Geger! Jenderal AS Ngaku Pakai ChatGPT untuk Bikin Keputusan Militer Penting!

Jenderal Angkatan Darat AS mengatakan ia menggunakan ChatGPT untuk membantu membuat keputusan penting di tingkat komando
Seorang jenderal Angkatan Darat AS yang ditempatkan di Korea Selatan mengatakan ia telah beralih ke chatbot kecerdasan buatan untuk membantunya memikirkan keputusan penting di tingkat komando dan pribadi — sebuah tanda terbaru bahwa bahkan para pemimpin senior Pentagon sedang bereksperimen dengan perangkat AI generatif.
Mayor Jenderal William "Hank" Taylor, jenderal komandan Angkatan Darat Kedelapan, mengatakan kepada para wartawan di konferensi Asosiasi Angkatan Darat Amerika Serikat di Washington, DC, bahwa ia telah menggunakan ChatGPT untuk menyempurnakan cara ia membuat keputusan yang memengaruhi ribuan pasukan.
Baca Juga: Hati-hati! Sering Gunakan ChatGPT Sebagai Teman Curhat, Bisa Buat Psikis Kamu Terganggu
Ilustrasi/Foto: Instagram US Army
"Chat dan saya menjadi sangat dekat akhir-akhir ini," kata Taylor dalam diskusi panel media pada hari Senin, meskipun ia enggan memberikan contoh penggunaan pribadi, dilansir New York Post
Pernyataannya tentang ChatGPT, yang dikembangkan oleh OpenAI, dilaporkan oleh Business Insider.
Baca Juga: DeepSeek Luncurkan AI Bikin Gambar Janus Pro 7B, Diklaim Lebih Canggih dari OpenAI
"Saya ingin membangun, mencoba membangun model untuk membantu kita semua," kata Taylor.
Ia menambahkan bahwa ia sedang menjajaki bagaimana AI dapat mendukung proses pengambilan keputusannya — bukan dalam situasi pertempuran, melainkan dalam mengelola tugas-tugas kepemimpinan sehari-hari. "Sebagai seorang komandan, saya ingin membuat keputusan yang lebih baik," sang jenderal menjelaskan.
"Saya ingin memastikan bahwa saya membuat keputusan pada waktu yang tepat agar saya memiliki keunggulan."
Taylor, yang juga menjabat sebagai Kepala Staf Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa di Korea Selatan, mengatakan ia memandang teknologi tersebut sebagai alat potensial untuk membangun model analitis dan melatih stafnya agar berpikir lebih efisien.
Komentar tersebut menandai salah satu pengakuan paling langsung hingga saat ini dari seorang pejabat militer senior Amerika yang menggunakan chatbot komersial untuk membantu dalam kepemimpinan atau pemikiran operasional.
Integrasikan Kecerdasan Buatan dalam Operasi di Setiap Level
Militer AS telah berupaya untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam operasinya di setiap level — mulai dari logistik dan pengawasan hingga taktik medan perang — sementara negara-negara pesaing seperti Tiongkok dan Rusia berlomba untuk melakukan hal yang sama.
Ilustrasi/Foto: Instagram US Army
Para pejabat mengatakan sistem yang digerakkan oleh AI dapat memungkinkan pemrosesan data yang lebih cepat dan penargetan yang lebih presisi, meskipun sistem tersebut juga menimbulkan kekhawatiran tentang keandalan dan akuntabilitas ketika perangkat lunak mengambil alih peran yang secara tradisional diperuntukkan bagi penilaian manusia.
Pentagon mengatakan konflik di masa depan dapat terjadi secepat "mesin", yang membutuhkan keputusan sepersekian detik yang melampaui kemampuan manusia.
AI telah Diuji dalam Simulasi Tempur
Mantan Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall memperingatkan tahun lalu bahwa kemajuan pesat dalam senjata otonom berarti "waktu respons untuk memberikan dampak sangat singkat," dan bahwa komandan yang gagal beradaptasi "tidak akan bertahan di medan perang berikutnya."
AI telah diuji dalam simulasi tempur, termasuk eksperimen oleh Angkatan Udara dan Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) di mana sebuah algoritma mengemudikan jet F-16 yang dimodifikasi selama simulasi pertempuran udara.
Program lain sedang digunakan untuk menyaring data satelit, melacak logistik, dan menyederhanakan dokumen administrasi untuk unit-unit di lapangan.
Pasukan Operasi Khusus Angkatan Darat telah mengadopsi alat serupa untuk mengurangi apa yang mereka sebut "beban kognitif" pada operator — menggunakan AI untuk menyusun laporan, memproses data misi, dan menganalisis intelijen dalam skala besar.
Pada saat yang sama, para pejabat Pentagon mendesak kehati-hatian.
Hati-hati, Sistem AI Generatif Dapat Bocorkan Informasi Sensitif
Para pemimpin pertahanan telah memperingatkan bahwa sistem AI generatif dapat membocorkan informasi sensitif atau menghasilkan kesimpulan yang salah jika datanya tidak lengkap atau dimanipulasi. Taylor mengakui bahwa salah satu tantangan dalam menggunakan teknologi mutakhir ini adalah mengimbangi perkembangan pesat perangkat AI — termasuk memastikan perangkat tersebut memenuhi persyaratan keamanan militer yang ketat.
Ilustrasi/Foto: Instagram US Army
ChatGPT telah menarik perhatian global karena pemerintah dan perusahaan berlomba-lomba memahami potensi dan jebakannya.
Meskipun versi terbaru program ini mampu melakukan penalaran dan analisis yang kompleks, versi tersebut juga terbukti menghasilkan kesalahan dan rekayasa.
Sumber: New York Post, sumber lain