember 2025 memicu gelombang solidaritas besar, termasuk penggalangan dana Rp10 miliar oleh para relawan.
Dalam rapat Komisi I, Endipat mengatakan: "Ada orang baru datang sekali merasa paling berkontribusi di Aceh, padahal pemerintah hadir sejak awal. Ada yang dirikan satu posko lalu bilang pemerintah absen.”
Ia mendesak Kominfo Digital (Komdigi) lebih aktif mengedukasi publik mengenai kontribusi negara agar tidak kalah narasi dari donasi swasta yang viral di media sosial.
Pernyataan ini menuai kritik dari banyak netizen yang menilai Endipat tak peka terhadap inisiatif warga.
Namun dari sisi internal Gerindra, mereka menyebut Endipat hanya ingin menegaskan bahwa peran utama tetap ada pada negara.
Respons Publik dan Dampak Politik
Kontroversi Endipat memecah opini publik:
Pendukungnya menilai ia sekadar meluruskan narasi publik soal kontribusi negara.
Pengkritiknya menuduh ia meremehkan gerakan solidaritas masyarakat.
Media kemudian menyorot latar belakang, aset, hingga karier politiknya sebagai figur muda Gerindra yang tengah naik daun di era pemerintahan Prabowo–Gibran.
Kontroversi ini menjadi ujian citra politik Gerindra di tengah kepekaan isu bencana sekaligus gambaran dinamika DPR saat legislator bersuara mengenai isu sosial yang sensitif.