Hasil Autopsi Juliana Marins di Brasil Keluar, Hasilnya Tak Jauh Beda
Hukum

Hasil autopsi Juliana Marins di Brasil sudah keluar. Dari hasil autopsi di Brasil terungkap Juliana meninggal antara 10 hingga 15 menit setelah mengalami cedera.
Dilansir dari kompas, autopsi pertama telah dilakukan oleh tim forensik di Bali, Indonesia, setelah jasad Juliana berhasil dievakuasi dari Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.
Hasil autopsi menunjukkan, Juliana meninggal akibat luka dalam dan fraktur di berbagai bagian tubuh tanpa adanya tanda-tanda hipotermia.
Baca Juga: Hendak Pinjam Uang, Wanita Ini “Ajak†Mayat Pamannya ke Bank
Hasil Autopsi di Brasil
Juliana Marins. [Istimewa]
Usai Cedera Sementara itu, berdasarkan hasil autopsi yang dirilis Institut Kedokteran Forensik (IML) Rio de Janeiro, Juliana meninggal karena jatuh dari ketinggian.
Baca Juga: Kembangkan Sayap di Amerika Selatan, Royal Enfield Buka CKD di Brasil
Penyebab langsung kematiannya adalah pendarahan internal yang disebabkan oleh cedera di berbagai lokasi dan beberapa trauma, sebagaimana dilansir Globo.
Hasil autopsi di Brasil juga menunjukkan, Juliana meninggal antara 10 hingga 15 menit setelah mengalami cedera.
Temuan itu konsisten dengan temuan tim forensik dari Indonesia yang menyebutkan korban bertahan hidup kurang dari 20 menit setelah mengalami trauma.
Setelah terjatuh, Juliana tidak dapat bergerak atau meminta bantuan karena luka-lukanya.
Laporan tersebut menunjukkan kemungkinan Juliana mengalami kesakitan yang parah yang menyebabkan penderitaan fisik dan psikologis sebelum meninggal.
Sehingga, tidak ada perbedaan antara hasil autopsi antara Indonesia dengan Brasil, dengan penyebab utama adalah trauma akibat jatuh dari ketinggian, disertai cedera internal yang parah dan pendarahan.
Hasilnya Sama dengan di Indonesia
Proses evakuasi Juliana Marins. [Istimewa]
Kesimpulannya saling konsisten dan memperkuat hipotesis adanya benturan yang sangat keras.
Diberitakan sebelumnya, Jenazah Juliana Marins (26) pendaki asal Brasil yang tewas setelah terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok, NTB, akan diatopsi hilang.
Pihak keluarga Juliana meminta autopsi ulang karena merasa penyebab kematiannya belum sepenuhnya jelas.
Pengacara keluarga, Taísa Bittencourt Leal Queiroz, mengatakan permintaan autopsi kedua disebabkan adanya kekhawatiran terkait ketidakjelasan waktu dan penyebab pasti kematian.
"Sangat penting (autopsi ulang) guna mengklarifikasi penyebab kematian. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa keluarga menerima penilaian dalam kerangka hukum Brasil," ujar Taísa kepada media Brasil Globo, seperti dilansir dari kompas, Rabu 2 Juli 2025.
Autopsi pertama terhadap jenazah dilakukan pada Kamis (26/6/2025) di sebuah rumah sakit di Bali, segera setelah proses evakuasi dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani selesai.
Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa Juliana meninggal akibat sejumlah patah tulang dan luka dalam. Ia tidak mengalami hipotermia dan diperkirakan sempat bertahan hidup selama sekitar 20 menit setelah mengalami trauma fisik.
Namun, keluarga merasa hasil tersebut belum memberikan penjelasan memadai, terutama terkait dugaan keterlambatan penanganan dan penyelamatan oleh otoritas Indonesia.